BAB 18

515 40 1
                                    

Daniel bangun tidur di pagi hari. ia tidur begitu nyenyak bahkan mimpinya sangat indah sampai-sampai dirinya enggan bangun dari tidurnya.

Merenggangkan tubuh, Daniel memiringkan tubuhnya. Menepuk-nepuk sebelah ranjangnya yang kosong. Ranjangnya begitu besar dengan ukuran king size tapi ia tidur sendirian tidak kurang dari 17 tahun lamanya.

Daniel kini melamun, membayangkan Caren ada di ranjangnya. Kapan mimpinya akan terwujud? Kapan khayalannya akan menjadi kenyataan?

Kemarin mereka telah resmi berpacaran. Setidaknya salah satu impian Daniel terwujud. Daniel mengulurkan tangannya ke arah meja nakas dan meraih ponselnya yang tergeletak di sana.

Daniel menatap layar ponselnya, menatap lama foto yang kemarin ia ambil, yang kini ia jadikan sebagai wallpaper. Menjijikkan? Berlebihan? Ah, Masa bodoh. Foto itu sebagai bukti kalau dirinya tidak sedang bermimpi atau sedang mengkhayal.

Ditatapnya foto pertama mereka dan itu hari dimana mereka jadian. Hari dimana Caren juga menyatakan cinta padanya.

Mengingat hari ini adalah hari Sabtu dan mereka libur kerja maka Daniel berinisiatif untuk menghubungi Caren. Kangen, yah namanya juga baru pacaran. Masih hangat-hangatnya.

Daniel sedikit tidak sabar karena gadis itu cukup lama untuk mengangkat panggilannya, begitu mendengar suara Caren, rasa kesal Daniel langsung hilang begitu saja.

"Pagi, Cantik. Lagi apa?" Daniel berbasa-basi, sebelah tangannya ia jadikan alas kepala dan kakinya bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri. Jari-jarinya membentuk pola tidak jelas di atas selimut. Seperti pria remaja yang sedang kasmaran dan salah tingkah.

"Lagi santai, kenapa?"

"Jalan, yuk."

"Mau jalan kemana?"

"Mall? Nonton, nongkrong di kafe atau kemana gitu terserah kamu."

"Oke. Aku siap-siap dulu." Daniel tidak menyangka, Caren akan langsung mengiyakan ajakannya. Merasa senang kakinya bergerak-gerak semakin kencang. Ajakannya tidak berlebihan, kan?

"Tidak perlu dandan. Sudah cantik." Godanya, berusaha menahan tawa.

Begitu sambungan terputus Daniel tidak bisa menyembunyikan sorak bahagianya. "Yes!" Daniel mengepalkan tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Ia juga akan segera bersiap-siap untuk kencan pertamanya dengan Caren setelah resmi berpacaran.

Daniel bangun dari ranjangnya menuju kamar mandi. ia sama sekali tidak bisa berhenti tersenyum. Daniel begitu senang sampai bersiul-siul, menyanyi asal dengan lirik dan nada karangannya sendiri, bahkan menggoyang-goyangkan pinggulnya.

Daniel bercermin cukup lama sambil merapikan rambutnya, ketika Daniel sedang mengenakan kemeja, terdengar suara bel. Di lihatnya tamu yang tidak di undang melalui layar CCTV yang ia pasang di kamarnya.

Daniel mendesah. Ia harus menyusun alasan untuk menolak ajakan apapun yang akan di tawarkan oleh gadis itu. Daniel mengancingkan kemejanya dan menarik ritsleting celananya.

"Biar saya saja yang buka, Bi." Ucap Daniel pada pembantunya.

Begitu ia membuka pintu rumahnya. Anna langsung masuk dan tidak memberikan kesempatan pada Daniel untuk bicara atau sekadar menyapa.

"Daniel, ayo temani aku jalan-jalan." Anna masuk dengan santainya dan langsung duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, seolah-olah rumah Daniel juga rumahnya.

When We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang