Bag. 3 |💐 tentang mahar

1.4K 250 33
                                    

Sebuah ketukan panjang membuat Nisa buru-buru bergegas menghentikan makan, cuci tangan menjampau mukena, menyambar pintu. Mengerinyitkan dahi.

"Maaf. Ada Dinia?" Sambut salah seorang di hadapannya. Mereka sepasang kakek nenek.

Nisa mencoba meneliti lebih jelas. "Ibu Saya Dinia? Beliau sudah lama meninggal. Ada apa, ya?"

"Kalo Eb? Ebrahim?"

"Ibrahim?" Nisa meluruskan.

"Ya."

"Ayah saya ada di dalam. Silakan masuk.

***

Nisa mendorong kursi roda. Menghentikan lajunya begitu sampai ruang tamu. Setelah memastikan kondisi ayah aman, ia pun balik ke belakang untuk menyuguhkan minum.

"Kami ingin bertemu adiknya cucu kami." Jelas sang kakek itu tanpa mukadimah.

"Cucu kakek? Bagaimana bisa ada di sini?" Tanggap Nisa dari tepi ruang tamu dengan baki di tangan.

Dengan bergetar kakek itu merogoh tas selempangnya. Mengeluarkan selembar foto. "Cucu kami." Jelasnya menunjukkan.

Nisa sontak melihat dari dekat. Seketika menutup mulut sendiri tak percaya. "Ayah? Khaira punya kembaran?"

Ibrahim menggeleng.
"Apakah masih kurang permasalahan yang anda bawa ke keluarga kami?" Seru ibrahim tak bersahabat. Dia tidak mengerti mengapa keluarga mantan suami istrinya yang sangat tidak bertanggungjawab itu bisa-bisa muncul di hadapannya dan sekarang menuntut bertemu Khaira, anaknya

"Shofie menghilang. Melalaikan kontraknya yg bernilai milyaran. Rumah kami satu-satunya terancam disita jika tak jua menemukan Sofie untuk menyelesaikan kontraknya."

"Apa urusannya dengan kami?" Nada Ibrahim meninggi.

Nisa memusut punggung ayah, mencoba menenangkan. "Maaf sekali, Kakek, Nenek. Apa yang bisa kami bantu?" Jelas Nisa lembut. Kasihan jua melihat dua orang tua renta itu.

"Kami ingin meminta adik Sofie untuk membantu kami selesaikan kontraknya."

"Kenapa kami harus bantu anda?" sanggah Ibrahim.

"Khaira tidak di sini. Dia bersama suaminya." Nisa menambahkan.

"Pergilah sebelum saya kehilangan akal sehat!"

Tak disangka. Nenek itu berlutut. "Mohon bantulah kami."

***

Nisa masih mencerna. Syok dengan fakta yang baru saja ia terima.

"Jadi Khaira bukan darah daging ayah?" tanyanya langsung begitu mereka mulai makan malam bersama.

"Aku dan almarhumah ibu kalian sempat bercerai karena salah paham. Ibu kalian menikah lagi, dengan anak lelaki mereka yang saat itu sangat tergila-gila dengan ibu kalian. Tapi ayah tiri kalian itu bajingan. Ia meninggalkan kalian semua tanpa nafkah. Singkatnya ayah mengambil tanggungjawab dan rujuk kembali dengan ibu kalian."

"Jadi Khaira bukan mahramnya Bang Farid dan Zauqi?"

"Soal itu tak perlu dikhawatirkan. Ketika Ainy bayi, tantemu Vina juga sedang menyusui. Ayah memintanya untuk menyusui Ainy. Sehingga anak itu mahramku. Ada darahku padanya."

***

Di sini lah Kath, duduk di sebuah sofa panjang di sudut ruangan, ditemani Nayla, kakaknya Zen yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu.

Mereka di sana guna memenuhi panggilan Ustaz dan pengurus Mualaf Center. Mereka semua ingin mendengar cerita lebih lengkap tentang Kath yang katanya melarikan diri dari suaminya itu.

Ainy, membawamu kembali Where stories live. Discover now