chapter 11 (21+)

3.8K 259 70
                                    

Peringatan buat Peraya garis keras. Jangan marah ya bacanya. Kalau ga kuat jangan dibaca 😛
..................................................................................

Krist menaiki mobil yang dipesannya untuk perjalanannya pulang. Saat ditanya tujuannya, bukannya menyebutkan alamat kondo nya, Krist malah menyebutkan alamat apartmen Singto.

Krist sudah tidak tahu lagi apa yang dia rasakan, dia hanya ingin bertemu Singto, bahkan jika dia hanya diperbolehkan memeluk Singto, itu sudah cukup baginya.
Badannya terasa dingin, dia bahkan tidak bisa menghubungi keluarganya, lidahnya terasa kelu, dia merasa terhimpit, dadanya terasa sesak membuatnya seperti mati rasa.

Semua yang ada dihadapannya terasa runtuh, dia butuh Singto untuk memeluknya, menjaganya seperti selama ini, bolehkah dia bersikap egois seperti ini sesekali?
.
.
.
.
Krist turun dan segera menekan bel kamar Singto berkali-kali, namun tidak ada jawaban, dengan gemetar Krist mengambil handphonya, menutup mata dari semua notifikasi yang masuk dan menekan nomor ponsel Singto, namun hanya ada nada sambung dan tidak ada jawaban dari pria yang sangat dibutuhkannya saat ini.

Air matanya mulai turun, dia mematikan handphone nya, berjalan keluar dari lingkungan apartmen, hanya beberapa langkah sebelum Krist mulai terduduk dan menangis.

Dia merasa bodoh, sangat bodoh, dia tahu Singto sedang bersama dengan Pin, mungkin saat ini mereka sedang bermesraan, apa yang dia harapkan, dari awal Singto tidak pernah mencintainya, Krist hanya terlalu bodoh untuk tenggelam dalam perasaanya sendiri.

Dan seperti meledek situasinya, hujan pun turun, membuat Krist tersenyum. "Persis seperti dalam drama.." tawanya sinis.

Krist tidak perduli lagi dengan kondisinya, toh besok mae Yui akan memarahinya, belum lagi dia bisa terkena masalah dari management karena gosip itu.

Krist memutuskan untuk berjalan kaki pulang, langkahnya gontai, pikirannya entah dimana, dia hanya ingin pulang dan menenangkan diri.
.
.
.
.
.
Krist sudah tidak menyadari berapa lama dirinya berjalan, bahkan saat dia sampai ke kondonya hujan pun sudah berhenti, dengan malas Krist melihat jam nya, sudah hampir tengah malam.

Dengan langkah gontai Krist menuju kondonya, Bank saat ini sedang berlibur ke Jepang, jadi tidak akan ada yang melihatnya dengan kondisi kacau seperti ini, lebih tepatnya dia merasa tidak ada lagi yang perduli padanya. Saat itulah Krist melihat seseorang terduduk meringkuk di depan pintu kondonya.

"P'Peck..." panggil Krist pelan.

Peck mengangkat kepalanya dan bergegas menghampiri dan memeluk Krist dengan erat, dia tidak memperdulikan baju Krist yang basah.

"Kau dari mana saja?" Bisik Peck pelan sambil terus memperat pelukannya.

"Aku mencoba menghubungimu..." bisik Peck lagi, tapi dia tidak melanjutkan kata-katanya, dia hanya bersyukur Krist saat ini berada dalam kondisi aman di hadapannya.

Krist tidak memberikan reaksi apapun, hanya satu hal yang dia sadari, dia merasa tenang ada seseorang yang menunggu dan memeluknya di saat seperti ini.

"Phi... kenapa kau mencariku?" Krist bertanya pelan didalam pelukan Peck.

"Aku mencemaskanmu.." Peck meletakkan keningnya di atas ke dahi Krist, menatap mata pria manis itu lekat.

"Apa kau menyukaiku phi?" Tanya Krist datar.

"Jika kau menyukaiku, maukah kau memelukku lagi." Krist menatap mata Peck dalam, dia sudah tidak perduli, dia hanya ingin seseorang memeluknya saat ini, membuatnya melupakan apa yang terjadi hari ini.

Say You Love Me (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora