09

3.8K 619 133
                                    


Hanya dengan menghitung hujan aku mengenangmu

Hanya dengan menghitung hujan aku mencintaimu

Tetesannya sebanyak apa yang bisa kucurahkan kepadamu

Cintaku yang terlalu dalam, semampuku, sekuatku, menghujanimu.

Kalau ada yang berani bertanya seberapa banyaknya cintaku...

Akan kusuruh dia menghitung tetesan hujan yang turun

[ M e n g h i t u n g  H u j a n ]
[09]

Jeno setengah membanting gelas kopinya ke meja, tak bisa menahan emosinya. Mereka duduk di cafe kecil di lantai atas gedung itu, suara air gemericik sebenarnya cukup bisa menenangkan suasana, pun dengan air terjun buatan dengan kolam minimalis penuh ikan koi berukuran besar-besar yang bahkan cukup jinak untuk dielus kepalanya. Tetapi rupanya itu tidak mempan bagi Jeno, dia marah besar kepada Mark dan caranya memperlakukan Jaemin, sepupunya yang sangat dia sayangi.

Meninggalkannya begitu saja dengan alasan yang tidak bisa diterima dengan nalar. Bahkan kalaupun alasan itu benar adanya, Mark masih tidak berhak meninggalkan Jaemin begitu saja. Dia tahu persis meskipun tidak satu kota dengan Jaemin, bahwa Mark dulunya begitu lemah karena penyakitnya dan Jaemin dengan sepenuh hati selalu mendampinginya.

Meninggalkan Jaemin karena jantungnya mencintai pemuda lain?? HUH!

Jeno tanpa sadar mencibirkan bibirnya penuh penghinaan sambil membayangkan Mark.

"Jangan marah ya." Jaemin bergumam pelan sambil mengamati ekspresi Jeno yang berubah-ubah. "Aku sendiri sudah terlalu lelah untuk marah. Pada akhirnya aku hanya bisa sabar dan menerima."

"Kalau aku tahu kisah ini dari tadi, sudah kuhajar Mark."

Jaemin menggelengkan kepalanya, "Kekerasan tidak akan menghasilkan apapun, Jeno, dan bahkan pemuda itu..." ekspresi Jaemin tampak sedih, "Pemuda bernama Haechan itu sepertinya tidak tahu kisah yang sebenarnya."

"Kalau begitu pemuda itu harus tahu kisah yang sebenarnya, supaya dia sadar dia sedang berbahagia di atas penderitaan orang lain." sela Jeno tegas.

"Haruskah aku melakukannya?" Jaemin tampak ragu.

Jeno menganggukkan kepalanya. "Bagaimanapun juga kalian mencintai lelaki yang sama, kalian mempunyai hak yang sama dalam memperjuangkan cinta kalian. Dan posisi kalian harus sama."

Jaemin tercenung mendengar kata-kata Jeno. Matanya menatap ke luar, ke arah hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya.

[•]

Suatu malam Lucas pernah menyeduhkan secangkir kopi untuk Haechan di apartementnya, dia menyerahkannya kepada Haechan sambil tersenyum lembut, Haechan menerima kopi itu dan membalas senyuman Lucas, mengucapkan terimakasih dengan manis.

Hujan turun dengan derasnya di sebelahnya, dan Lucas menjatuhkan tubuhnya di sofa sebelah Haechan, mereka menatap hujan yang turun dengan derasnya. Mereka hanya berdua di apartement Lucas ini, sendirian.

Lucas memang sebatang kara di dunia ini, orang tuanya sudah meninggal dan dia tidak punya saudara, dia tinggal di apartement studionya yang penuh dengan jendela kaca lebar, memungkinkan mereka bisa menikmati memandang tetesan hujan
sepuasnya.

Haechan sangat suka bersantai di apartement Lucas ini, suasananya syahdu dan melankolis, membuat hati terasa tenteram, apalagi ketika hujan mulai turun dengan derasnya dan Lucas akan membuka tirai jendelanya lebar-lebar, membuka jendela kamarnya. Air bercipratan masuk dan suasana dingin menelusup, membuat kamar ini seakan menyerap suasana hujan di luar.

Menghitung Hujan (Markhyuck)Where stories live. Discover now