BAB 22

478 55 0
                                    

Ketika sudah sampai di dalam mobil Daniel tidak bisa untuk tidak menanyakan hal yang sedari tadi ada di pikirannya. "Benarkah itu?"

Pikirannya kacau. Perasaan hatinya yang beberapa jam lalu berbunga-bunga kini layu dan tandus.

Suara Daniel yang begitu tenang membuat Caren merasa takut. Ia lebih memilih Daniel marah padanya daripada bersikap setenang ini.

Ekspresi Daniel juga membuatnya takut. Tidak pernah ia melihat Daniel yang terlihat begitu kecewa, terlebih dirinya sendiri yang menjadi penyebab Daniel kecewa.

Caren sangat menyesal, tapi itu semua benar. Ia sebenarnya sudah berkali-kali ingin mengajak Daniel bicara dan mengaku pada pria itu, tapi Daniel malah menghindar darfinya.

Sampai mereka lulus, Caren belum sempat meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Caren menyesal dan ia menerima jika Daniel meminta putus sekarang. Baginya terlalu lancang mengharapkan Daniel tapi sudah menyakiti perasaan pria itu.

Ia juga salah, seharusnya saat itu Caren berusaha lebih keras lagi. Bukannya menyalahkan Daniel yang menghindarinya seperti wabah penyakit mematikan.

Caren tidak memberikan alasan apapun karena ia memang tidak berhak untuk membuat alasan.

Alasan hanya membuatnya bersikeras bahwa dirinya tidak bersalah padahal sebenarnya dirinya bersalah.

"Maaf." Hanya itu yang bisa terucap dari bibir Caren. Saat ini Caren hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani menatap Daniel.

Daniel menghembuskan napas, Caren mengintip sedikit dan mendapati tatapan kecewa dari pria itu. Caren kembali menundukkan kepalanya.

"Sementara waktu biarkan aku sendiri."

Caren mengangguk, ia berharap Daniel tidak akan terlalu lama marah padanya. Ia ingin menjelaskan semuanya tapi sampai Daniel siap mendengar semua cerita darinya.

****

Daniel sampai ke rumahnya dan langsung merebahkan diri di sofa panjang. Lampu ruangan tidak ia nyalakan, merasa malas dan tidak bertenanga.

Ucapan Hardi terngiang-ngiang di benaknya. Daniel tidak menyangka Caren bisa bersikap seperti itu. Kenapa Caren tega melakukannya? Setaunya, Caren berasal dari keluarga menengah. Meskipun Ayahnya sudah meninggal tapi keluarga gadis itu tidak mengalami kesulitan ekonomi. Kenapa Caren mau melakukan taruhan seperti itu? kenapa?

Daniel bangkit berdiri, berjalan terseok-seok menuju kulkas dan mengambil botol berisi air dingin. Ditegaknya minuman itu hingga tandas dan Daniel meremas kuat botol plastik itu.

Perlu menenangkan dan menyegarkan diri, Daniel memutuskan untuk mandi lagi.

Sudah lebih dari 20 menit tapi Daniel hanya menguyur tubuhnya. Telapak tangan pria itu di ditempelkan di dinding, menundukkan kepalanya dan membiarkan air shower membasahi tubuhnya.

Daniel berpikir keras, alasan kenapa Caren tega melakukan hal itu. Apakah dirinya sebegitu rendahan hingga Caren menjadikannya sebagai bahan taruhan?

Merasa kesal dengan perasaannya dan hatinya yang mengebu-gebu pada Caren, membuat Daniel meninju dinding berkali-kali.

"Kenapa!? kenapa!? kenapa!? padahal dia punya banyak sekali kesempatan untuk mengatakannya padaku!" Apakah dia balas dendam karena aku menyembunyikan jati diriku? tangan Daniel meninju keras dinding, membuat tangannya memar dan terluka. Daniel tidak bisa merasakan lagi rasa sakit di tangannya karena rasa sakit dihatinya jauh lebih hebat.

****

Keesokan harinya, di kantor tidak seperti hari-hari biasanya. Bedanya, hari ini Daniel tidak menjemputnya seperti biasa dan ia hampir telambat karena bus yang di naikinya terlambat datang. Caren kembali merasakan rasanya berdesak-desakkan dengan karyawan lain yang juga satu bus dengannya.

When We Meet AgainDove le storie prendono vita. Scoprilo ora