Prolog

53.5K 1.2K 73
                                    

≤Dewangga Mavin Wirasatya

Lima menit lagi pintu gerbang SMA Harapan Bangsa akan ditutup. Penjaga sekolah sudah bersiap di depan pintu gerbang karena sebentar lagi bel masuk berbunyi. Sebuah motor sport putih melesat ke arah parkiran. Cowok dengan hoodie berwarna hitam dan mengenakan helm full face yang mengendarai motor itu segera memarkirkan motornya.

Cowok itu membuka helmnya dan menampilkan wajah tampannya.  Rambutnya yang dibiarkan begitu saja menambah kesan cool seorang Dewangga Mavin Wirasatya. Angga turun dari motornya dan bergegas menuju kelas, bel masuk telah berbunyi.

Sampai di kelas, beruntung guru yang mengajar belum datang. Angga melangkah ke tempat duduknya. Ia melemparkan tasnya ke atas meja lalu menarik kursi dan duduk di sana.

"Mentang-mentang sekolah punya kakek lo jam segini baru berangkat," celetuk Chandra pelan. Namun, pendengaran Angga terlalu tajam. Ia melayangkan tatapan horor pada Chandra.

"Tumben lo baru berangkat?" tanya Chandra, teman sebangkunya. Chandra juga satu-satunya sahabat Angga yang tahan dengan sikap es Angga sejak kecil.

"Urusan." Dengan kata itu, Chandra sudah paham. Kalau Angga lagi ngobrol sama temennya yang lain, pasti Chandra jadi penerjemah dadakan.

"Kris kemana? Kok bukan dia yang handle?" tanya Chandra lagi.

"Osaka, tadi malam." Yah, setidaknya Chandra tahu yang dimaksud Angga 'Kris pergi ke Osaka tadi malam. '

"Ya udah deh." Chandra menyerah, daripada terus pusing memikirkan jawaban Angga yang sangat irit lebih baik dia diam saja.

"Untung temen lo temen gue, Ga."

Bu Asri, guru Biologi kelas 12 IPA 1 sudah datang. Seluruh siswa mendadak diam, padahal tadinya ramai banget. Maklum saja, Bu Asri salah satu guru killer di sekolah. Ketahuan ngomong dikit aja ceramahnya satu jam nggak selesai.

❄❄❄

"Ayra! "

"Van! Berisik tau." Gadis yang bernama Ayra itu merasa terganggu dengan teriakan cewek tadi. Ditambah ia sedang sibuk menyalin catatan di papan tulis. Hari ini sekretaris kelas tidak masuk.

Posisi gadis itu sebenarnya adalah bendahara kelas. Tapi karena sekertaris kelas tidak masuk sekolah, ia yang menggantikan tugas mencatat di papan tulis. Alhasil kini gadis itu harus mengulang tulisannya di buku catatan miliknya.

"Kenapa sih lo sampai teriak-teriak kayak gitu?"

"Ya ampun Ra, ini Oppa gue ganteng banget!" jawab sahabatnya yang bernama Vania dengan sangat histeris.

"Elah, kirain apaan."

Ayra lanjut fokus ke catatannya. Masih banyak yang belum ia selesaikan. Sebenarnya ini adalah saatnya istirahat. Tapi Ayra tak ada waktu untuk itu. Setelah jam istirahat ini pelajaran Bahasa Inggris segera dimulai. Oleh karena itu, tepat sebelum bel masuk catatan Ayra harus selesai.

"Auk deh, lo lanjut aja sama catatan lo. Gue mau nonton Oppa dulu sama Dinda." Ayra mendengus kesal. Kedua sahabatnya yang merupakan K-popers itu sangatlah heboh. Ayra hanya membiarkan mereka. Ia kembali pada catatannya.

"Ayra!" Vania kembali berteriak.

"Apa lagi sih?!" Ayra mulai geram. Lagi-lagi kegiatannya terganggu oleh suara tujuh oktaf milik Vania.

"Dicari Kak Kai, ditunggu di depan kelas katanya."

Kaizel Ardiatama, dia ketua OSIS di sekolah. Cowok itu adalah orang yang Ayra kenal pertama kali saat pindah ke sekolah ini dua bulan yang lalu. Saat itu Ayra tengah bingung mencari ruang kepala sekolah. Untung saat ia bertemu dengan Kai.

My Ice Prince [ Completed ]Where stories live. Discover now