11

3.8K 637 118
                                    


Tak pernah kuduga, ternyata jalinan kisahku akan seberat itu

Ternyata sesuatu yang sempurna pada akhirnya bisa terasa melelahkan

Ternyata sesuatu yang kukira kuat, bisa menjadi rapuh dan terlalu lemah untuk bertahan

Pantaskah untuk diperjuangkan kisahku ini?

Jika ternyata kusadari, bahwa harga sebelah jiwa...

Begitu mahalnya....

[ Menghitung Hujan ]
[11]

Yang dilakukan Jaemin pertama kali adalah mendorong Jeno keras-keras, sejauh mungkin. Napasnya terengah atas ciuman yang sama sekali tidak diduganya itu, dia menatap Jeno bingung berlumur kemarahan.

"Kenapa kau lakukan itu Jeno?" Jaemin sendiri tak habis pikir.

Oh astaga. Jeno menciumnya!

Itu adalah hal yang sama sekali tidak disangkanya. Jeno adalah sepupunya! Saudaranya! Dari kecil mereka bersama, dan Jaemin selalu menganggap Jeno sebagai kakaknya.

Tetapi lelaki itu barusan menciumnya, dan Jaemin merasa pening yang amat sangat, Jeno saudaranya bukan? Dan saudara tidak mungkin berciuman! Jaemin memundurkan langkahnya, menatap waspada ke arah Jeno, tangannya mengusap bibirnya yang masih terasa panas bekas ciuman lelaki itu.

Jeno sendiri menatap Jaemin dengan tatapan berlumur penyesalan, matanya meredup, ragu, "Maafkan aku, Jaemin."

Dia sungguh-sungguh tidak merencanakan untuk mencium Jaemin. Sungguh-sungguh Jeno berharap mampu menahan diri tadi, tetapi Jaemin telah menarik batas emosinya yang paling dalam dan memutuskannya, membuat Jeno melakukan hal yang sekarang disesalinya, karena dengan itu, dia harus menjelaskan sesuatu yang mungkin akan menyakiti Jaemin.

"Kau menciumku," Pipi Jaemin merah padam, "Kenapa kau lakukan itu padaku? Apakah kau melecehkanku? Kita ini bersaudara. Dosa besar kalau kau melakukannya."

"Kita tidak bersaudara, bukan saudara sedarah." Jeno mengucapkan kalimatnya dengan lirih dan hati-hati, menatap Jaemin dalam-dalam.

Jaemin tertegun. Kaget. Bukan saudara kandung? Jeno jelas-jelas sepupunya, putra dari paman dan tantenya. Mereka sepupu dekat, darah mereka seperti saudara!

Ataukah jangan-jangan...

Jeno anak angkat? memang wajah Jeno yang begitu tampan seolah ada darah luar di sana membuatnya tampak sangat berbeda dengan kedua orang tuanya. Apakah benar bahwa Jeno anak angkat?

"Apakah kau bukan anak kandung paman dan bibi?" Jaemin menyuarakan pemikirannya. Menatap Jeno dengan hati-hati. Tetapi kemudian ekspresi wajah Jeno tampak kesakitan, lelaki itu seolah ingin berkata tapi menahan dirinya. Berkali-kali dia menahan napas seolah kesulitan berbicara.

"Bukan. Mereka berdua benar-benar orang tua kandungku." Mata Jeno menelusuri wajah Jaemin yang kebingungan. Sementara Jaemin makin tersesat dalam benang kusut itu, dia menatap Jeno bingung.

"Jadi? Kenapa kita bukan saudara kandung? Apakah... OH!" tangan Jaemin menutup mulutnya ketika pemikiran itu menyeruak ke dalam benaknya, "Tidak mungkin!" Jeno tahu bahwa Jaemin sudah tahu, dia meringis, berusaha mendekat dan meraih bahu Jaemin, tetapi pemuda itu langsung melangkah mundur lagi, menghindari sentuhannya.

"Maafkan aku Jaemin." Mata Jaemin berkaca-kaca. Jeno tidak membantah.

Oh Ya Tuhan? Oh Astaga? Benarkah apa yang dikemukakan oleh benaknya itu? Jeno adalah anak kandung paman dan bibinya, tetapi dia dan Jaemin bukan saudara sedarah, itu berarti Jaemin bukanlah anak kandung kedua orang tuanya!

Menghitung Hujan (Markhyuck)Where stories live. Discover now