chapter 8

3.4K 303 33
                                    

Kepala Singto terasa dihantam dengan keras, nyawanya seakan kembali ke dalam tubuhnya, matanya kembali bisa melihat dengan jelas, nafasnya kembali teratur walaupun masih terengah engah.

"Kit..." panggil Singto pelan sambil melepaskan ikatan tangan Krist.

"Kit, maaf aku..." Singto mulai terisak sambil kembali memakaikan baju Krist.

Saat memakaikan celana Krist terdengar suara Krist mengaduh pelan, Singto melihat sedikit darah keluar bersamaan dengan cairan miliknya, walaupun ini bukan pertama kalinya, permainan sekasar tadi pasti membuat lubang anus Krist lecet.

"Phi..sudah, aku tidak apa-apa." Krist berusaha duduk sambil menahan nyeri di bagian punggung dan lubang nya.

Singto terisak, dia sangat malu akan dirinya yang kalah dengan emosinya sendiri.

Krist mendekat dengan perlahan. Diusapnya kepala pria yang setahun lebih tua darinya itu, diletakan keningnya di atas kening pria yang dia sayangi.

"Kau boleh membenciku Kit" suara Singto bergetar saat mengatakan itu.

"Aku mencintaimu phi.." isak Krist pelan.

"Aku sudah merusakmu" sahut Singto lagi.

"Jangan berkata seperti itu phi, kumohon." Suara Krist mulai teredam suara tangisnya.

"Aku membuatmu seperti ini, aku membuatmu menyukai pria, aku merusakmu Kit" air mata mengalir deras di pipi kedua pria itu.

"Jangan tinggalkan aku phi, aku mencintaimu.." suara Krist semakin tersengal.

"Kita harus hentikan ini Kit, kau tidak akan bisa menjalani ini, akulah yang bersalah, kau boleh membenciku."

Hati Singto seakan ingin memberontak marah mendengar ucapannya sendiri, dia tahu dia sangat mencintai Krist, tapi lihat apa yang dia lakukan terhadap orang yang sudah lama dia cintai.

Sudah cukup jelas bukti bahwa dirinya hanya membawa pengaruh buruk bagi Krist. Membuat Krist terluka, menjadikannya seorang gay yang akan dikucilkan masyarakat, hidup Krist akan penuh kesulitan jika dia tetap berada di sisinya.

Di sisi lain Krist merasa Singto terlalu takut untuk menunjukkan siapa dirinya, Krist tahu bahwa Singto bukan pengecut, mungkinkah Singto memikirkan Pinntip? Apakah semua ini salahnya karena memulai permainan konyol mereka.

"Maafkan aku Kit.." Singto mengecup lembut bibir Krist, mereka berciuman sambil terus terisak, tapi bukan ciuman seperti sebelumnya, mereka berdua tahu, inilah ciuman perpisahan mereka.

.
.
.
.
.

Pintu kondo Krist terbuka, Bank yang sedang bermain game diruang tengah terkejut melihat kondisi Krist yang sangat lemah, dipapah oleh seseorang.

"Hei Krist kau kenapa?" Tanya Bank dengan khawatir sambil mendekati teman baiknya itu.

"Dia demam, biar aku saja yang membawa dia kekamar." Pria itu memakaikan jaketnya sehingga ruam merah di seluruh tubuh Krist tidak terlihat.

Bank tau siapa pria itu, sebagai teman dekat Krist tidak mungkin Bank tidak mengetahui siapa pria yang memapah Krist.

Bank membuka pintu kamar Krist sambil menatap lekat temannya yang sedang dipapah. "Terima kasih phi, kalau kau membutuhkan sesuatu aku ada di ruang tengah." Sahut Bank lagi.

Pria itu membaringkan tubuh lemas Krist di kasur, membuka jaketnya yang menempel di tubuh Krist, mengambil air hangat dan membuka baju Krist untuk meyeka tubuhnya. Saat itulah dia melihat banyaknya ruam di seluruh tubuh Krist. Dia menggeleng pelan, "dasar bodoh.." desisnya.

Say You Love Me (End)Where stories live. Discover now