Part 13

4.8K 831 71
                                    

"TERIMA kasih atas partisipasinya dalam olimpiade fisika tingkat nasional ini!"

Ketua panitia berujar sembari tersenyum lebar kepada para peserta yang kini tengah berkumpul di hall utama guna melaksanakan upacara penutupan olimpiade yang sekiranya hanya berlangsung selama satu jam-tidak kurang dan tidak lebih.

Haechan duduk manis di bangku beserta dengan kedua kaki yang dirapatkan. Sementara itu, Yangyang duduk di samping kirinya dan Jaemin di sisi sebaliknya. Seperti biasa, Chenle dan Renjun duduk di sebelah Yangyang. Dapat kalian duga jika keduanya tidak menaruh atensi pada pidato sang ketua dan justru mengalihkan pembicaraan dengan memainkan rambut satu sama lain dengan posisi kepala Chenle tertidur di pundak sempit milik kekasihnya.

Sedikit banyak Haechan bersyukur-berkat penghangat ruangan milik Mark yang ia pinjam selama lima belas menit, kini tubuhnya tidak lagi merasa kedinginan.

Ah, tentang hal itu.

Sebenarnya tidak ada sesuatu yang terjadi. Hanya Haechan yang menggunakan penghangat ruangan milik Mark dan situasi di dalam kamar yang benar-benar sunyi. Bahkan, pemuda itu tidak bersamanya. Ia justru pergi menghilang keluar dari kamar-mungkin bertemu dengan Jeno, mungkin saja tidak.

Yah, walaupun Mark sempat bertanya apakah Haechan ingin ditemani atau tidak dan mendapatkan sebuah gelengan tegas sebagai jawabannya.

Hanya seperti itu.

Mark yang berusaha untuk menghormati privasi Haechan tersebut memilih untuk tersenyum dan keluar dari kamar, meninggalkan Haechan yang berubah menjadi ketus dan sang pemanas ruangan di dalam.

"-chan!"

Pemuda itu menoleh ke arah sumber suara dan segera menemukan sosok Taeyong di hadapannya. Kemudian, ia menyeringai.

"Namamu dipanggil!" Tanpa berbasa-basi, Taeyong berujar. "Naik ke atas panggung! Cepat, cepat!"

"I-iya, iya-"

Haechan tidak melanjutkan kalimatnya dan memilih untuk segera berjalan menuju panggung dengan langkah yang begitu cepat. Selagi ia berjalan, ia juga sempat mendengar namanya kembali diserukan.

"Lee Haechan, second place!"

Gemuruh sorak sorai dari para peserta kembali meramaikan suasana di sekitar Haechan sehingga pemuda itu kini berjalan sedikit limbung. Tetapi, pemuda itu terus berjalan maju hingga pada akhirnya, ia pun sampai di atas panggung dengan peluh yang terus bercucuran karena gugup memegang piala perdananya pada masa sekolah menengah atas. Sebuah medali perak juga tercantum di kemeja putih yang ia kenakan.

Perak, ya?, Haechan bergumam. Ya sudahlah, tidak terlalu buruk juga.

"Dan kini," ketua panitia pelaksana kembali membuka suara dan membuat sorak sorai di antara para peserta terdengar begitu riuh.

"First place-"

Haechan berani bersumpah.

Ia memandangi pemuda yang kini tengah berjalan menuju panggung itu. Namun, wajahnya sama sekali tidak menampilkan sebuah senyuman. Padahal-

"Mark Lee!"

Ini kemenangan yang ia dambakan itu, bukan?

***

HAECHAN keluar dari dalam taxi dengan senyuman lebar terukir di wajahnya yang manis.

Pasalnya, pemuda itu baru saja mendapatkan beberapa pesan dari teman-teman barunya yang kini sudah kembali ke sekolah mereka dengan bus. Kelimanya memang sempat bertukar nomor ponsel sesudah sesi upacara berakhir dan sekarang, mereka sibuk bertukar pesan di dalam grup obrolan yang mereka buat. Sebagai pesan selamat tinggal, mereka mengirimi Haechan berbagai pesan yang cukup spesial.

Too Kind • Markhyuck ✓Where stories live. Discover now