Becca
Kat seperti biasa mengisi jam istirahat gue dengan curcolannya dan kata-kata penyemangatnya, olimpiade science bentar lagi mau diadain, dan dia mendorong gue untuk ikut, sekedar pengalaman, dia juga yakin gue bakal menang, karena gue itu jenius, dibilang pinter aja sudah kaya baik hati banget, gue cuma siswa standar rata-rata, gue bukan jenius
"Ayolah.. Becs, ikut.."
"Gue gak akan menang.."
"Hadiahnya gede loh.." Kaya gue bakal mempertimbangkan hadiahnya aja, Kat tahu akan hal itu
"Kat, engga deh" gue memejamkan mata lelah
"Becs! Percaya, lo itu kaya jenius" kata-kata berlebihan lainnya "Becca! Lo pasti bisa!" Gue sudah nunduk aja, apa kata lo lah Kat
Tiba-tiba Kat narik tangan gue dan berbisik "Dylan ngeliatin kita"
"Siapa?" Gue menoleh ke belakang dan disanalah dia, berdiri santai, dia senyum lalu pergi
"Oh! Gue masih gak percaya! Dylan Paxton sekolah disekolah kita"
"Siapa sih dia? Kayanya orang-orang histeris banget ngeliat dia"
"Becca! Sumpah lo gak tahu siapa dia?"
"Nolan juga gak tahu"
"Eh ya, apa kabar tuh kak Nolan ketua OSIS kita? Masih setia?"
"Mudah-mudahan"
"Lah, lo pacarnya gimana sih, jelek banget gak tahu kabar pacar lo sendiri, setia engga aja gak tahu"
"Kita jarang ketemu, maklum, backstreet, gak ada yang tahu"
"Tetep aja, Becs"
Pas banget bel berbunyi, orang-orang mulai bubar menuju kekelas, termasuk gue dan Kat yang kebetulan bisa sekelas lagi dikelas XI MIPA 1
Nolan adalah kakak kelas yang katanya naksir sama gue pas kita LDKS, dia waktu itu beda kelompok, jadi gue juga gak begitu perhatiin juga dia ngeliatin gue apa engga, kita sama-sama masuk orientasi, yang mengharuskan kita menginap dihutan 2 hari yang dipenuhi oleh latihan pbb, kedisiplinan dan kemandirian, kali ini kita sekelompok, jadi tenda kita berdeketan. Pas malam terakhir, sebelum pulang, pas api unggun, Nolan narik gue, gue kira itu senior yang narik, kita semua soalnya suruh tutup mata, tapi begitu gue buka, yang berdiri didepan gue Nolan.
"Ada apa kak?" tanya gue bingung sekaligus takut
"Gue mau ngomong sesuatu ke lo"
"Ada masalah di kelompok kita kak?" Polos banget ya gue gak ngerti tujuan pembicaraan dia
"Engga, Becca, aduh, lo itu polos banget sih" tuh kan bener.. "Gue mau ngomong sesuatu ke lo, sesuatu yang sudah gue simpen lumayan lama" dan gue juga masih gak tahu apa maksud dia, tolol. Jadi gue diam menatapnya aja pura-pura ngerti "gue.. Em" dia nyentuh rambut gue yang keluar dari ikatan "gue suka sama lo, Becca" dengan kata-kata ini, gue baru sadar kemana pembicaraan ini pergi "mau gak lo jadi cewe gue?" Dan gue gak tahu mau jawab apa
"Boleh aku jawab nanti aja gak kak? Aku belom tahu" gue senyum berharap dia bakal berubah pikiran atau ketawa atau mungkin bilang 'bilang aja engga, ini cuma dare kok' tapi yang dia bilang adalah
"Jangan lama-lama, gue tunggu jawaban lo" dia senyum dan pergi.
Gue kira, okay 'gue tunggu jawaban lo' hanya sekdar basa basi, tapi setelah orientasi, dia ngejar gue terus, dan akhirnya gue kasih dia jawaban ya, dan gue juga ngasih dia bantuan yang seharusnya engga gue lakuin, gue minta kita pacaran jangan ada yang tahu, itu keputusan bodoh, apalagi gue mintanya ke orang yang kaya Nolan, langsung setuju.
YOU ARE READING
Finding Us (Finding Us Series #1)
Teen FictionBe careful with what you wish for. Bagi Dylan, hidup itu hanya berisi kesenangan. Hidupnya kurang lebih sesuai dengan keinginannya, tantangan berat tak sekalipun berani menyentuhnya. Hidupnya adalah contoh kehidupan yang sempurna. Tapi sayangnya, di...
