Pagi

75 13 3
                                    

Tut...tut...tut

Handphone Jani berbunyi. Membuat Jani yang sedang asik – asiknya bermimpi liburan ke hawaii itu harus tersadar dan terbangun dari mimpinya. Jani yang setengah sadar langsung meraba sekitar; mencari ponselnya. Terlihat dalam layar ponselnya panggilan dengan nama Alfin.

"Halo, selamat pagi Jani"

"Apaan sih Fin. Masih pagi tahu"

"Enggak Jani, aku Cuma rindu"

"Rindu...rindu. Masih pagi tahu!"

"Enggak ada kata terlalu pagi untuk memulai suatu rindu Jani. Apalagi kepadamu"

"Huh dasar!" jawab Jani dengan nada lemas karena masih ngantuk.

"Oh iya, aku mau kasih tau sesuatu ke kamu Jani"

"Apa tuh?"

"Nanti siang aku jemput"

"Enggak bisa langsung sekarang kasih taunya?"

"Enggak Jani"

"Hmm"

"Pokoknya sekarang kamu mandi. Dandan yang cantik. Biar aku makin sayang sama kamu Jani"

"Ih!" Jani langsung menutup telfonnya. Kemudian melihat kembali layar ponselnya. Ternyata sudah pukul sebelas siang. Betapa kesiangan adalah penyakit yang susah untuk Jani sembuhkan. Jani berusaha bangkit dari ranjang ternyamannya. Mengumpulkan segenap kekuatan juga niat untuk sekedar pergi ke kamar mandi. Kalau hal ini rasanya tidak hanya Jani yang mengalaminya. Kalian pun pasti pernah merasakan hal yang serupa.

Setelah selesai mandi. Jani langsung melihat ponselnya. Ada beberapa pesan masuk dari Alfin.

Aku didepan Jani

Tanpa pikir panjang Jani langsung menemui Alfin yang sudah hampir tiga puluh menit menunggu diluar.

"Eh ada tamu"

"Ada tamu. Udah tiga tahun nih nungguin disini!"

"Kurang lama enggak?" ledek Jani

"Kurang"

"Yakin?"

"Yakinlah!"

Kemudain Jani masuk kembali kedalam kost-an nya. Menutup pintu dan meninggalkan Alfin.

" Bener – bener ya!" ucap Alfin teriak.

"Katanya kurang lama"

"Iya terserah deh!."

Kemudian Jani keluar lagi. Kali ini rapih.

"Yuk"

"Kemana?"

"Bebas, jangan disini"

Setelah melalui perundingan panjang. Perdebatan sengit. Akhirnya mereka memutuskan untuk berbicara di kedai kopi langganan Jani. Tentu saja masih dengan espresso kesayangan Jani dan milkshake kesukaan Alfin.

"Jadi apa yang mau dibicarakan Fin" ucap Jani membuka obrolan.

"Gini Jani, aku sama teman – teman yang lain berencana liburan ke Malang"

"Terus?"

"Kita ikut travel agent gitu. Dan kebetulan ada satu bangku kosong. Kamu mau ikut?"

"Berapa biayanya Fin?"

"Sebenarnya gratis Jani, semua biaya sudah tertutup. Hanya saja sayang kalau sampai bangkunya kosong. Maka dari itu aku ngajak kamu."

"Hah? gratis? serius?" jawab Jani antusias.

"Iya serius"

"Terus teman – temanmu yang lain bagaimana?"

"Mereka sudah setuju kok"

"Kapan berangkat?"

"Lusa, bagaimana?"

"Kalau gratis, siapa sih yang ingin menolak Fin" Jani tertawa.

Jani yang sudah lama tidak merasakan liburan merasa sangat senang dengan ajakan Alfin. Apalagi yang sifatnya gratis. Rezeki memang tidak kemana. Ucap Jani dalam hati. Setelah selesai berbincang. Mereka berdua pergi kesalah satu mall di tengah kota Yogya. Mencari beberapa kebutuhan yang mereka perlukan selama berlibur di Malang.

"Malang dingin Jani, kamu punya jaket?"

"Enggak Fin"

"Coba deh ini, cocok sama kamu"

"Bagus sih Fin, ini jaket yang udah lama aku impikan. Tapi enggak deh. Nanti saja belinya kalau sudah ada uang"

"Yasudah Jani"

"Mau cari apalagi?"

"Aku sih udah"

Sepulang dari mall itu. Jani terus memikirkan soal jaket itu. Barangkali esok Jani harus menabung lebih giat untuk mendapatkan jaket itu. Jaket yang sudah lama Jani impikan. Setelah beres membeli beberapa kebutuhan. Mereka langsung memutuskan untuk pulang. Dan malam setelahnya tidak ada lagi acara diluar. Mereka sibuk mempersiapkan barang bawaannya. Sebelum akhirnya esok mereka harus berkumpul di stasiun tugu untuk memulai perjalanan ke malang.

HILANGWhere stories live. Discover now