My Ice Prince 29

9.1K 345 0
                                    

Pagi tadi, Ayra sama sekali belum melihat keberadaan Angga di sekolah. Padahal, kata Chandra hari ini dia mulai masuk sekolah. Ayra masih mencoba untuk konsentrasi dengan materi yang diberikan guru yang saat ini tengah mengajar di kelas. Meskipun sedari tadi, pikirannya selalu menuju pada Angga.

Angga harus tau semuanya, bukanlah Ayra yang menyebarkan informasi itu. Apalagi, Ayra sendiri sudah berjanji dan ia tak akan semudah itu mengingkarinya. Namun, Angga seakan malah menghilang entah kemana. Setiap Ayra ingin meminta maaf dan menjelaskan Angga malah tidak ada.

Bukan hanya itu, masalahnya dengan Dinda sekarang juga belum selesai. Ayra sudah mencoba memperbaiki persahabatan mereka, tapi hasilnya nihil. Dinda bahkan tak mau berbicara dengannya. Dan sekarang malah ditambah Tania yang semakin membenci Ayra.

Ayra sendiri bingung mengapa akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang melibatkan dirinya. Padahal dulu saat batu pertama pindah, Ayra sama sekali tak terlibat apapun. Bahkan saat itu, Ayra mengira keputusannya untuk pindah adalah hal yang sangat tepat. Di SMA Harapan Bangsa, ia bisa bertemu dengan sahabat-sahabat yang tulus berteman dengannya, Vania dan Dinda. Tak hanya itu, saat pertama kali Ayra masuk sekolah ia memiliki seorang teman yang tak lain adalah Kai.

Tetapi sekarang semuanya seakan berubah. Dinda sekarang malah tak ingin mengenalnya lagi. Hubungan pertemanan Ayra dengan Kai yang dulu baik-baik saja sekarang malah berakhir seperti ini. Hanyalah Vania yang masih setia dengan Ayra sekarang.

Terkadang Ayra merasa ingin kembali tinggal di LA, tempat dimana Ayra merasa banyak orang yang mengelilinginya. Ia merindukan sahabatnya di LA, Irene. Irene sama seperti Vania, sama-sama berharga untuk Ayra. Irene sendiri adalah salah satu pelajar Indonesia yang tinggal di LA. Irene juga salah satu orang yang membantu Ayra untuk melupakan masa lalunya.

"Ayra!" seru guru yang sedang mengajar di depan.

Rupanya guru itu memperhatikan Ayra yang sekarang tengah melamun. Suara guru itu menyadarkan Ayra dari lamunannya. Ia tidak ingin di hukum hanya karena melamun di kelas.

"Kenapa kamu melamun?" tanya guru itu.

"Maaf, Bu."

"Ya sudah, kerjakan halaman 74," ucap Guru itu lalu meninggalkan tempat duduk Ayra.

❄❄❄

Bel istirahat berbunyi....

Tiba-tiba ponsel Ayra bergetar. Ayra segera mengecek ponselnya itu. Sebuah panggilan telepon dari nomor yang tak dikenal. Ayra sedikt ragu untuk mengengkatnya.

"Kok nggak diangkat Ra?" tanya Vania yang saat ini berada di samping Ayra.

"Gue nggak tau dari siapa. Nggak ada namanya."

"Angkat aja dulu, siapa tau penting," ucap Vania. Dengan ragu Ayra mengangkat telepon itu.

"Temuin gue di taman belakang," ucap seseorang yang berada di sebrang sana.

"Lo-" belum sempat Ayra menanyakan identitas penelpon itu, sambungan telepon terlebuh dahulu di matikan.

Ayra sepertinya mengenali suara laki-laki itu. Namun darimana ia mengetahui nomor ponsel Ayra. Paling hanyalah teman sekelasnya ataupun Kai yang sekarang berada di sekolah, dan juga Chandra. Namun, tidak mungkin Chandra yang menelponnya. Ayra sangat tau suara dan cara bicara Chandra, dan yang menelponnya tadi jelas bukan Chandra.

"Siapa?" tanya Vania.

"Gue juga nggak tau. Langsung dimatiin. Yang jelas dia cowok," jawab Ayra.

My Ice Prince [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang