11 : kebijakan osis

7.9K 1.7K 123
                                    

"Maaf telat," ucap Sunwoo dan Jeno yang datang terakhir.

Keduanya tampak cukup berantakan. Semua orang dapat menyimpulkan bahwa Felix kembali melakukan baku hantam dengan mereka.

"Lo kenapa?" tanya Nakyung setelah Jeno duduk di kursinya, di sebelah gadis itu.

"Gapapa, Felix ngamuk lagi," jawab Jeno.

Nakyung memperhatikan wajah Jeno dengan seksama, "Muka lo biru gitu, gapapa gimananya? Abis ini balik UKS sana lo bareng Sunwoo."

"Iya iya, kuy lanjut rapat dulu," ucap Jeno.

Sunwoo menghela nafasnya. "Jadi, info apa yang berhasil kalian dapet?" tanya Sunwoo.

"Felix bukan ketempelan, ustadz bilang ada hal lain yang ganggu pikiran Felix, tapi bukan anu," jawab Daehwi.

"Anu apa ya, ambigay," celetuk Guanlin.

Di bawah meja, Nakyung mencubit lengan pemuda tinggi tersebut. "Diem," ucapnya.

"Fix bukan karena makhluk halus. Heejin bilang, gak ada yang mau deketin Felix karena dia terlalu absurd," tambah Kim.

"Heejin siapa?" tanya Haechan.

"Temen gue," jawab Kim.

"Mau kenalan Chan? Barusan gue abis kenalan looh," ucap Nakyung.

Haechan menggeleng dengan tegas. "Gak deh, makasih. Serem kalo sama Nakyung mah, firasat gue suka ngga enak,"

"Berarti, hipotesis pertama tentang ketempelan bisa kita coret. Opsi lainnya, Felix depresi. Tapi masa sedepresi itu sampe dideketin aja ngamuk?" tanya Jinyoung.

"Kayaknya Felix emang punya masalah finansial, tapi gue gak nyangka juga kalo sampe kayak gini," jawab Daehwi.

"Kalo udah kayak gini, pelarian kita mau kemana? Ngelunasin? Sini gue bantu," ucap Guanlin.

"Nah eta, alejandro jual, Lin," celetuk Haechan.

"Dih gak boleh. Alejandro kenangannya banyak," balas Guanlin.

"Seisi sekolah berharap kita 'benerin' Felix, tapi gimana caranya? Ada yang mau jadi tumbal buat deketin Felix?" tanya Sunwoo.

Seisi ruangan kompak menggeleng.

"Hehe, kenapa gak lo aja, Woo? Hehehe," ucap Nancy.

"NAAAHHHHH,"

"ASHIAAAP!!"

"Udah udah stop!" seru Sunwoo sambil menggebrak meja. "Lewatin dulu lah tumbal-tumbalan. Sekarang kita kumpulin beberapa hipotesis tentang Felix, dan bagi kalian yang punya ide tentang hal ini, silahkan, forum terbuka lebar."

"Gini deh, orang yang stres, apalagi kalo masih sekolah, pasti dateng ke psikiater. Mereka pasti punya obat, dan dari obat itu kita bisa tau penyakitnya," kata Guanlin.

"Gimana bisa Felix yang katanya punya masalah finansial dateng ke psikiater? Ke dokter jiwa kan gak murah, obatnya juga," kata Choerry.

"Sudut pandang orang kaya kan beda, Chor. Btw kok lucu ya manggil lo Chor," celetuk Haechan.

"Bisa aja Felix kena masalah finansial karena harus ke psikiater itu? Atau jangan-jangan obatnya abis, makannya menggila?" gumam Kim.

"Orang depresi kan butuh perhatian, tapi kok Felix galak amat," kata Nancy.

"Gue setuju sih masalah obat-obatan. Gimana kalo kita adain razia? Gue bisa minta PKS buat nyusun jadwal secepatnya," saran Sunwoo.

"Minju, segera dibikin surat resmi buat PKS* ya," pinta Nancy.

Minju dan Choerry mengangguk, dan segera bergelut dengan laptop mereka. Jeno cs akhirnya menyadari keuntungan bekerja sama dengan OSIS, mereka bisa minta bantuan pada hampir siapa saja.

"Ashiap, Hwall udah ngosongin jadwal PKS. Hari ini juga mereka maju proposal, kalo diterima, besok razia," ucap Sunwoo.

Nancy melirik jam tangannya, sebentar lagi bel pergantian jadwal akan berbunyi.

"Karena kita udah terlanjur dispen, kalian bisa ngapain kek. Gue, Sunwoo, sama Minju mau ke PKS, kalian terserah," kata Nancy.

"Yaudah, kita stay di markas juga. Kalo ada apa-apa, chat atau datengin markas aja, kita di sana," kata Jeno.

"Oke, rapat ditutup,"

"Oke, rapat ditutup,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hehew

[✔] The Lost : Habitual Strange  (00ㅡ01L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang