PART 11 : SISI LAIN ARYA DAN RAYA

358 32 0
                                    

Pekerjaan yang diberikan kepada Raya cukuplah banyak.Sebagai mahasiswi yang sedang magang di kantor tersebut tentunya Raya akan memberikan kinerja yang terbaik untuk kantor tersebut.Ia selalu berusaha untuk mengerjakan pekerjaan nya tepat waktu.Banyaknya pekerjaan yang ia kerjakan terkadang membuatnya terlambat pulang ke rumah.Sebenarnya kantor itu tidak pernah memaksa karyawan nya untuk bekerja melebihi jam kerja,tapi hal itu sering di lakukan oleh para karyawan sebagai loyalitas atas pekerjaan yang diberikan oleh atasan nya.

Raya terus membolak-balik berkas yang ada di tangan nya.Matanya dengan teliti membaca setiap huruf dan angka yang ada di kertas tersebut.Tiba-tiba saja lampu yang ada di ruangan nya padam.Raya yang memang takut gelap,langsung meraih ponselnya sebagai alat penerangan.Diambilnya benda pipih berwarna merah dari dalam tas nya.Ia mencoba menghidupkan nya beberapa kali namun hasilnya nihil.Hp tersebut tetap tidak menyala.Dengan penerangan seadanya dari jendela yang berada di ruangan tersebut,ia segera membereskan kerjaan nya dan bergegas untuk pulang.

Berjalan sambil meraba-raba sekitarnya untuk mencari pintu keluar.Penerangan yang kurang membuatnya harus ekstra hati-hati agar tidak menabrak barang-barang yang ada di ruangan itu.Setelah berhasil menemukan pintu keluar,Raya segera menarik pintu kaca tersebut dan keluar dari tempat kerjanya.

Suasana diluar ruangan sangat gelap.Dalam suasana yang begitu hening,ia dapat mendengar dengan jelas suara-suara dari pintu yang menuju tangga darurat.Bulu kuduk merinding.Ia berjalan mengendap-ngendap menuju lift yang letaknya cukup jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Kepalanya memutar melihat keadaan sekitar lantai 15 ini.Sepi.Itulah kata yang menggambarkan keadaan disini.Tidak ada siapaun selain Raya yang masih berjalan perlahan menuju lift.Jika biasanya ia akan menempuh perjalanan 5 menit menuju pintu lift entah mengapa saat terasa seperti belasan menit untuk menuju kotak besi itu.Keringat mulai bercucuran di keningnya.Akhirnya ia sampai juga di depan lift.Di pencetnya tombol yang ada disana.

15 menit menunggu pintu tersebut belum terbuka....

20 menit belum ada tanda-tanda...

30 menit....masih sama saja....

Raya ingin mencoba lift yang berada di sebelahnya.Tapi ia berpikir bagaimana caranya ia masuk kedalam lift yang dikhusukan untuk direktur,tamu dan orang-orang penting disini.Dulu ia pernah mencoba saat lift untuk karyawan penuh.Ternyata lift tersebut menggunakan password yang hanya di ketahui oleh beberapa orang saja.

Raya hanya duduk di depan lift berharap nantinya akan terbuka.Di saat ketakutan melandanya,pintu darurat yang berada di ujung lorong terdengar terbuka.Dengan penerangan seadanya,Raya melihat sesuatu keluar dari pintu dan berlari menuju toilet.Raya membekap mulutnya agar tidak mengundang sosok tersebut mendekatinya.Peringat mulai bercucuran di seluruh badan nya.Ia menenggelamkan kepalanya diantara kedua kakinya.Mulutnya komat-kamit membaca doa.

Terdengar suara pintu yang terbuka kembali.Suara itu berasal dari tempat yang sama yaitu pintu yang berada di ujung lorong ini.Kepalanya semakin di tenggelamkan diantara kedua kakinya.Raya semakin takut saat mendengar suara langkah kaki disekitarnya."Tap...Tap...Tap...".Suara itu semakin terdengar jelas di telinganya.Dia terus membaca doa dan enggan mengangkat wajahnya.Dadanya mulai sesak karena menahan tangis.

Langkah kaki itu semakin mendekatinya.Raya semakin ketakutan saat tidak mendengar lagi suara itu.Tubuhnya bergetar menahan tangis.Tiba-tiba ada cahaya yang menyilaukan di depan nya.Dengan memberanikan diri ia mengangkat wajahnya.Matanya mulai mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.Dilihatnya dengan jelas sosok yang ada di depan nya saat ini.Saat pandangan nya sudah focus,Raya langsung berdiri dan memeluk orang yang ada di depan nya."Kak... Raya takut.Raya takutt....Hiks...Hiks...".

Arya kaget dengan pelukan Raya yang tiba-tiba.Ia mengangkat tangan nya dan mengelus punggung Raya yang bergetar."Udah.jangan nangis ada kakak disini".Arya melonggarkan pelukan Raya.Diangkatnya wajah Raya yang menunduk.Dapat dilihat dengan jelas wajah Raya yang pucat dan air mata yang membasahi pipinya.Arya menghapus air mata yang masih mengalir dari pipi Raya.

"Kamu kenapa masih disini?Kenapa belum pulang?"

"Ra...Raya mau pulang".

"Ya udah kita pulang ya".Arya merangkul bahu Raya sedangkan Raya terus saja menempel pada Arya dan dan tangan nya memeluk pinggang Arya.Keduanya berjalan menuju lift khusus untuk direktur.

Ting...

Lift yang di naiki mereka sudah sampai di lantai dasar.Keduanya keluar dengan Raya yang masih memeluk pinggang Arya dan menyembunyikan wajahnya di dada Arya.Ia juga tidak memperdulikan jika diluar sana ada orang-orang yang menatap mereka dengan intens.

"Kamu udah sholat?" Raya hanya menggeleng."Ya udah kita sholat dulu di masjid sebelah".

Selesai sholat keduanya langsung naik mobil dan Arya segera mengantarkan Raya pulang ke rumahnya.Setelah mengatarkan Raya pulang,dalam perjalanan Arya terus saja tersenyum dengan sikap Raya tadi.Biasanya gadis itu akna marah besar jika ia menyentuhnya.Tapi tadi ia bahkan memeluk Arya dengan begitu erat.

Di lain tempat Raya masih memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya.Arya.Orang yang biasanya membuatnya kesal tadi menolongnya dan menenangkan nya dari ketakutan yang ia alami.


kasih bintang nya ya teman-teman...

thanks you...

ARaYA (Arya Dan Raya)Where stories live. Discover now