Chapter 30

837 132 13
                                    

Jina diam saat mendapati Hejin yang berdiri di sampingnya. Wajah Hejin yang terlihat sendu, sedua matanya sembab dan hidungnya merah seperti habis menangis. Ya, meskipun Jina mungkin lebih parah dari itu.

Tapi kenapa Hejin menangis? Siapa yang ia tangisi?

'Yeonjun?'

Mungkin saja. Jangan lupakan kalau Jina masih mengingat ucapan Hejin dulu. Dia menyimpulkan bahwa Hejin menyukai Yeonjun.

"Hejin mau ngomong sesuatu sama lo, Na," kata Beomgyu memecah keheningan karena memang Hejin yang terus saja diam.

Jina bingung, tak tahu maksud Beomgyu. Dan kebingungannya pun bertambah saat Hejin berjalan menghampirinya lalu ikut berjongkok di depan Jina.

Beomgyu yang sudah mengetahui kelanjutannya pun berdiri sedikit menjauh memberi ruang untuk mereka.

Mata Hejin menatap Jina sendu-penuh arti dan penyesalan. Entahlah, tapi sesuatu penyesalan terdapat di manik coklat milik Hejin.

"Na," ucap Hejin serak, matanya berkaca-kaca. "L-lo itu temen gue satu-satunya. Cewek yang udah mau ngilangin semua rasa takut gue dan selalu ngebuat gue punya harapan lebih. Sampai-sampai gue lupa kalau gue malah egois dan ngehancurin semua harapan gue."

Jina diam mendengar perkataan Hejin yang membuatnya mengerutkan alis sebab bingung dengan maksud cewek di depannya itu. "Hejin, lo ngomong apa, sih? Gue nggak ngerti."

Hejin menunduk sekilas dan kembali menatap Jina. Air matanya mengalir begitu saja melihat tatapan Jina yang selalu memberinya harapan banyak. Namun itu semua hancur begitu saja. Tangisnya pecah dan ia menggenggam tangan Jina.

"Jinaaa, nggak ada yang perlu lo ngertiin dari gue lagi. Yang perlu lo tahu sekarang, gue jahat, gue bukan orang baik yang seperti lo bayangin. Gue jahat! Gue udah nyelakain semua orang. Gue udah nyakitin semua orang, Na."

Beomgyu membuang wajah menyembunyikan tatapan nanarnya dari kedua cewek itu.

"Hejin! Please, tenangin diri lo. Lo nggak jahat, Hejin." Jina menggeleng dan memegang kedua pundak Hejin.

Cewek itu masih terisak, perlakuan Jina padanya selalu sama. Jina tak pernah sekalipun membiarkannya sedih. Jina terlalu baik untuk menjadi temannya.

"Enggak, Na, gue jahat! Gue yang ngelakuin semuanya, gue orang di balik semuanya. Gue emang nggak pantes ada di dunia ini, Na. Gue terlalu jahat buat hidup." Hejin semakin terisak dan Jina merasa tak tega. Suara Hejin terlalu dalam dan menyesakkan.

Jina memang masih belum mengerti dengan maksud ucapan Hejin. Tapi dari cara bicaranya, Jina tahu Hejin sangat terpukul, entah karena apa. Tapi Jina tak tega kalau cewek itu malah menyalahkan dirinya sendiri. "Enggak Hejin, lo-"

"Jina!" Ucapan Jina terpotong begitu saja karena sentakan Hejin. "Berhenti ngasih gue harapan, tolong. Gue terlalu berharap banyak, tapi ujung-ujungnya sama aja. Gue egois. Gue udah nyakitin semua orang! Jiwoon, Yuri, semuanya, termasuk Yeonjun."

Jina langsung terdiam. Terkejut dengan apa yang Hejin maksudkan. Cewek itu yang sudah menyakiti Jiwoon, Yuri, dan Yeonjun. Cewek itu adalah orang di balik semuanya. Orang yang selama ini menjadi temannya, dekat dengannya, sekarang malah mengaku sebagai pelaku yang sebenarnya.

Dan Jina tak mau mengelak kalau dia mendadak kecewa. Apalagi Yeonjun juga salah satu korbannya.

Hejin diam sejenak melihat perubahan air muka Jina. "Sekarang lo tahu, Na. Gue yang ngelakuin semuanya. Gue jahat, Na, gue egois."

Jina menatap cewek itu tak habis pikir dan Hejin juga mendapati kilat kemarahan dari tatapan Jina. Hejin terima, karena memang Jina pantas marah dengan hal ini.

MOIRADonde viven las historias. Descúbrelo ahora