[Novel Titik Teduh berubah judul menjadi Once. Sudah terbit serta beredar di Gramedia dan toko buku]
Di hari ulang tahunnya yang ke-17, Salena meminta pada Mama untuk bisa tinggal bersama Papa. Hak asuh yang didapatkan oleh Mama ketika tujuh tahun l...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
CatattanggalPo-nya ya. Dari 28 Desembersampai 10 Januari. Untukdaftar online shop yang ikutbuka PO, infonyamenyusul ya. Atau, pantenginigcitra.novy untuk info lebihlengkap. Terimakasih ^^
Arghi tidak banyak bertanya ke mana pastinya mereka akan pergi. Selama perjalanan, Salena seperti operator GPS yang memberi tahu kapan dia harus belok ke kiri atau kanan, memberi tahu dalam jarak dua ratus meter ada perempatan dan arah mana yang harus diambil. Sampai akhirnya, setelah lima belas menit berlalu, Arghi sadar bahwa mereka sudah memasuki jalanan kompleks yang sepi di kawasan Kebon Baru Tebet.
“Di depan berhenti. Pager putih,” pinta Salena.
Arghi mengangguk. Lalu menepikan dan menghentikan motornya sesuai permintaan Salena.
Salena turun dari motor dengan menggunakan pundak Arghi sebagai penopang dua tangannya. Dia membuka kancing helm dan membereskan rambut sembari berdiri di samping Arghi. “Lo ngapain?” tanya Salena. “Kok diem?”
Arghi mengernyit. “Lah, gue harus ngapain? Nganterin lo, kan?”
Salena bergerak membuka selot pintu pagar dari luar seolah-olah itu adalah rumahnya. “Masuk lah.”
“Hah?” Arghi menatap Salena yang sudah benar-benar membuka pintu pagar. “Memangnya ini rumah siapa?”
“Nyokap gue.” Salena menggerakkan satu tangannya, mempersilakan Arghi untuk memasukkan motor ke carport.
“Hah, apaan?”
Salena mendengkus. “Muka lo nggak usah dibego-begoin gitu.”
Emangudahbego dari sananya, mau apalo? “Tunggu. Tunggu.” Arghi masih duduk di atas jok motor. “Kalau gue masuk, terus nanti ngapain?”
“Mama pengin kenal sama lo.”
“Hah?” Arghi memasang tampang lebih bodoh lagi.
Salena berdecak. “Buruan. Panas.”
Arghi tiba-tiba menyeringai. “Oh, jadi selama ini lo sering nyeritain gue ke nyokap lo, ya?” Satu alisnya diangkat. “Iya?”
“Lo mau masuk nggak?” Salena mengambil ancang-ancang melayangkan helm yang masih dipegangnya ke arah kepala Arghi.