Bandara

77 13 2
                                    

Hari ini, Jani men-setting alarm lebih awal. Ia tak ingin telat dihari penting ini. Hari yang telah lama Jani tunggu. Hari ini Alfin pulang. Menurut pesan yang Jani terima. Alfin akan mendarat di Bandara Adisutjipto pada pukul sepuluh pagi. Rencananya, hari ini Jani akan menemui Alfin di Bandara. Hari ini Jani tidak sendiri, Sepanjang perjalanan kebahagiaan menemani dirinya, Jani terus membayangkan Alfin dari kejauhan berlari untuk mendekati Jani, kemudian memeluk erat Jani, dan berkata Jani aku rindu, aku kembali untukmu.

"Alfin, aku rindu " ucap Jani lirih.

Mobil taxi yang Jani pesan hari ini menjalankan tugasnya dengan baik. Mengantar Jani sampai ke bandara tanpa kekurangan apapun, hanya saja telinganya sedikit terganggu karena musik koplo yang terus bersenandung disepanjang perjalanan. Telinga Jani tidak biasa mendengarnya. Tapi mau bagaimana lagi. Setelah membayar ongkos perjalanan. Jani bergegas melangkah menuju bandara. Langkahnya penuh semangat dan juga harap. Jani telah sampai di ruang tunggu. Kemudian Jani melihat jam, memastikan bahwa ia tidak telat. Iya Jani tidak telat, justru Jani datang lebih awal. Tanpa ambil pusing Jani langsung mencari tempat untuk duduk dan menunggu pujaan hatinya yang sudah lama tak kembali itu datang. Untuk mengusir rasa bosannya, Jani membaca novel kesayangannya. Matanya menari - nari mengikuti alur tiap kata yang tercetak. Sampai akhirnya fokus Jani pecah ketika Jani melihat beberapa orang yang datang. Jani mengintip dibalik bukunya mencari sosok lelakinya. Setalah memandangi dua sampai lima orang akhirnya Jani melihat sosok lelakinya yang selama ini ia tunggu. Jani berbegas berdiri dan melambaikan tangan.

Dikejauhan Alfin terlihat sedang menelfon. Entah menelfon siapa, mungkin keluarganya. Jani langsung beranjak dari tempat duduknya. Alfin masih menelfon dan belum menyadari keberadaan Jani. Sampai akhirnya beberapa langkah lagi Jani sampai pada kekasihnya yang sudah tiga tahun tidak bertemu itu. Segala kerinduan telah menemukan tuannya, yaitu kamu Fin. Kamu tuan atas segala rinduku dihari kemarin.

"Al..." Belum selesai Jani menyapa Alfin. Mulutnya dipaksa bungkam oleh pemandangan yang tidak baik untuk hati Jani. Tiba - tiba dari arah berlawanan seorang gadis berlari kencang dan memeluk Alfin, dan yang lebih membuat hati Jani hancur, Alfin mencium kening wanita tersebut dan berkata "Aku kembali sayang". Semuanya terjadi begitu cepat, tepat di depan mata Jani. Didetik itu juga, dunianya mati. Jani masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat barusan. Tubuhnya lemas. Hatinya tidak cukup kuat untuk memastikan dan menanyakan perihal wanita itu kepada lelakinya. Baginya, pelukan dan ciuman dikening sudah cukup untuk menjelaskan semuanya. Kini usai sudah penantian Jani, tiga tahun yang Jani habiskan untuk menunggu Alfin, tiga tahun yang Jani jaga untuk Alfin, Tiga tahun itu berakhir sia - sia.

"Fin"

Alfin menoleh kearah suara itu dan terkejut. Disana ada Jani yang sudah tidak kuat dengan adegan kemesraan yang Alfin pertontontan tepat di depannya. Tangisnya pecah, air matanya tumpah ruah. Jani berlari meninggalkan semua harapnya, disusul Alfin yang ikut berlari mengejar Jani sampai tepat diluar bandara.

"Taxi" Jani melambaikan tangan pada taxi yang ada di depannya.

"Jani, tunggu Jani" ucap Alfin dengan napas terengah - engah.

"Pergi Fin!"

"Tapi Jani, semuanya" belum sempat menyelesaikan ucapannya Jani lebih dulu memotongnya.

"Aku sudah benar - benar tidak ingin melihatmu lagi!" entah apa yang Jani katakan saat itu. Padahal dirinya hanya ingin berbalik badan dan memeluk Alfin tanpa pernah melepaskannya.

Taxi telah berhenti tepat di depan Jani.

"Tapi Jani, aku minta maa"

"Sudah Fin! kalau kamu tidak mau pergi. Biar aku yang pergi" Jani melanjutkan langkahnya, membuka pintu taxi. Sebelum menutupnya, tanpa menoleh kearah Alfin, Jani berkata "Simpan kata maafmu. Terimakasih telah menjadi duniaku. Terimakasih karena telah seolah menjadi rumah untukku. Ternyata aku salah" Brukkk.!

***

Dahulu sewaktu kecil saat usia Jani masih berumur lima tahun, untuk pertama kalinya Jani terbang menggunakan pesawat.

Ayah Jani yang senang memperkenalkan sesuatu kepada Jani saat itu memberitahu bahwa tempat yang akan membawa mereka terbang adalah bandara.

"Jani, bandara itu tempat orang menemukan dan melepaskan"

"Maksudnya yah?" Tanya Jani yang masih bingung dengan ucapan Ayahnya. Wajar saja saat itu usianya masih belia. Ucapan Ayah Jani terlalu berat untuk dicerna anak seusianya.

"Iya, bandara tempat kita menemukan orang yang kita sayang, dan juga tempat kita melepaskan orang yang kita sayang Jani" Ucap Ibu memperjelas maksud dari perkataan Ayah Jani.

"Jani enggak ngerti Yah, Bu"

"Iya, enggak masalah Jani, suatu hari nanti kamu pasti mengerti" ucap Ayah sembari mengacak - ngacak rambut Jani, anak perempuan kesayangannya itu.

***

"Ayah benar, bandara adalah tempat kita menemukan atau melepaskan orang yang kita sayang. Dan hari ini Jani merasakan keduanya Yah, Bu. Jani menemukan orang yang Jani sayangi, yang Jani tunggu selama ini. Seseorang yang Jani anggap sebagian dunia Jani, seseorang yang menjanjikan hidupnya untuk Jani. Di bandara itu, Jani menemukannya kembali. Namun Jani juga harus melepaskan orang yang sama. Orang yang sangat Jani sayangi. Yah, Jani mengerti sekarang."

Jani tersadar dari lamunan masa lalunya, tanpa sadar wajah yang sebelumnya mendung kini dihujani air mata.

"Ayah, Ibu. Jani rindu."

HILANGWhere stories live. Discover now