2. 박자 - Beat

158K 20.6K 6.8K
                                    




Hai, vote ke berapa nih?

Maaf ya baru update, aku sibuk ttd lembar pertama untuk novel How Come

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maaf ya baru update, aku sibuk ttd lembar pertama untuk novel How Come. Bab ini pendek ya, maaf wkwk.

Tapi, aku mau ngasi challenge, kalau komennya tembus 3000 kurang dari 24 jam, aku akan update lusa ya. Kalau gak tembus ya udah aku tetep update tapi maljum minggu depan ya.

Jadwal update ini itu setiap malam jumat ya, gantiin How Come wkwk :*

Oke, happy reading!

-

-





-Author P.O.V-





Jujur, sampai detik ini, Vee masih terus berharap agar Valery segera kembali. Pria itu berharap ada keajaiban yang akan terjadi menjelang pada hari-hari menuju pernikahan.

Terkadang, terlalu berharap juga sering membuatnya berkhayal tentang kenyataan bahwa sebenarnya sosok yang tengah mencoba gaun pengantinnya itu adalah Valery. Valery yang ia rindukan, Valery yang sangat ia cintai.

Namun, pada setiap suara dan tingkah laku sosok itu bisa berubah menjadi tamparan yang menyadarkannya bahwa yang berdiri di sana adalah Aily. Vee sampai harus memijat kembali ujung kepalanya untuk meruntuki diri sendiri. Vee sadar, meski secara fisik mereka berdua memiliki banyak kesamaan, tapi dari sifat, jiwa, dan tingkah laku tentu berbeda.

Valery tidak akan mungkin memakai gaun pernikahan sambil berjinjit dan menari bagaikan ballerina dan tertawa terbahak-bahak bersama petugas yang membantunya memakaian baju. Valery tidak akan menganggap fase pernikahan sebercanda itu.

"Bagaimana kalau rambutku seperti ini?" Aily mengangkat seluruh rambutnya ke hingga rambutnya bagaikan orang yang sedang tersetrum. Hal itu sontak membuat dua wanita yang mendampinginya tertawa.

Vee melirik jam tangannya mengembuskan napas pelan lalu menghampiri mereka. "Sudah selesai?" tanya Vee yang tiba-tiba muncul.

Aily mengangguk antusias lalu melebarkan sedikit tangannya di depan Vee. "Ahjussi, yang ini bagaimana?" Aily memita pendapat.

Vee memperhatikan sekilas dari atas ke bawah. "Kau nyaman dengan itu?" tanyanya dengan tangan yang ia letakkan di dagu.

"Aku suka modelnya, terus tidak terlalu berat," jawab Aily yang selalu bisa diajak bekerjasama.

Vee tersenyum tipis. "Baiklah pakai yang itu saja."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HOW COULD?Where stories live. Discover now