9. 치료법 (Cure)

135K 17.8K 6.8K
                                    




Halo, makasih udah mau nunggu. Bab ini pendek banget karena ini aku buru-buru ngetiknya, lagi sibuk banget, ditungguin manajerku sama kak abi di apartemen sebelah. Huhuhu, aku ada meeting, maaf no gif no cuap-cuap. Semoga tetap bisa menghibur meski pendek ya :") aku udah berusaha ngetik pas lagi di Jakarta ini.

Happy reading!





-

-


            "Ini sungguh mengkhawatirkan."

Wanita paruh baya yang tengah duduk tegap itu menatap putra tunggalnya yang tengah duduk tak jauh darinya sembari sedikit menundukkan kepala. Sebagai seorang ibu, Yeonsun sangat menyayangi anak laki-lakinya itu. Meski sejak kecil Vee lebih banyak dibiayai dan dididik oleh neneknya, tetapi tetap saja, Ibu adalah seorang Ibu. Dia selalu khawatir dengan segala hal yang akan menimpa anaknya.

"Apa apalagi yang dikatakan ibunya Aily?" ungkit Vee lagi, ini sekaligus menjadi alasan mengapa Vee bisa ada di rumah orang tuanya saat ini. Itu semua terjadi untuk membahas hal ini.

"Dia mengkhawatirkan putrinya tentu saja. Kau mungkin bisa lebih dewasa dan menganggapnya sebagai adik atau keponakkanmu, tapi dia itu masih polos, dia bukan Valery, dia begitu lugu, cara berpikirnya beda, mereka hanya punya wajah yang sama tapi sifat mereka jauh berbeda. Ibunya khawatir jika Aily mulai melewati batasannya."

Vee menundukkan kepalanya lagi. Malu. Dirinya sangat malu, karena menyadari fakta bahwa sesungguhnya yang sering kelewat batas itu adalah dirinya, bukan Aily. Dialah yang membuat Aily merasa nyaman dan tak punya sekat lagi dengannya.

Vee menarik napas berat. "Aku akan berhati-hati ke depannya."

Yeonsun memandangi putranya, dia tahu betul pikiran Vee sedang kacau. "Kau harus ingat bahwa kau memulai semua ini dengan kebohongan."

Vee mengangguk, menerima kalimat menyakitkan itu. "Aku mengerti. Ibu tenanglah. Aku pria dewasa."

"Kau memang pria dewasa, justru itu yang kukhawatirkan." Yeonsun menghela napas, keningnya mengerut samar, memperhatikan putranya. "Justru karena kau pria dewasa, apakah kau benar-benar bisa menjaga dirimu? Ingatlah, dia masih sangat kecil, jangan sampai kau---,"

"Aku tahu apa yang harus kulakukan."

"Kau yakin?"

Vee mengangguk mantap. Kini, dia dan ibunya sama-sama saling diam. Merenungkan diskusi mereka hari ini. Vee juga tenggelam dalam pikirannya sendiri selama lima menit, sampai pada akhirnya Vee menghela napas.

"Eomma..." tiba-tiba dia memanggil ibunya saat melamun.

"Hmm?" gumam Yeonsun malas.

Vee menarik napas panjang. Lalu, menatap ibunya dengan tatapan serius. Dia benar-benar mengumpulkan nyali untuk mengatakan sebuah kalimat.

"Jika Valery tidak kembali, ijinkan aku untuk tetap tinggal bersama Aily."

*****

Aily membasuh wajahnya di toilet, di wastafel kamar mandi yang berada di tempat lesnya. Aily juga lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah beberapa minggu ini. Semenjak Vee bilang agar mereka sebaiknya menjaga jarak, Aily jadi merasa sungkan untuk menyapa Vee lagi seperti biasanya. Bahkan Aily yang biasanya tak ragu untuk merengek saat sedang lapar tengah malam, kemarin harus rela menahan laparnya sampai pagi.

HOW COULD?Where stories live. Discover now