chapter 2 (21+)

6.2K 406 12
                                    

"Oleh-oleh" cengir Krist sambil menunjukan bawaanya. Bau laut masih tercium dengan jelas di rambut dan tubuhnya.

Singto hanya terdiam ketika Krist dengan santainya masuk ke dalam apartemenya.

"P'Sing, aku mau numpang mandi ya" celoteh pria manis itu sambil masuk ke dalam kamar mandi tanpa memperdulikan raut wajah gugup sang pemilik ruangan.

Singto berusaha duduk dengan tenang di depan laptopnya. Suara air mulai terdengar, Krist sudah biasa mandi di sini jadi handuk dan segala perlengkapan mandi nya memang sudah tersedia.

Tidak lama Krist keluar dengan memakai handuk di pinggangnya, dengan senyum manisnya dia mendekati Singto yang sedang berusaha mengerjakan tugasnya.

"Phi sedang apa?" Tanya Krist santai sambil mengenakan baju yang barusan dia ambil dari lemari.

"Eeerr ini, ada tugas dari kampus, besok harus dikumpulkan." Suara Singto terdengar agak gugup.

"Kalau lelah kau bisa tidur, atau kalau kau lapar di kulkas ada makanan, bisa kau panaskan dulu" Singto berbicara tanpa berusaha menoleh melihat Krist. Sungguh hatinya gugup tidak karuan.

Krist memanyunkan bibir sambil mengaggukan kepalanya. "Kalau begitu aku mau tidur dulu ya. " Kemudian dia melenggang masuk ke dalam kamar dan naik ke atas kasur.

Tidak ada penjelasan kenapa dia datang ke apartemen Singto bukannya pulang ke kondo nya sendiri, tidak ada pertanyaan tentang post yang heboh tadi siang, dan tidak ada pertanyaan mengenai apa maksud Singto mengenakan tulisan itu, padahal sudah jelas Krist melihat dan menyukai salah satu post tentang itu.

Singto menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Dia berusaha menenangkan diri, jangan sampai dia terlihat bodoh di depan Krist.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Singto menutup laptopnya dan masuk ke dalam kamarnya.

Disana ada Krist yang tertidur lelap di atas kasurnya. Posisi tidurnya benar-benar berantakan. Singto tersenyum, menggeser sedikit tubuh Krist dan berbaring di sebelahnya.

Tiba-tiba Singto merasakan tubuh Krist berganti posisi. Kepalanya pindah ke perut Singto dan wajahnya persis menghadap ke arah kemaluan Singto.

Singto terkejut dan berusaha memindahkan kepala Krist dari perutnya, tapi tangan Krist sudah terlanjur memegang tonjolan didalam celana pendek Singto.

"Kit.." Singto merintih merasakan gejolak yang mulai melanda.

Krist mengangkat tubuhnya dan wajahnya menuju ke arah wajah Singto. Krist mulai mencium bibir Singto tanpa aba-aba. Singto terkejut tapi dia tidak bisa melawan kenikmatan dari lumatan yang dihadirkan bibir Krist, bibir itu menggodanya, ciuman Krist selalu terasa manis dan tidak bisa dilawan.

Singto membuka mulutnya, dia mulai menyesap bibir Krist dengan ganas, memaksa lidahnya untuk masuk kedalam mulut Krist. Krist membiarkan lidah Singto masuk dan menyambutnya dengan lidahnya sediri.

Lidah mereka bergumul penuh napsu hingga terdengar suara saliva berdecak dan gigitan kecil pada bibir Krist membuat Krist terkejut dan sedikit mengambil jarak, menciptakan benang saliva yang tergantung di antara bibir mereka.

Singto menarik kembali kepala Krist, tangannya memegang kepala Krist erat mendekatkan wajah mereka, menarik sedikit napas dan kembali memadu lidah mereka kembali.

Tangan Krist masih sibuk memijat penis Singto saat mereka berciuman. Singto mengerang, dia memutar tubuh mereka sehingga Krist berada di bawahnya.

Singto mulai turun dan menjilati leher putih Krist, aroma laut masih sangat tercium dari tubuh nya. Aroma tubuh Krist selalu membuat Singto terangsang, apakah dia hanya terlalu terbiasa ataukah memang sang pemilik aroma tubuh yang membuatnya seperti ini?

Desahan Krist semakin keras saat mulut Singto mengecup penis dibalik celana boxer nya. Sementara tangannya membuka kaos yang dia kenakan dan mulai menjambak rambut Singto.

Singto mengangkat kepalanya, melihat tubuh telanjang Krist, kemudian membuka bajunya sendiri dan naik kembali ke arah wajah Krist. Lidahnya mulai menjilati cuping telinga Krist yang sensitif, membuat Krist mengerang tidak karuan.

Krist ataupun Singto tidak pernah memanggil nama satu sama lain saat berhubungan seksual, memanggil nama seperti memberikan persetujuan bahwa mereka memang melakukannya dengan orang yang kita cintai, dan mereka tidak melakukannya, entah dengan alasan apa.

Hanya erangan dan desahan yang semakin menggema saat lidah Singto semakin menari di kuping kanan dan kiri Krist, sementara tangan Singto sibuk mencubit pelan sembari mengelus nipple Krist yang sudah menegang. Kemudian tangan itu membuka celana boxer Krist hingga tubuh putih penuh keringat itu kini terlihat tanpa penutup sehelai benang pun

Krist memandang Singto dengan sayu, sesaat kemudian sebuah penis yang tengah menegang sudah tersaji di depan wajah manisnya.

Krist mulai memasukan penis itu ke mulutnya, sementara dibawah sana Singto juga sedang melakukan hal yang sama dengan penis milik Krist yang sudah menegang sempurna dengan posisi 69.

Suara decapan terus terdengar di dalam kamar itu, sesekali Krist sedikit tersedak penis Singto yang menekan tenggorokannya, tapi itu tidak menghentikan nya untuk terus mengocok penis besar itu di dalam mulutnya sembari tangannya mengelus 2 bola dibawahnya secara bergantian.

Singto yang berada di atas pun tidak kalah terangsang, penisnya terasa berkedut-kedut tapi dia masih mampu menahannya. Dia menjilati batang itu sambil bergantian menjilati kedua bola milik Krist, hingga tidak lama dia mendengar suara lenguhan keras Krist disusul dengan keluarnya cairan putih dan panas milik pria manis itu.

Singto berdiri mengahadap Krist, entah mengapa hatinya selalu bergejolak melihat pemandangan saat Krist terlihat puas dan lelah seperti ini. Entah perasaan apa itu.

Penis miliknya masih berkedut minta dipuaskan, Singto kemudian mengangkat kaki Krist dan mulai menjilati lubang yang sedari tadi menggoda pikiran nya, seberapa sering pun Singto memasuki lubang itu, lubang itu tetap terasa sempit, seakan akan hanya tercipta untuk nya dan memuaskannya.

Krist kembali mengerang saat penis Singto menerobos masuk kedalam tubuhnya dan memberi waktu agar Krist merasa nyaman. Krist menatap Singto dengan pandangan sayu dan entah mengapa tangan Singto tanpa sadar mengusap wajah Krist dan mengecup pelan bibir merah miliknya.

Krist tidak memiliki waktu lama untuk terkejut dengan perlakuan aneh Singto. Dia mulai mengerang tidak karuan saat Singto mulai menggerakan tubuhnya dan mengocok penisnya yang sudah kembali menegang.

Sesungguhnya dia ingin memanggil nama Singto disaat seperti ini, tapi Krist tidak ingin membebani pikiran Singto lebih berat lagi, dia tidak ingin Singto berfikir bahwa Krist menuntut lebih dan membuat Singto menjauh dari nya. Karena itu, keadaan seperti ini sudah lebih dari cukup untuknya.

Gerakan Singto semakin cepat, kedua tangannya meremas paha bagian dalam Krist dengan keras sebelum menumpahkan cairan panas nya didalam tubuh Krist. Di waktu bersamaan Krist mengerang hebat merasakan orgasme keduanya, cairan putih itu kembali tumpah membasahi perut putihnya.

.
.
.
.
Singto menatap Krist yang tertidur dengan lelap di sampingnya, mata hitam nya lekat menatap sosok yang tidak memiliki ikatan dengan nya itu, Krist terlihat sangat lelah karena permainan mereka, apalagi dirinya baru melakukan perjalanan jauh selama kurang lebih 4 jam.

Singto menghela nafas, dia mengerti alasan Krist datang ke apartemenya, dia tidak bodoh dia tahu bahwa saat Krist merasakan Singto kesal atau ada sesuatu yang mengganjal dalam hubungan mereka maka Krist akan menggunakan seks untuk mendekatkan jarak mereka kembali. Karena memang tidak ada kata-kata yang bisa digunakan untuk menjelaskan apapun, dari awal mereka memang tidak memiliki komitmen untuk dipertanyakan.

Tbc

Say You Love Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang