Pertama Kali

1 1 0
                                    

'Huftt' entah sudah dengusan keberapa kali, nampak gusar dan tak sabaran, Zii memang sangat membenci yang namanya menunggu.

Ia memandangi bundaran kecil berwarna coklat muda yang ada di tangan kirinya, ia berdecak kesal,

sudah jam berapa ini, ck lama sekali dalam hatinya kesal.

Selang beberapa menit, nampaknya orang yang ditunggu juga sudah tiba, ia mengepalkan tangannya lalu dimainkan seolah-olah siap untuk meninju sasarannya.

"Lama banget lu, gue sudah lumutan tau nggak," teriaknya dengan suara yang dapat dikatakan sangat memekakkan telinga.

Yang dimarahi hanya tersenyum hambar, tak menghiraukan teriakan yang dilimpahkan kepadanya.

"Naik, buruan." perintahnya tegas.

Zii membelalakkan matanya, tapi akhirnya ia mengalah, tak ada habisnya jika ia melawan lelaki berotak emas yang ada dihadapannya sekarang. Zii yang sudah ada di mobil akhirnya, ia celingak-celinguk menoleh ke jok belakang, seperti ia mencari seseorang.

"Bran, Bani nggak ikut?", yang ditanya hanya mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban.

"Kenapa?" tanya Zii lagi,

"Sibuk, ada urusan yang penting katanya,"

"Jadi kita hanya berdua dong, Tigris dan Kina juga tidak bisa ikut,"

Ghibran mengedikkan bahunya, lalu menatap Zii dengan senyum manisnya, entah apa maksudnya, Zii tak mengerti.

•••

Zii dan Ghibran memutuskan untuk makan disalah satu resto yang ada di Mall itu, Ghibran yang nampak berdiri tegak masih mengantri, Zii dari kejauhan berapa radius memandangi punggung Ghibran lekat.

'Lebar banget kayak tripleks aja'
dalam hati Zii bertutur, entah itu pujian atau ejekan.

Ghibran yang sudah menghampiri Zii dengan nampang yang ada di kedua tangannya, Ghibran langung duduk dan memakan makanannya diam dan tenang, dan Zii sudah mulai kesal.

"Bran mau nonton apa nih?" tanyanya antusias.

"terserah aja sih, yang intinya yang berfaedah," jawabnya tetapi masih fokus pada makanannya. Zii mengangguk dan tersenyum lebar.

Canggung, entah mengapa. Padahal bukan hanya pertemuan ini mereka berdua, suasana apaan ini. Zii mencuri-curi pandang ke Ghibran yang tengah serius memainkan telepon genggamnya.

"Makan dulu, jangan lihat gue seperti itu, nanti gue.." ucap Ghibran ditengah ia masih memainkan teleponnya itu. Zii tersedak akibat dari ucapannya itu, ia memukul dadanya keras, nampak gelagapan, Ghibran menarik tangan Zii lalu memberinya air minum.

"lo nggak apa-apa?" tanya Ghibran nampak khawatir. Zii menggeleng cepat, lalu membalikkan badannya malu.

'Lo ngapain sih Zii' kesal Zii meruntuki dirinya sendiri.

Mereka berdua berjalan beriringan, nampak begitu serasi. Banyak pasang mata memandang, entah itu karena Ghibran atau dirinya, ah Zii tidak tau.

Setelah mereka membeli tiket, ia duduk sejenak menunggu kapan teaternya ditanyangkan, Zii berdiri membeli popcorn dan cola sebagai pelengkap untuk acara nonton-menontonnya nanti.

Setelah duduk dibagian F, Ghibran nampak fokus menonton sendiri, serasa dunia milik sendiri. Zii mendengus kasar, tak ayal membuat Ghibran melihat Zii dan menaikkan kedua alisnya sebagai tanda tanya. Zii memamerkan mata tajamnya, laly ia berbisik kesal "lo asik sendiri, ck ga asik banget lo," Ghibran terkekeh kecil, lalu ia juga mendekat ke telinga Zii untuk dibisikkan sesuatu "gue grogi ini, baru pertama nonton sama cewek,"

Zii memukul lengannya kecil, kesal apakah Ghibran tidak tahu bulu kuduknya sudah merinding, akibat bisikannya tadi. Tak mau ambil pusing, Zii juga menonton filmnya dengan tenang, tapi tunggu dulu, Zii dengan cepat membalikkan badannya kaget, Ghibran menggengam tangannya, terasa hangat dan berdebar.

Ghibran yang melihat muka Zii tersenyum hangat lalu berkata
"ini dingin," ucapnya yang berhasil membuat jantung Zii akan lari pada tempatnya.

☻☻☻

Zii menatap nyalang dirinya dipantulan cermin wc, menatap matanya yang agak memerah akibat ia tertidur tadi di dalam bioskop, ah Zii baru ingat, ternyata Ghibran sedang menunggu diluar. Zii buru-buru memasukkan peralatan makeup yang selalu dibawa kemana-mana. Sebelum keluar dari pintu toilet ia merapikan rambutnya dan mengusap matanya, untuk memastikan dirinya sudah terlihat segar.

Disambut oleh senyuman kecil dari pria tampan di depannya, Zii dibuat kaget karena Ghibran langsung menarik tangan Zii dan digenggam.
Zii melotot, jantungnya sepertinya akan meledak. Ia ingin menarik tangannya, tapi sepertinya saraf-sarafnya tak ingin melakukan hal itu. Ntahlah apa yang dipikirkan Ghibran saat ini,pokoknya Zii sangat senang.

Ya ampun semoga saja hari ini Official Zii membatin.

Ghibran dan Zii melanjutkan tongkrongannya disalah satu outlet coffe yang ada di mall itu.
Zii merasa canggung, apa-apaan.
Ghibran duduk dengan tenang, lalu menyesap kopinya dengan elegant, sedangkan Zii mengacak-acak minumannya tanpa berniat meminumnya, Ghibran yang melihat itu mengangkat kedua alisnya sembari bertanya "ada apa?" tanyanya.

Zii menggeleng cepat sebagai jawaban, aduh gawat tentu saja ini bukan dirinya.

"Apa tangannya bisa gue genggam?" tanyanya sarkas.

Tanpa mendengar jawaban Zii, ia langsung saja meraih tangan kecil itu, lalu mengatakan sesuatu yang dimana Zii sangat-sangat shock senang secara bersamaan.

"Zii sebenarnya gue udah lama banget suka sama lo," ucapnya tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun dari mata Zii. Zii hanya terdiam serta menyadarkan diri bahwa kejadian ini benar adanya.

"Gue juga," jawabnya dengan menundukkan kepalanya, ia tak snaggup menatap manik mata cowok yang didepannya. Dalam hati ia sudah  epilepsi alias kejang-kejang tak karuan akibat pengungkapan yang sangat dadakan. Ia berharap semoga Ghibran akan memberinya kepastian dengan adanya sebuah status hubungan.

"Terima kasih," ucap Ghibran lagi.

Gitu aja? Shock Zii membatin.

Wah Ghibran memang sesuatu, masa ia yang ingin menembak? Yang ia ketahui selama hidupnya dimana-mana cowok yang akan memulai sebuah hubungan, bukankah begitu?

Zii jadi lemas dibuatnya, hari ini yang terjadi hanyalah sebuah pengungkapan, bukan pengajakan. Zii terus terdiam didalam mobil, dan Ghibran agak sedikit bingung, kenapa cewek yang seperti cacing kepanasan, tiba-tiba terdiam. Ghibran mencoba berfikir positif mungkin Zii sedang lelah dan butuh istirahat, jadi dia juga tidak mengubris Zii dan kembaki fokus menyetir.

☻☻☻

Apa ada yang salah yah dari gue? Zii membatin, memandangi dirinya didepan cermin uniknya, setelah kegiatan mengoleskan brand-brand skincare routinenya, mungkin ada yang salah dari dirinya sehingga Ghibran tidak kunjung meresmikan hubungan mereka, ia mulai berfikir lebay dan aneh. Apakah dia yang tidak sabaran atau apakah dia bukan tipe Ghibran? atau bagaimana?

Ia mengecek hpnya berniat melihat apakah ada notifikasi untuknya dari Ghibran, ia mendengus kasar lelaki itu memang-

Tring

Sebuah notifikasi masuk, dan itu dari Ghibran hampir saja ia ingin mengumpati lelaki itu.

BRAN

Selamat malam.

Ya Ampun apa-apaan, ucapan selamat malam doang, kira ungkapan apa gitu.
Tau ah Zii kesal dan tak berniat untuk membalasnya.


   .
   .
   .


                        _____☻☻☻_____

Maaf yah kalau random banget ceritanya😩
Semoga kalian menikmati. Terima kasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OUTROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang