Reason

1 0 0
                                    

Bukan tentang siapa dan mengapa, ini tentang kenyaman terjalin di antara dua anak semesta yang ingin saling membahagiakan
_________________________

Pada insiden itulah keduanya selalu bertemu, tidak pernah absen. Ghibran ternyata bisa juga berbaur dengan wanita, Zii pikir Ghibran adalah orang yang jutek dan pendiam. Nyatanya tidak seperti itu.
Misi mereka juga masih berjalan, yang dimana Zii yang masih menyiapkan berbagai cara agar Ghibran bisa meluluhkan dan mengajak Kina berkencan, dan Ghibran hanya mengiyakan, mencoba tak mengapa pikirnya.

"so gimana kelanjutan rencana lo dan Ghibran?" tanya Tigris yang sudah tau kecuali Kina sebagai target utama.

"Baru dimulai," balas Zii. Tigris mengerutkan dahinya bingung, serta lanjut bertanya tak percaya "dan Ghibran mau aja gituu?!"

Zii menanggapinya dengan anggukan singkat seperti tidak terpengaruh suara ngegas dari Tigris, maaf saja ia sibuk dengan handphonenya. Tigris yang melihat itu berdecak kecil "ck, selain dia cerdas, rupawan, ternyata ia juga baik hati, perfect banget masak," pujinya berlebihan.

Spontan Zii menatap Tigris dengan tatapan tajamnya.
"wahh gue mencium bau tikung-menikung ini," ucapnya dramatis. Tigris yang mendengar itu sepertinya tak menerima
"loh kan fakta girls, bisa-bisanya gue mau nikung sahabat gue sendiri, parah banget lu!" ucapnya membela diri.

Walau dia tau Tigris hanya bercanda, mereka bertiga bukanlah seperti teman kebanyakan, mereka tidak haus akan lelaki kardus diluaran sana, dan faktanya merekalah yang didamba para kaum adam di sekolahnya but well they don't want to respond to that.

•••

Disinilah Zii sekarang di kelas Ghibran, bercerita,mengoceh dan menyusun rencana seperti polisi saja yang mau menangkap sang terdakwa, sedangkan Ghibran hanya terdiam mendengarkan, dan suara bersemangat Zii tentu saja tak hanya didengar oleh Ghibran, salah satu audience sudah merasa risih dikarenakan suara Zii seperti bercerita dengan orang tuli, tidak nyantai.

"Jangan berisik weh, lu kayak ngomong sama orang tuli aja," protes Bani yang sedari tadi ia tahan. Zii membalasnya dengan cengiran khasnya sambil memandang sekitar yag sudah menatapnya dengan bermacam-macam tatapan, Zii yang sudah terkenal akan kedekatannya dengan Ghibran dan Bani, tak banyak dari mereka yang memiliki penyakit hati menjadi iri, tetapi Zii tak mau mengambil pusing, menurutnya itu bukan urusannya tetapi itu urusan mereka.

•••

Ujian telah selesai dilaksanakan, dan semuanya sinyatakan LULUS, berubahlah kelas mereka menjadi kelas Xl.

"Oke kita mulai yah Brann!! hwaiting!!!" ucap zii dengan disertai semangat 45-nya. Ghibran menanggapinya dengan senyum manis.

•••

Dua minggu kemudian...

"Lelah banget sumpah," cicitnya mengeluh, Ghibran yang tidak menyangka akan kejadian tadi siang di kantin sekolahnya. Ghibran menanyakan semuanya pada Kina serta ingin memastikan, tetapi respon Kina...

"Hahaha wah wah perut gue nyeri banget, parah parah lu, pada kayak orang gak punya kerjaaan banget tau nggak," kata Kina tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya yang sudah nyeri akibat tertawa tak kunjung reda.

Semua orang di kantin menatap bingung dan aneh tak lain Zii, Tigris, bani serta Ghibran yang sudah menaikkan kedua alisnya bertanya bingung. Mereka merasa dirinya lah orang ter- kurang kerjaan yang menanggapi misi sialan zii.

"Lo kenapa sih haha," tatap Kina kepada Zii yang tawanya masih berlanjut.

"Gue kan just like not over, right Ghibran?" Tanya Kina memandang Ghibran yang masih terdiam. Kemudian Ghibran mengalihkan tatapannya memandang Zii yang sudah tertunduk malu dan ia merasa bersalah kepada lelaki ini. Tigris dan Bani juga menatap Zii kesal, dan yang ditatap hanya diam dan meruntuki dirinya sendiri. Hening seketika.

"Ehh tapi engga apa-apa terima kasih ciwit-ciwitkuu" senang Kina sambil memeluk erat kedua sahabatnya.

•••

Seiring berjalannya waktu, sudah lima bulan kejadian 'itu' berlalu, Ghibran yang bersantai di sofanya sambil menonton tv bersama ayah dan ibunya. Disela-sela menonton, bunyi deringan nyaring dari handphonenya, dengan malas ia meraih benda pipih yang berwarna hitam itu.

"Hmm," beri suara pada handphonenya.

"Brann besok kan weekend nih, gimana kalau kita kemana gituu," tawar seseorang yang sangat antusias di seberang sana. Ghibran mendengus kecil bertanya " memangnya lo enggak capek keluyuran terus?"

"Enggak dong, ayolah yah kita besok bareng dua krucil itu dan ajak Bani sekalian," balas Zii yang sangat bersemangat. Ghibran memikirkannya sejenak "hem yaudah besok," balasnya mengalah, sebenarnya ia sangat kelelahan dan ingin menikmati liburannya, tetapi karena seorang Zii yang sudah mengajak apa boleh buat kalau ia sudah berkata A maka A.

Seperti inilah sekarang hubungan mereka sudah sangat dekat, tak banyak dari mereka mengira bahwa mereka berpacaran, dan kalaupun ada yang bertanya tentang Ghibran yang menyukai Zii atau sebaliknya jawaban mereka berdua "iya suka kan sahabat," tetapi jawaban itu masih ambigu bagi orang lain, tetapi mereka juga tak menandakan sebagai orang yang mempunyai hunbungan lebih. Begitulah hukum alam, dimana manusia mempercayai apa yang mereka lihat bukan apa yang mereka ketahui, tetapi yah apa yang mereka ketahui hanya Tuhan yang mengetahui isi hati hamba-hambanya, serta Ghibran dan Zii lah yang tahu perasaan dirinya sendiri.

"Gimana sekolahnya?" pertanyaan itu membuyarkan pikiran Ghibran, yang bertanya adalah ayahnya yang sedang membaca koran.

"yah gitu biasa aja," jawabnya lalu melanjut aktivitas nonton-menontonnya.

"Sekolah aja dulu yang benar, nanti aja cinta-cintaannya, memangnya anak orang nanti kamu kasih makan apa? cinta?" kata ibunya yang langsung saja memberi wejangan. Ghibran mendengar itu menatap nyalang ibunya sambil tersenyum, ia memikirkan perkataan ibunya, dan sekarang ia mempunyai banyak pikiran.

.
.
.
I hope we are love and like my story😊

#salamDyo

OUTROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang