BERMULAI

4 1 0
                                    

Tak ada yang tahu apa bagaimana alur berjalannya Takdir, bagaimana ia menghampiri objeknya, jelasnya kita tahu, manusia hanya perencana sisanya alam yang menetapkan.
________________________

Ziella tersenyum lebar didepan cermin unik yang ada dikamarnya, cermin itu terlihat sangat kuno tetapi khas elegant juga menghiasinya. Ia memandangi dirinya bangga, ia memakai kaos hitam polos disertai hot pants yang senada warna bajunya, tak lupa cardigan putih ketat terbungkus dipunggung kecilnya. Setelah mengoleskan sedikit liptint vers ombre, akhirnya ia menurungi tangganya, dan langsung saja memakai sendal jepit lucunya.

"Bun Zii mau ke mini market sebentar yah," pamitnya tanpa melihat ibunya. Ibu Zii hanya berteriak, agar ia cepat pulang, alias tidak keluyuran.

Zii berjalan santai sesekali menikmati hembusan angin yang menyapa wajah mulusnya, sesekali juga menendang batu-batu kecil yang terdapat dijalanan itu. Ia sudah memilih-milih cemilan yang akan ia santap, ketika ingin membuka lemari es, tiba-tiba saja tangan kekar itu membukanya terlebih dahulu, Zii spontan terkejut.

"Ghibran?" tanyanya.

Lelaki itu tersenyum dan menaikkan kedua alisnya bertanya, lalu mengangguk mengiyakan. Zii tersenyum lebar grogi, ia gugup ingin membicarakan apa, berbeda dengan Ghibran yang masih santai memilih-milih minuman.

"Lo anak OSN?" tanya Zii sok-akrab.

"Hem?, ah iya" jawabnya masih fokus pada kegiatannya.

"Lo satu Smp dengan Kina?" tanyanya lagi.

Ghibran menanggapinya dengan mengangguk kecil, ia seperti sudah memilih dan ingin ke kasir untuk membayar. Zii mengekorinya dari belakang. Zii bercerita dan bertanya terus, Ghibran juga tak kunjung mengeluarkan ekspresi risihnya, jadi Zii anggap fine-fine saja jika ia berbicara.

"Gue bisa minta nomormu tidak?" minta Zii tak malu.

Ghibran yang mendengar itu sedikit terkejut, apa-apaan wanita ini, pikirnya. Tetapi Ghibran merasa tidak keberatan, akhirnya ia memutuskan memberi Zii nomor teleponnya. Zii akhirnya pamit duluan, Ghibran masih memperhatikan wanita tadi sambil berjalan kecil bersenandung. Tak sadar kedua sudut bibirnya terangkat membuat lengkungan indah.

☻☻☻

Zii dan Kina sudah ada didalam kelas, sedangkan Tigris belum terlihat batang hidungnya hingga kini, pasti terlambat lagi, karena semalam ia mengabari akan menghabiskan drama Koreanya. Zii membicarakan pertemuan singkatnya dengan Ghibran, tentu saja akan sangat diantusiasi oleh Kina. Zii berpikir mungkin saja Kina menyukai Ghibran bukan? dilihat dari visual mereka sangatlah cocok.

"Cie ciee Kin lo suka Ghibran yah?" ejeknya sambil cekikikan.

Kina hanya tertawa hambar, tak ingin meggubris Zii yang masih pagi wajar saja saraf yang ada diotaknya belum terunduh sepenuhnya.

Bebeda suasana, kelas X Ipa 1, sedang ricuh akibat perkelahian adik kelas dan kakak kelas, entah seberani apa teman kelas Ghibran ini menganggu kakak kelas, sehingga kakak kelas itu terlihat sangat marah dan berteriak tidak jelas. Akhirnya Ghibran dan Bani memutuskan untuk keluar dari kelasnya, Ghibran sangat mengantuk, berisik sekali mereka, pikirnya.

Ia memasang kedua IPod ditelinganya, memasang lagu kesukaannya, dan menyandarkan dirinya ditembok koridor.

Ternyata Tigris tidak kesekolah, ia terlambat bangun dan terjadi pelebaran pada pembuluh darahnya di area otak alias Migrain, itulah sebabnya ia bolos sekolah lagi. Kina dan Zii sudah berjalan menuju parkiran sekolah, Kina membawa sepeda motornya, Zii dan Kina berinisiatif untuk singgah ke Mall untuk nonton film yang sedang Trending sekarang.

☻☻☻

"Filmnya bagus banget loh," ucap Zii sambil menoel kecil lengan Tigris yang sudah ngambek akibat tidak ikut serta dalam acar nonton-menonton.
"Tau ah gue kesal," ucap Tigris dengan bibir yang susah maju kedepan. Ziella tertawa kecil lalu menarik rambut Tigris kasar, lalu terbahak-bahak tidak jelas.

Kina baru saja masuk kedalam kelas, dengan muka yang lesu tetapi masih tampak cantik. Ia menyapa kedua temannya ini dengan lambain singkat dan langsung saja nyosor di kursi dan tidur.
Tentu saja kedua temannya ini tidak tinggal diam, ia menatap Kina sambil bertos ria. Zii dengan jahilnya mengambil handphone Kina yang ada dihadapannya, ia dan Tigris mengotak-atik tak jelas. Ia dengan santainya membuka aplikasi chatingan Kina, Tigris dan Zii serentak mebulatkan matanya, mereka melihat da pesan baru, Ghibran yang mengirimnya.
Zii dan Tigris saling memandang dan saling menapakkan muka jahilnya.







OUTROWhere stories live. Discover now