1. Do You Love Me?

6.2K 423 157
                                    

Angst, Death fic, Psychology.
Ficlet.

***

"Kiky."

Sehun berjalan pelan seperti mengendap-endap menyusuri kamar besar dan mewah miliknya--dan seseorang yang dia sebut 'Kiky'.

"Kiky, stop messing with me, it's not fun anymore."

Sehun bersuara lagi, setelah menyusuri ruangan itu tapi tidak menemukan siapa. Baru saja dia berpikir untuk mencari keluar, isakan tangis terdengar. Sehun menyeringai kemudian. Matanya memandang pintu kamar mandi, lalu melangkah ke sana.

"Don't hit me, S--se--hun."

Seorang gadis meringkuk di bathtup dengan air yang terus mengalir membasahi sekujur tubuhnya. Matanya bengkak, kulitnya memucat, serta bibirnya bergetar hebat.

"Hey, don't hurt yourself, baby."

Sehun mendekat, mematikan air yang mengalir entah sejak kapan. Dia kemudian keluar sebentar, lalu datang dengan handuk putih dan piyama.

"Kau bisa sakit kalau begini, Kiky." Panggilan itu, dari pria psikopat yang mengurung Jisoo dengan alasan mencintai seorang Kiky.

Bibir Jisoo bergetar hebat saat mendengarnya. Dia menggeleng bersamaan dengan tangisnya yang terisak. "Let me free, Sehun."

Sehun berdecak singkat. Dengan tangannya yang sibuk menggantikan baju Jisoo, dia membalas, "tidak akan, aku mencintaimu."

"You don't," lirih Jisoo. "Kau mencintai Kiky, dan aku b--buk--"

"Kau Kiky!" Sehun berteriak. "Berhenti mempermasalahkan ini atau kau akan menyesal!"

Sehun selesai menggantikan pakaian Jisoo. Baru saja dia ingin keluar dari kamar mandi itu, tapi Jisoo terduduk lagi.

"Aku tidak kuat berjalan," lirihnya mengadu.

Sehun berdecak singkat. Dia meraih tubuh Jisoo, lalu menggendongnya keluar dari kamar mandi itu.

"Kau menyakiti dirimu sendiri, aku benci itu," kata Sehun dengan suara yang terdengar dingin sekali.

"Lepaskan aku, Sehun." Jisoo terus menangis. Dia memalingkan wajahnya untuk tidak menatap wajah Sehun yang jaraknya terlalu dekat.

"Kau keras kepala, Kiky!" sinisnya. "Kenapa kau bersikap seakan-akan kau tersiksa bersamaku, eum?"

Jisoo terus menangis. "Aku moh--"

"TIDAK AKAN!"

BUGH!!!

Sehun berteriak bersamaan dengan tangannya yang menjatuhkan tubuh Jisoo. Gadis itu meringis kesakitan. Dia benar-benar ingin berteriak sekeras mungkin untuk menggambarkan rasa sakitnya, seandainya suaranya masih bisa. Maka Jisoo hanya menangis saat tubuhnya dijatuhkan ke lantai. Tulangnya terasa remuk seketika, bersamaan dengan kepalanya yang dia rasa pecah.

"Maaf," bisik Sehun. Tangannya mengelus wajah Jisoo. "Maafkan aku," katanya lagi. Maka tangisan Jisoo semakin mengeras.

"Kau terus menangis, aku merasa sakit." Sehun berucap lagi. Kedua tangan besarnya kembali meraih tubuh Jisoo. Lalu membaringkannya di kasur.

"Sehun."

"Jangan memintaku untuk melepaskanmu," balas Sehun dingin. "Dan berhenti bertindak seakan-akan aku menjijikkan untukmu." Sehun menarik selimut sampai menutupi bagian perut Jisoo.

Sementara itu, Jisoo tidak berhenti menangis sesenggukan. Sehun sampai geram sendiri saat merasa dia tidak melukai gadis ini sama sekali.

"Berhenti menangis, Kiky."

Nihil. Tangis itu semakin keras. "I'm not Kiky," balas Jisoo.

Rahang Sehun mengeras serta tangannya mengepal. "Kau kenapa bersikeras begini, hah!" bentaknya. "Kau adalah Kiky!"

Jisoo menggeleng. "Aa--aku buk--ARGHH!!!"

Tangan besar Sehun berhasil membuat wajah Jisoo berubah warna. "Sudah kukatakan untuk berhenti membantah!" bentaknya. "Kau ini kenapa,hah!"

Sehun mendekatkan badannya. Tangannya menjambak kuat rambut Jisoo, membuat gadis itu meloloskan erangan kesakitan berkali-kali.

"L--lepask--"

"Tidak!" bentak Sehun. "Kau membuat kesabaranku habis, Kiky!" Sehun mendorong kepala Jisoo hingga beberapa kali menghantam headboard ranjang yang terbuat dari kayu yang kokoh. Jisoo berteriak kesakitan.

Dengan tergesa-gesa, Sehun berdiri. Melangkahkan kakinya, lalu mengobrak-abrik isi lemarinya.

Mata Jisoo membulat saat melihat benda yang dipegang pria itu. Dia benar-benar gila.

"Ayo kita selesaikan ini," kata Sehun dengan tatapannya yang tajam serta suaranya yang tidak bersahabat.

Dia menaiki kasur Jisoo dengan napas memburu. Membuka selimut yang Jisoo pakai dengan kasar. Dia mendekat, lalu mengatakan, "aku mencintaimu."

"ARGHH!!!." Pisau kecil Sehun, berhasil menembus perut Jisoo. Mata gadis itu membulat dengan mulutnya yang menganga.

"Aku benar-benar mencintaimu."

"Arghh!!" Sehun menggerakkan pisaunya di dalam perut Jisoo, untuk pertama kali.

"Harusnya kau bahagia."

"Seh--h."

"Tapi kau malah membenciku!" Sehun menekankan.

"H--hun."

"Katakanlah, Sayang. Apa yang ingin kau ucapkan, eum?"

"A-aku."

Melihat mata Jisoo masih terbuka, Sehun mendorong sedikit pisau itu.

"Mencin--argh!"

"Kau mencintaiku?" bisiknya di telinga Jisoo.

Jisoo mengangguk sekuat tenaga. Jaraknya yang dekat, sedikit mempermudahnya untuk memeluk Sehun. Sehun menyeringai setelahnya.

"KAU PEMBOHONG BESAR! PENIPU! KAU TIDAK MENCINTAIKU!"

"Arghh!!"

Sehun berteriak, bersamaan dengan tangannya yang menusukkan pisau itu lebih dalam. Mata Jisoo membulat, teriakannya tidak lagi keras. Air mata gadis itu meleleh sebelum akhirnya terpejam perlahan.

Sehun menjauhkan tubuh Jisoo sebentar dengan kedua tangannya yang mencengkram erat bahu gadis itu. "K-kenapa kau--membunuh dirimu sendiri?"

Stories ✔Where stories live. Discover now