Bali
Dylan mengetuk pintu Becca, apa lagi kali ini? Pikir Becca malas. Dia berdiri dari tempat duduknya yang nyaman lalu membuka pintu yang menghubungkan kamar mereka, Dylan tersenyum saat melihat Becca membuka pintunya, Becca balas tersenyum walau dalam hatinya Ia sungguh sedang tidak mood, ingin menikmati sisa harinya
"Oh, jangan bilang lo gak mau kemana-mana lagi" ucap Dylan melihat Becca yang terlihat malas
"Mau kemana udah sore?"
"Kehidupan gak berenti karena udah sore Becca" Dylan melangkah masuk kedalam kamar Becca tanpa sepatu, Ia ingat bagaimana Becca selalu menyuruhnya melepas sepatunya saat menginjakan rumahnya. Ia juga menyisihkan sopan santun yang melarang pria memasuki kamar perempuan tanpa diundang, toh, ini kamar hotel, dan gue gak ngapa-ngapain, pikirnya tadi
"Jadi?" Becca menutup pintu
"Ya kita jalan-jalan" balasnya santai sambil duduk di kursi yang baru saja Becca duduki
"Kemana?" Becca, selalu dengan pertanyaannya
"Kemana pun takdir membawa" jawab Dylan sok menyair
"Paxton" ucap Becca tegas
"Kemana kek. Ayo pake lagi sepatu lo, setiap detik itu berharga" Dylan kembali mendekati pintu penghubung itu, yang kebetulan juga dimana Becca berdiri "gue tunggu 1 menit, gak keluar gue bakal dateng lagi" ucap Dylan sedikit mengancam.
Dylan kembali kekamarnya hanya untuk memakai sepatunya dan mengambil kunci kamarnya, tapi tidak setelah mengganti dengan kartu lain agar ac tetap menyala, setelah itu baru keluar. Melirik jam tangannya, menghitung waktu, 1 menit. Sementara Becca, Ia tidak bisa semudah Dylan langsung keluar, Ia sudah mengeluarkan isi tas tangannya karena berpikir tidak akan kemana-mana lagi, sekarang Ia harus kembali memasukannya, dompet yang berisi uang, kartu kredit, dan atm, hp dan kamera, kacamata tidak diperlukan, sudah sore. Memakai sepatunya lebih sulit saat diburu-buru, jangan lebih semenit, pikirnya. Memiliki pikiran yang sama dengan Dylan, Becca menukar kunci kamarnya dengan kartu lain
"Semenit?" Tanya Becca ke Dylan yang sudah bersandar di tembok depan pintu kamarnya
"Semenit" dia mengangguk
Dylan dengan santai merangkul bahu Becca. Tidak mengambil resiko untuk kedinginan, Becca membawa jaket yang langsung di ambil oleh Dylan tadi sambil tersenyum. Melepaskan rangkulan saat berada dalam lift, ruang sempit yang bisa membuat keadaan menjadi canggung.
Walau masih sore, lampu-lampu sudah mulai dinyalakan, orang-orang sudah berbusana layaknya kehidupan malam, rok yang agak pendek dengan atasan tanpa tangan, atau sebuah mini dress. Baju yang dipakai Dylan dan Becca memang berbeda dengan yang lain, tapi mereka tetap merbaur sempurna. Dylan membawa Becca ke satu tempat dengan pemandangan pantai luas, menonton sunset yang sudah 1/4 tenggelam, Becca mengeluarkan kameranya dan mengabadikan momen itu
"Sini gue fotoin"
"Gak ah"
"Mumpung bagus backgroundnya" Becca tau Dylan benar, jarang di jakarta mendapatkan momen ini, yang ada macet, macet dan macet. Ia memberikan kameranya ke Dylan, mengambil posisi yang tepat, dan abadi.
"Bisa saya bantu ambil gambarnya?" Seorang pelayan mendatangi Dylan, menawarkan bantuan yang dengan senang hati Dylan terima. Menempatkan diri disebelah Becca, merangkul bahunya, dan tersenyum
"Thank you" ucap Dylan pada si pelayan sambil mengambil kameranya
Perut masih terasa penuh berkat makanan tadi di pesawat, jadi mereka hanya memesan minum, sesuatu yang mereka nikmati sambil menonton matahari terbenam, sesuatu hal yang bisa dibilang memberikan kesan romantis. Jika orang ditanya, menurut mereka hubungan apa yang ada diantara Becca dan Dylan, pasti jawabannya lebih dari teman, tidak ada yang jawab hanya sebatas teman, karena dari mata orang-orang, mereka terlalu menarik untuk itu, kecuali ada faktor lain

VOCÊ ESTÁ LENDO
Finding Us (Finding Us Series #1)
Ficção AdolescenteBe careful with what you wish for. Bagi Dylan, hidup itu hanya berisi kesenangan. Hidupnya kurang lebih sesuai dengan keinginannya, tantangan berat tak sekalipun berani menyentuhnya. Hidupnya adalah contoh kehidupan yang sempurna. Tapi sayangnya, di...