Chapter 45

616 102 1
                                    

Kerjakan soal matematika buku halaman 44!!!!

Soal nomor 1-15!!!

Ditulis di buku tugas, dengan langkah-langkahnya ya anak-anak ....

( ͡ ͜ʖ ͡ )( ͡° ͜ʖ ͡°)

Begitulah kata-kata yang terpampang di papan tulis, sukses membuat semua orang berdecak kesal, kecuali mereka yang punya kemampuan mumpuni nan sabar.

Tapi itu mungkin hanya untuk sebagian anak saja. Di kelas 11-3, yang mumpuni itu bisa dihitung dan Jina bukan salah satunya, apalagi Yuri. Cewek itu malah lagi ribut dengan Hyunjin, rebutan gitar yang dibawa anak kelas sebelah. Bahkan Jina heran, memangnya Yuri bisa main gitar?

Setelah mendapatkan yang diinginkan, Yuri langsung memetik-metik gitarnya dengan asal-asalan. Cewek itu lalu menghampiri Jina yang duduk-pura-pura mengerjakan tugas padahal pikirannya ke mana-mana.

"Na, ayo nyanyi, Na!" ajak Yuri.

Jina hanya meliriknya sebentar lalu kembali pada buku di depannya. Hal itu membuat Yuri kebingungan dengan tingkah Jina hari ini yang diam terus-terusan.

"Na, lo ada masalah apa lagi, sih?"

"Diem lo!"

"Tuh 'kan, gue ngomong baik-baik ini, lo malah nyolot. Ketahuan banget, nih. Jangan bilang lo ada masalah lagi sama Yeonjun," cerocos Yuri. Dia langsung mengejreng gitarnya dengan gemas ke arah Jina.

"Diem bisa nggak, sih?! Nggak usah nyebut-nyebut nama tuh anak lagi," raung Jina karena sudah gemas dengan wajah menjengkelkan Yuri.

"Hilih."

Yuri membenarkan posisi duduknya. Sambil menyilangkan kaki dengan sombong, berlagak seperti seorang ahli dalam bermain gitar, dia mulai memetik gitarnya asal-asalan sambil bernyanyi ria.

Jina menghela napas melihat tingkah temannya ini. Hari ini Yuri terlihat cerah, penuh semangat, dan bahagia, tidak seperti kemarin-kemarin.

"Lesti sayang Rizky Billar ... Rizky Billar sayang Lesti ...."

Satu kelas sukses menatap Yuri yang bernyanyi. Ada yang tertawa dan juga ada yang geleng-geleng kepala. Meskipun semua orang sedang mengerjakan tugas-kecuali yang laki-laki plus Yuri juga, cewek itu mencoba menciptakan suasana kelas yang ramai, tetap santai, dan tidak terlalu serius dengan semua tugas.

"Lo hari ini kayaknya udah bisa ketawa-ketawa. Kemaren aja galau setengah mati. Kenapa, heh? Lo udah baikan sama Hueningkai?" sindir Jina.

Yuri mengendikan bahunya. "Ya, gitu deh. Lega aja, udah nggak canggung kayak kemaren."

"Seneng 'kan lo."

Yuri mengendikan bahunya lagi dan sibuk sendiri dengan gitarnya.

"Gue udah baikan, terus lo kenapa sama si Yeonjun?" tanya Yuri mencoba mengorek informasi tentang masalah adik-kakak yang dari jauh-jauh hari sudah tidak harmonis lagi.

Jujur, Yuri yang melihatnya jadi merasa aneh. Setiap Jina dan Yeonjun berpapasan, mereka sama sekali tidak pernah senyum, salam, sapa. Yeonjun juga jarang main ke kelasnya untuk memastikan Jina baik-baik saja.

"Ck, gue-"

"Yuri! Ri, si Bobul pulang, Ri." Si Haechan datang tiba-tiba sambil teriak-teriak seperti orang dikejar setan.

"Ini lagi, dateng-dateng teriak-teriak. Tai lo jatuh baru tauk."

Semua orang yang mendengarnya langsung tertawa karena memang Haechan keluar untuk buang hajat di kamar mandi.

MOIRADonde viven las historias. Descúbrelo ahora