01 [a]

16.3K 1.4K 326
                                    

Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun?
Menghitung tetes demi tetes yang tiada habisnya. Sendirian...
Karena kau tak pernah ada
Karena kau tak pernah sadar
Karena kau selalu tiada
Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun?
Menghitung tetes demi tetes cintaku padamu yang mulai berhamburan
Berhamburan jatuh dan menghilang ditelan bumi

[•]

"Bersamamu selalu menyenangkan." Haechan merebahkan kepalanya ke pundak Lucas. Tersenyum sambil menatap hujan yang turun. "Jangan tinggalkan aku ya."

Lucas tersenyum dan mengecup dahi Haechan, "Tidak akan."

"Apakah kita bisa begini selamanya?"

"Selamanya sunshine, yakinlah kepadaku."

"Kau tidak menyesal melamarku padahal aku belum lulus kuliah?"

Lucas tersenyum lembut, "Kenapa tidak? Kau bisa menikah, dan tetap kuliah."

"Benar juga." Haechan tertawa, "Tetapi hanya kau yang bekerja untuk rumah tangga kita nanti."

"Siapa bilang?" Lucas mengerutkan keningnya, pura-pura tampak serius. "Aku akan menagih semua pengeluaran yang kukeluarkan untukmu begitu kau lulus kuliah dan menerima gaji pertamamu nanti."

Mereka lalu tertawa bersama, sambil menatap hujan turun.

"Aku mencintaimu, Haechan. Aku berjanji akan membahagiakanmu, sekarang, ataupun nanti setelah kita menikah. Apapun yang terjadi, kau harus tahu. Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu."

[•]

'Selamanya sayang, yakinlah kepadaku. Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu.'

Kalimat itu terngiang ditelinga Haechan sederas aliran hujan yang sekarang sedang turun, di depan makam Lucas dengan tanah merah yang masih basah.

Apakah Lucas kedinginan di bawah sana?

Pertanyaan itu menggayutinya, menghancurkan hatinya, membuatnya memeluk dirinya sendiri yang gemetaran. Haechan tidak pernah membayangkan ini akan terjadi.

Sampai dengan kemarin, yang terbentang di depannya adalah kebahagiaan, kebahagiaannya bersama Lucas. Tetapi ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kekasihnya direnggut dari sisinya tepat sehari sebelum pernikahan mereka.

Lucas meninggal karena kecelakaan ketika mencari rangkaian buket bunga untuk pengantinnya di saat-saat terakhirnya. Mereka bilang, jenazah Lucas menggenggam bunga itu ketika ditemukan.

Bunga mawar putih dengan kelopaknya yang hancur berguguran terkena benturan, bunga itu tidak putih lagi, berubah merah, terpercik darah Lucas.

Dan jantung Lucas sudah berhenti berdetak. Sudah tidak berdetak untuk Haechan lagi, terkubur diam di sana, dalam tanah yang dingin, tidak terjangkau.

Apakah yang dipikirkan Lucas pada saat-saat terakhirnya?

Haechan mengernyit, tak mempedulikan hujan deras yang membasahi pakaian dan rambutnya sampai kuyup, dia berdiri dengan tegar, di depan makam itu, menatap nisannya dengan nanar.

Menghitung Hujan (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang