03

5.6K 864 136
                                    

Mencintaimu itu sama seperti bernapas

Terjadi begitu saja, tak tertahankan

Bahkan sebelum aku menyadarinya

Aku sudah jatuh cinta padamu

Dan aku mau menunggu

Aku mau menunggu untukmu

Meskipun itu berarti : Selamanya.

[ M e n g h i t u n g  H u j a n]

[3]

"Aku harus pergi." Mark menatap sedih ke arah Jaemin yang sedang merapikan pakaian-pakaian Mark dan memasukkannya ke dalam tas.

Jemari Jaemin berhenti sejenak, kemudian melanjutkan memasukkan pakaian-pakaian Mark, kali ini jemari itu bergetar, "Mencari orang itu?"

Mark menghela napas panjang, "Maafkan aku, Jaemin."

"Tidak." Suara Jaemin pecah oleh tangis.

"Bagaimana mungkin aku memaafkanmu? Kau meninggalkan aku untuk mengejar orang lain, seorang pemuda yang bahkan belum pernah kau temui hanya karena mimpi-mimpimu."

"Mimpi-mimpi itu nyata Jaemin, dan pemuda itu juga, begitu juga jantung yang sekarang berdetak di dadaku ini."

Jaemin mengusap air matanya dan menatap Mark dengan pilu, "Tidakkah kau mencintaiku, Mark? Tidakkah kau mengenang masa kita bersama dulu? Aku selalu mencintaimu, bahkan sejak kita kecil. Aku selalu mendampingimu, di saat-saat sulit sekalipun, percaya bahwa masih ada masa depan untuk kita. Apakah kau tega membuang itu semua?” suara Jaemin terisak-isak tak kuasa menahan perasaannya.

Hal itu membuat Mark mengernyitkan dahi, mencoba menekan rasa bersalahnya. Pemuda ini tidak terbantahkan, ia adalah pasangan yang sempurna, sangat tulus mencintainya dan selalu bersamanya di saat dia sakit.

Tentu saja Mark merasakan rasa bersalah yang luar biasa karena mencampakkannya seperti ini, dia bukannya tidak punya perasaan, masalahnya, jantung ini, jantung ini tidak menginginkan Jaemin, dan selalu memanggil-manggil pemuda lain, pemuda itu, yang selalu muncul di dalam mimpinya.

"Aku tidak tahu harus berkata apa." Mark meremas rambutnya frustrasi, "Aku tidak bisa berkata apapun selain maaf."

"Katakan kalau kau mencintaiku, Mark." tatapan Jaemin penuh permohonan, penuh air mata.

Mark tahu setidaknya kalimat itu akan membuat Jaemin tenang. Tetapi dia tidak bisa mengatakannya. Dia tidak bisa. Jaemin tahu itu, matanya terpejam berusaha menahankan rasa sakit yang memenuhi dadanya. Tidak pernah disangkanya dia dan Mark akan berujung seperti ini.

"Setiap malam, ketika menggenggam tanganmu di rumah sakit, aku selalu berdoa semoga Tuhan memberikan jantung baru untukmu, supaya kau bisa sehat, supaya kita punya masa depan bersama, supaya kita bisa menua bersama, menatap anak-anak kita nanti dengan bahagia." Rasa sakit di suara Jaemin terdengar nyata, "Aku sangat bahagia ketika kau mendapatkan donor jantung itu. Sangat bahagia, tapi ternyata aku salah."

Jaemin menutup tas Mark di atas ranjang dan melangkah mundur, menatap Mark yang hanya bisa diam membatu. "Kalau saja aku tahu bahwa jantung itu akan merenggutmu dariku, lebih baik kau tidak
pernah mendapatkan donor jantung."
Dan dengan kata-katanya yang penuh dengan kesakitan, Jaemin melangkah pergi, berurai air mata.

Menghitung Hujan (Markhyuck)Where stories live. Discover now