chapter 3

4.5K 351 37
                                    

Krist terbangun oleh sentuhan tangan Singto. Seperti biasa Singto selalu menanyakan apakah Krist mau tinggal di apartemen nya lebih lama atau mau ikut keluar bersama dirinya, Singto harus berangkat awal karena dia memiliki kelas pagi.

Dan seperti biasa Krist selalu memilih untuk keluar bersamaan dengan Singto, bayangkan jika dia terlihat keluar dari apartmen ini sendiri, bisa-bisa gosip mereka tinggal bersama akan menyebar luas tidak karuan. Keluar bersama dengan Singto adalah cara paling aman, kalaupun mereka tertangkap keluar bersama tinggal bilang saja bahwa Krist dan Singto mengambil sesuatu di apartemen dan keluar bersama.

"Kau mau kemana hari ini?" Tanya Singto, sebenarnya dia hafal jadwal kerja Krist,  karena itu Singto tahu hari ini Krist tidak memiliki jadwal untuk ke gmm atau acara apapun.

"Aku mau ke apartemen p'Peck" ujar Krist sambil memainkan rambutnya yang mulai panjang.

Singto tersenyum, walaupun ada rasa pahit bersemayam di dadanya, bayangkan bagaimana rasanya melihat orang yang baru saja tadi malam mengerang dibawahnya mengatakan akan pergi ke rumah orang yang Singto tahu sangat Krist kagumi, dan Singto tidak punya hak untuk bertanya apa yang akan mereka lakukan.
.
.
.
.
.

Krist bernyanyi pelan di bangku belakang, dia tidak bisa menyetir mobil, karena itu dia memilih naik taxi untuk pulang ke kondo nya.

Matanya menerawang, kilatan peristiwa bagaimana semua ini bermula mulai muncul lagi ke permukaan ingatannya.

Semua dimulai dari acara fan meeting di Korea, malam itu dia dan Singto menghabiskan malam berdua dan mereka sudah lama tidak bertemu, jadi mereka melepas rindu dengan berbicara sepanjang malam.

Awalnya Krist bergurau apakah Singto sedang frustasi secara seksual? Karena akhir-akhir ini Singto senang sekali memeluknya.

"Bagaimana jika aku memang frustasi dan ingin melakukannya?" Kata Singto kala itu, dan entah karena udara malam ataukah karena Krist juga menginginkanya, dengan mudahnya Krist menjawab
"Kalau begitu mari kita lakukan."

Krist masih bernyanyi pelan sambil menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. Terkadang hati nya terasa perih tapi dengan cepat dia mengalihkan pikirannya.

Jangankan bermimpi menjalin kasih bersama Singto, memikirkannya saja sudah membuat Krist putus asa.

Thailand memang negara yang bebas, tapi hidup sebagai gay tidak akan pernah mudah, mungkin lingkup kecil keluarga dan teman-teman mereka akan memaklumi,  tapi bagaimana dengan tanggapan orang luas?
Bagaimana dengan tanggapan fans international mereka?
Bagaimana dengan masa depan mereka yang tidak akan memiliki anak seperti yang dikatakan MC di acara Jujune, bahwa itu seperti melawan hukum alam?
Dan yang terpenting apakah Singto merasakan apa yang dia rasakan?

Mempertanyakan semua itu membuat kepala Krist sakit, sudah banyak yang mengatakan bahwa Krist memang tipe orang yang suka berfikir terlalu panjang, tapi itu hanya karena Krist tidak ingin menyakiti siapapun yang ada disekitarnya.
.
.
.
.
.
.
"Nong Krist!!" Lambai seseorang di ujung ruangan dengan suara khasnya.

Krist tersenyum lebar dan menghampiri orang tersebut yang sedang asyik dengan gitarnya.

"Sawadee phi Peck" sapa Krist, orang yang dipanggil Peck tersebut kemudian merangkul pundak Krist untuk duduk disebelahnya.

"Bagaiman kakimu phi?" Tanya Krist sambil memperhatikan pergelangan kaki Peck yang terbalut perban elastis.

"Hanya terkilir nong" jawabnya sambil mengusap rambut Krist kasar. Peck memang sengaja memposting kakinya yang terkilir di sosial media, dia tahu pasti Krist akan bereaksi dan mendatangi nya.

"Phi harus hati-hati, apalagi kau ada mini konser dalam waktu dekat kan?" Krist mengambil gitar Peck dan mulai memetiknya.

"Bagaimana single terbaru mu? Aku dengar kau mendapat 1 juta view di youtube dalam waktu satu malam?"

Krist terseyum lebar, "semua berkat yuyu phi. Aku berani bertaruh mereka lah yang membuat view ku di youtube mencapai 1 juta."

Peck tertawa melihat senyum Krist, senyum manisnya memang menular, mungkin Krist tidak menyadari bahwa banyak orang yang terpesona hanya dengan melihatnya tersenyum.
.
.
.
Peck sedang menikmati alunan gitar Krist saat matanya menangkap sesuatu yang terlihat di leher Krist, sedikit tertutup kaosnya tapi masih bisa terlihat dengan jelas. Ruam ungu yang menarik perhatian.

"Itu.." tunjuk Peck kepada ruam ungu dileher putih Krist. Krist terkejut saat melihatnya, dengan terburu-buru dia segera menarik kerah bajunya untuk menutupi ruam tersebut.

"Biasa, serangga, haha" tawa Krist canggung?"

"Serangga besar atau kecil nong?" Ledek Peck sambil tersenyum.

Krist tidak berani menjawab, dia sibuk merapihkan baju agar bisa menutupi ruam dilehernya.

"Atau..." Peck melirik Krist dan mendekatkan wajahnya menghadap Krist.
"Serangga itu bernama Singto?"

Perkataan itu membuat wajah Krist mematung sementara waktu, sebelum dia kembali ke kesadaranya dan mulai mengatur napas.

"Phi terlalu banyak mendengar gosip" Krist tertawa dengan gugup, mengalihkan pandangannya dari wajah Peck dengan gusar.

Peck tertawa kecil melihat nya. "Kau tahu nong, gosip itu selalu menyimpan kebenaran, berhati-hatilah lain kali."

"Gosip apa yang phi dengar?" Tanya Krist gusar, dia merasa sudah cukup berhati-hati menutup rahasia mereka.

Peck tertawa kecil, "tidak ada yang cukup kuat untuk menahan rahasia nong, apalagi jika sebenarnya sang pemilik rahasia ingin membuka rahasia nya."

"Kami tidak..." Krist berusaha membuka suara tapi tenggorokannya terasa tercekat.

Peck menarik wajah Krist dan menatap mata Krist dalam. Dia bisa melihat dengan jelas kesedihan di mata Krist, kadang dia heran apakah Singto tidak bisa melihatnya.

Sejurus kemudian Peck mencium pelan kening Krist lalu menepuk bahunya. "Tenanglah nong, kau tidak perlu menyimpan semua nya sendiri."

Tbc

Say You Love Me (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora