BAB 01

10.5K 241 4
                                    

“Mau dikata apa, jika pilihan yang aku miliki hanyalah menerimanya.”

---------------------------------











Seperti hari biasanya, langit didominasi warna putih kebiruan dan juga matahari yang menyongsong teriknya pagi ini. Jam menunjuk pukul tujuh, Alea berjalan dengan langkah yang cepat. Kaki jenjangnya nampak tak sabar untuk sampai di ruang kelas.

Selama ia berjalan melewati koridor, banyak tatapan yang mengarah padanya. Mereka adalah anggota OSIS, iya, siapa lagi yang mengontrol kedisiplinan selain pihak guru di sekolah ini? Tentu saja mereka.

Alea adalah pribadi yang tepat waktu dan mampu mengontrol dirinya sendiri. Tapi karena perhelatan semalam, membuat Alea tak bisa mendengar bunyi alarm. Untung saja sang adik datang membangunkan.

Kelas yang Alea tempati sedikit menyudut. Enak karena dekat dari kantin, tapi tidak enak karena cukup jauh dari gerbang depan. Ya begini jadinya, menyita waktu di pagi hari.

Sebenarnya ada pintu samping yang menembus ke parkiran belakang, namun sejak setahun lalu akses itu ditutup karena beberapa hal. Salah satunya karena adanya aksi pembolosan massal. Gerbangnya tak begitu tinggi waktu itu, makanya dimanfaatkan siswa nakal.

Dan, bugh!

"Ah, maaf maaf!" pekik Alea.

"Kalo jalan itu pake mata!"

Alea mendongak, mengibas rambutnya. Keningnya mengernyit. "Kok marah-marah? Kan kamu yang nabrak."

Seorang cowok beralis tebal berdecih. Tubuhnya yang lebih tinggi itu sedikit menunduk dengan mata yang menyipit akibat silaunya matahari. "Kelas mana si lo, hah?"

Alea tak merespons, ia menyalip lelaki tak berotak tersebut begitu saja. Jujur, Alea takut dihukum. Namun sayang disayang, Alea tak dibiarkan lepas begitu saja. Tasnya ditarik sehingga langkahnya sulit. "Ih, apa sih!" Mau tak mau Alea membalik badan.

"Kalung gue jatoh."

"Ya terus?"

"Cariin."

Hello?! Kamu gak punya mata kah sampe-sampe minta aku bantu nyariin? Ups! Bahkan kamu gak bilang kata bantu!

"Malah bengong. Cepet cariin!"

"Gak mau! Kamu gak tau ini udah jam berapa?!"

Adriel, nama cowok yang kini memandang Alea dengan tatapan horor. "Heh, denger, ya. Kalo gue gak bisa nemuin kalung ini, abis lo."

Singkatnya Alea sudah tiba di ruang kelas. Hukumannya tidak bermakna, eh tapi untung. Alea tidak diperintahkan yang berat-berat, hanya menghapus sisa spidol di papan tulis.

*

Bel istirahat berbunyi menandakan siswa-siswi sudah diperbolehkan keluar kelas. Dari ufuk Barat hingga Timur, rombongan siswa sudah keluar menuju kantin.

"Kamu kenapa? Kok murung gitu, ada masalah, ya?"

Alea menatap Mila, perempuan yang duduk persis di sampingnya. "Hmm, nggak, kok. Ayo ke kantin! Aaaah aku gak sabar mau makan Bakso Pakde!"

Mila tersenyum. "Sama, ayo!"

Aduh, cowok itu serius nggak ya sama kata-katanya?

*

Kantin terlihat ramai, Mila membawa mangkuk baksonya begitu pun dengan Alea. "Yah, penuh ya, Mil?"

YAHBIMLAGO : AleaWhere stories live. Discover now