chapter 22

5.8K 289 38
                                    

Krist berusaha memejamkan matanya. Tangan posesif seseorang yang tertidur dengan memeluk pinggangnya erat kali ini tidak bisa membuat hatinya tenang. Membayangkan akan ada masa dia akan merindukan pelukan seperti ini dan menyadari bahwa orang yang dia inginkan untuk memeluknya akan berada di tempat yang sangat jauh.

Singto membuatnya terdengar mudah, hanya akan seperti di film pendek yang mereka bintangi, tidak akan terasa lama, mereka akan bisa saling mengunjungi, dan lagi saat ini banyak cara untuk melepas rindu jarak jauh. Selama tekhnologi itu bukan pintu kemana saja maka itu akan tetap terasa berat bagi Krist.

Krist berbalik dan menatap sosok yang sepertinya sudah banyak merancang masa depan mereka, bukannya Krist tidak menghargai itu, tapi mengapa pria ini harus mengambil jalan tersulit untuk mereka.

"Kenapa kau belum tidur?" Tanya Singto dengan mata terpejamnya.

Krist tersenyum, pria ini selalu bisa membuatnya terkejut dan memahami apa yang dia pikirkan bahkan dengan keadaan setengah tertidur.

"Phi...aku mencintaimu."

Senyum lebar merekah di wajah Singto walaupun matanya sepertinya memang menolak untuk terbuka.

"Jangan memberiku serangan jantung di tengah malam Kit."

Seolah jarak mereka belum cukup dekat, Krist menenggelamkan kepalanya di dada bidang Singto, entah kenapa matanya mulai terasa panas, tapi kali ini dia tidak akan membiarkan emosi nya menganggu istirahat pria yang sedang tertidur lelap didepannya.

Krist merasakan ciuman ringan dikepalanya dan bisikan lembut,
"Love you more and more my Kit."
.

.

"Phi, sepertinya aku tidak bisa ikut kerumah pho akhir minggu ini."
Krist merapihkan barang yang harus dibawanya ke lokasi syuting.

"Kau ada jadwal mendadak?" Singto mendekati pria yang terlihat bingung tersebut.

"Iya..sepertinya.." Krist mulai terlihat gelisah.

Singto berjongkok dan menatap mata pria yang menolak untuk menatapnya sejak tadi.
"Kau kenapa?"

"Tidak ada apa-apa phi, aku hanya sedang mengingat jadwalku, siapa tau mae Yui mendadak menghubungi."

"Kit, aku hapal jadwalmu lebih dari jadwalku sendiri, kau tidak ada jadwal di Sabtu malam."

"Kalau begitu mungkin phi harus mengecek jadwalmu sendiri, siapa tau Sabtu malam kau ada acara."

"Kit."

Yang dipanggil hanya mengalihkan kepalanya, tidak mau menatap mata seseorang yang menatapnya dalam.

"Bicara padaku, ada apa?"

Krist menggosok hidungnya kasar, terkadang dia kesal dengan hatinya yang sangat perasa dan menjadikan air matanya mudah tumpah.

"Phi mau pamit kan?" Jawabnya dengan suara yang sudah mulai bergetar.

"Ha? Apa?" Singto berdiri dan mengejar wajah Krist. Melihat pria didepannya yang mulai meneteskan air mata tetapi menolak untuk membiarkannya terjatuh.

"Phi mau pamit dihadapanku dan pho, kau mau membuatnya dramatis, aku tidak suka." Suara kesal terdengar dari sosok manis yang berusaha keras terlihat tegar.

Pria didepannya tidak bisa menahan senyumnya, walaupun Krist sedang kesal entah kenapa saat ini dimatanya terlihat sangat manis.

"Kit, aku lulus masih lama, sekitar setahun lagi, kita masih bisa bicarakan ini." Jawab Singto sambil terus tersenyum.

Say You Love Me (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora