07

4.4K 673 136
                                    


Semua nyawa mengharap asa yang sama

Saat dua hati mulai terbelenggu romansa

Menjulang doa ke langit Tuhan

Berucap syukur karna cinta

Ah dahulu memang cinta sangat bermurah hati padamu, kemudian padaku

Cinta... dahulu pernah merangkai jalanmu kepadaku.

Hingga sekarangpun..... aku masih tertinggal di masa itu

Masih meratap punggungmu berlalu dari ujung mataku

Dari hidupku yang entah mengapa....selalu butuh sapamu saat pagi membuka
hari.

Dan senyummu temaram saat petang merangkul malam

Kau dan cinta para dewamu..... terlalu mewah untukku menghamba

[ M e n g h i t u n g  H u j a n ]
[07]


Jaemin melangkah turun dari kereta menuju ke pintu keluar Stasiun besar Seoul. Banyak orang lalu lalang. Dia melangkah keluar dari pintu Stasiun itu, ke arah peron yang luas. Sejenak dia berdiri, dalam hening dan diam, menatap ke sekeliling. Menghirup udara di sebuah kota yang sering dikunjunginya semasa kecil.

Mark ada di kota ini, menghirup udara
yang sama. Batin Jaemin terasa pedih. Seharusnya kalau hubungan mereka baik-baik saja, Mark ada di sini untuk menjemputnya. Tetapi yang terjadi sekarang adalah dia melangkah sendirian di sini, dalam kesepian yang mencekik, merasa sedih dan ironi.

"Jaemin? sudah lama menunggunya?"

Jaemin menoleh mendengar panggilan itu, lalu tersenyum ketika menyadari siapa yang menjempunya. "Halo Jeno." dengan cepat dia menghampiri sepupunya itu, meninggalkan tas nya di lantai dan memeluknya.

Jeno membalas pelukannya dengan sayang, Jaemin akan selalu menjadi adik kesayangannya. Jeno adalah anak tunggal, dia tidak punya saudara dan satu-satunya orang yang bisa dekat dengannya adalah Jaemin.

Diambilnya tas Jaemin lalu mengerutkan keningnya, "Mana Mark?"

Pertanyaan Jeno itu membuat mimik wajah Jaemin berubah, meskipun dia berusaha menyembunyikannya di balik senyumnya yang pahit. Ya... keluarga besar mereka memang belum tahu tentang pembatalan pertunanagan sepihak yang dilakukan oleh Mark. Hanya ayah ibunya yang tahu dan Jaemin melarangnya untuk memberitahukan kepada keluarganya yang lain. Itu semua karena Jaemin masih berharap bahwa Mark akan kembali kepadanya, bagaimanapun caranya.

"Mark sedang sibuk." Jaemin mengarang dengan cepat, "Lagipula aku kemari karena merindukan nenek."

Jeno tertawa, "Dan nenek juga merindukanmu. Dari kemarin beliau sibuk menyiapkan kamarmu, dan menyuruh kami menyiapkan cemilan kesukaanmu, bahkan sekarang beliau sedang memasak
makanan kesukaanmu." Jeno mengedipkan sebelah matanya, "Kedatanganmu kemari benar-benar membuat nenek bersemangat." Wajah Jeno kemudian terlihat sedih, "Biarpun begitu kami tetap bisa mengerti kenapa bertahun-tahun kemarin kau tidak bisa mampir ke Seoul, apalagi mengingat kondisi Mark waktu itu yang begitu sakit, kami mengerti betapa kau mencintainya dan ingin tetap berada di sampingnya kalau-kalau yang terburuk terjadi."

Jaemin merenung dengan sedih. Ya, demi Mark dulu, dia telah mengorbankan seluruh waktunya, keluarganya, hari-harinya dihabiskan untuk mendampingi Mark dan merawatnya.

Jeno memperhatikan ekspresi sedih Jaemin lalu menepuk punggungnya, memberikan semangat, "Hei.... kenapa kau murung? Sekarang keadaan sudah lebih baik bukan? Transplatasi jantung Mark yang sukses tentunya telah merubah hidup kalian, seperti sekarang, kau bisa main ke Seoul dan menengok kami lagi."

Menghitung Hujan (Markhyuck)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon