chapter 15

2.7K 269 52
                                    

Krist menatap pria yang duduk disebelahnya dibalik kaca mata hitam yang dia kenakan. Pria itu balik menatapnya dan tersenyum.

"Terima kasih sudah mau mengantarku ke bandara Krist." Peck mengusap kasar rambut Krist.

"Aku kan fans mu phi, tentu saja ini kehormatan buatku" Krist tersenyum lebar, senyum paling lepas yang dia bisa berikan.

Peck tersenyum lega menatap senyum itu. Krist sudah sedikit kembali seperti dirinya yang dulu, pria manis yang ceria, yang dengan senyumnya dia bisa membuat suasana hati orang yang melihatnya otomatis menjadi lebih baik.

"Tetap seperti ini, atau aku akan menghentikan konserku di tengah jalan dan kembali untuk menghajar orang bodoh itu." Peck tertawa sambil mencubit pipi tembam Krist, membuat pipi itu sedikit memerah dan pemiliknya sedikit menyeringai sakit.

Krist menangkap tangan yang ada di pipinya dan menggenggam nya dengan kedua tangannya.
"Phi.." panggil Krist. "Terima kasih dan maafkan aku" lanjutnya lirih.

Peck membalas genggaman tangan Krist, bahkan sebenarnya dia ingin sekali mencium tangan yang kata pemiliknya berbentuk bulat seperti jahe.

"Terima kasih kembali nong." Peck melihat genggaman tangan itu lekat.

"Untuk apa phi?"

"Untuk membiarkan aku mencintaimu, untuk tidak menjauh dariku, untuk sedikit kesempatan yang pernah kau berikan." Peck menatap lekat mata Krist dari balik kaca mata hitamnya.

Krist menundukkan wajahnya, menatap tangan mereka yang bertautan, mengusap pelan jemari orang yang sedang menggenggamnya.

"Kau pasti akan menemukan seseorang yang baik phi, seorang pria ataupun wanita yang akan sangat mencintaimu." Suara Krist terdengar lirih.

Peck terdiam sesaat sebelum tertawa mendengar ucapan itu, membuat Krist terkejut dan menatap bingung wajah orang yang disebelahnya.

"Astaga Krist, aku ini bukan gay, kenapa aku harus mengencani seorang pria." Jawab Peck disela suara tawanya.

Krist mengerjapkan matanya bingung, wajahnya pasti seperti orang bodoh saat ini.

Peck merubah posisi duduknya menghadap ke arah Krist, meminta supir untuk menaikan pembatas antara pengemudi dan penumpang untuk memberikan mereka kebebasan bicara.

Peck membuka kaca matanya dan membuka kaca mata Krist dengan tangannya, menatap mata bundar Krist dengan lekat.

"Dengarkan aku Krist Perawat Sangpotirat, aku ini mencintaimu, bukan mencintai sembarang pria, aku tidak pernah menyukai pria selain dirimu dan sepertinya tidak akan pernah."

Krist masih menatap wajah Peck dengan bingung.

"Apa kau pernah mencintai pria lain selain si bodoh itu?" Lanjut Peck.

Peck mendekatkan wajahnya ke telinga Krist, berbicara dengan pelan. "Malam itu, saat kita bersama, siapa yang kau bayangkan hm?" Godanya dengan suara nakal.

Wajah Krist sontak memerah karena rasa malu dan rasa tidak enak, ucapan Peck sukses membuatnya berkeringat, dia tidak menyangka Peck bisa membaca hal itu, Krist memang tidak bisa mengingat dengan baik apa saja yang dia ucapkan saat itu.

Peck mencium pelan pipi Krist dan tertawa. "Jangan membuat wajah seperti itu atau aku tidak akan bisa menjaga emosi ku dan menyerangmu lagi.

Peck duduk di posisi nya semula dan mengusap pipi Krist.

"Dengar nong, jangan mencoba melogika kan cinta, kau dan si bodoh itu terlalu banyak berpikir." "Memang kenapa kalau kalian berdua itu pria?" "Hubungan mu dan dia itu urusan kalian berdua, kalau kalian tidak mau orang lain tahu juga tidak apa, hanya saja perjelas lah dengan satu sama lain, jangan ketakutan kalian malah membuat kalian saling melukai."

Say You Love Me (End)Where stories live. Discover now