Titik Teduh #15A

8.2K 1.4K 272
                                    



***

Lampu ruangan KIR sudah dimatikan sejak Arghi menampilkan materi presentasinya lewat cahaya proyektor. Sehingga kini, seisi ruangan hanya terfokus pada pantulan cahaya di dinding depan sembari menyimak penjelasan Arghi.

".... Karena sampah elektronik bisa sangat berbahaya bagi lingkungan, maka saya punya satu gagasan untuk mendaur ulangnya menjadi satu benda yang bisa kembali digunakan, walaupun tidak kembali ke fungsi semula." Arghi menampilkan foto-foto robot serangga kecil yang pernah Salena lihat di ruang kerjanya tempo hari. "Ini adalah salah satu contoh pemanfaatan limbah perangkat komputer."

Semua yang berada di dalam ruangan berdecak kagum. "Keren, nih," ujar salah satu anggota KIR.

"Nggak hanya itu. Sampah elektronik peralatan rumah tangga juga bisa kita daur ulang menjadi sesuatu yang lebih berguna." Arghi menampilkan foto lain, foto kipas angin usang yang jari-jarinya telah dipasang lampu. "Contohnya kipas angin ini, masih bisa berputar, tapi lambat. Saya pasang beberapa lampu dengan warna berbeda, jadi ketika kipas ini diputar, akan menghasilkan lampu putar warna-warni."

Tepuk tangan pelan terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepuk tangan pelan terdengar.

"Dan saya masih ada beberapa ide untuk diaplikasikan pada sampah elektronik rumah tangga lainnya," tutup Arghi. "Mungkin sekian penjelasan dari saya."

Suara tepuk tangan terdengar seiring lampu ruangan yang kembali menyala. Salena tidak bisa menahan senyumnya untuk diberikan pada Arghi. Dan Arghi membalasnya dengan kedipan mata singkat, sehingga membuat senyum Salena lebih lebar.

"Cukup keren idenya," komentar Andan yang sejak tadi duduk di samping Salena.

"Jadi Arghi bisa masuk jadi anggota KIR untuk proyek daur ulang sampah ini, kan?" tanya Salena penuh harap.

"Le, sori." Adnan berdeham. "Karena proyek ini lama banget nggak ada perkembangan, akhirnya gue mengajukan judul lain ke Pak Hilman."

"Lho?" Salena tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.

Adnan mengangguk. "Kalau lo tetap mau, gue bisa ajukan lagi judul ini ke Pak Hilman, tapi ...." Adnan menggaruk pelan alisnya. "Teman satu tim lo hanya Arghi. Itu juga kalau lo mau."

Salena mengangguk tanpa ragu. "Gue sama Arghi bisa menyelesaikan judul ini."

Adnan mengangguk lagi, menyetujui. "Oke kalau gitu."

Saat Salena mau bangkit dari kursi, Adnan menahannya.

"Le?"

"Ya?"

"Lain kali, kita ... nonton gimana?" tanyanya.

Salena mengangguk ragu. "Semoga proyek ini nggak makan banyak waktu."

Adnan tersenyum. "Gue tunggu."

Salena cepat-cepat berdiri, lalu menghampiri Arghi yang sedang membereskan kabel yang menyambung ke proyektor. "Selamat datang, anggota KIR yang baru." Salena mengulurkan tangannya.

ONCE (Titik Teduh) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang