Bagian 2

300 26 34
                                    

Happy reading!💙

Bagian 2
Di Rumahnya A3

Gak usah malu untuk gila-gilaan di rumah sahabat, sekalipun orangtuanya ada.

-Alana-


Delia keluar dari kamar mandi sembari mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Dia menatap Kintan dan Alana yang kini mengepel lantai kamarnya dengan kesal. Menutup mulut, dia berusaha menahan tawanya agar tak mengganggu konsentrasi kedua sahabatnya yang sedang dalam masa hukuman.

"Sampai bersih, ya! Ntar gue cek, kalau masih licin, gue suruh bersihin balik," ujar Delia sembari menggantung handuknya di samping lemari.

Mereka berdua berdecak kesal lalu melanjutkan mengepel lantai dengan kasar. Selesai mengepel, mereka langsung merebahkan diri di kasur Delia. Delia yang sedang make up di meja riasnya menatap kedua sahabatnya melalui cerminnya.

"Capek, gak?"

"Capek!"

"Capek!"

Mereka berujar kesal secara bersamaan membuat mereka saling menatap.

"Lo ngapain, sih, ikutin gue ngomong?" tanya Kintan kesal.

"Jelas-jelas gue duluan ngomong 0,01 detik!" balas Alana tak kalah kesal.

"Gitu aja di hitung!"

"Terserah gue!"

"Ish, Tantan, A3! Kalian kenapa sih, berantem mulu!" kali ini Delia yang angkat bicara, kesal karena kedua sahabatnya membuat keributan di kamarnya.

Mereka berdua terdiam. Beranjak dari tempat tidur dan menatap Delia yang kini sudah rapi dan siap ke gereja. Delia kini terlihat fresh dengan baju kemeja merah kotak-kotak dengan celana levis biru laut lengkap dengan tas selempang yang kini tergantung di pundaknya.

"Gue berangkat sekarang, sono keluar! Gue pengen kunci kamar gue, ntar lo berdua nyolong lagi," usir Delia.

Mereka mendesis kesal lalu berjalan keluar kamar Delia. Selesai mengunci kamarnya, Delia menyimpannya kedalam tas lalu mengambil kunci motornya.

"Lo bawa motor sendiri lagi?" tanya Kintan.

Delia mengangguk lalu mulai berjalan meninggalkan mereka. "Gue pergi dulu, ya!"

Tatapan mereka terlihat jelas sangat khawatir. Tentu saja, karena dua minggu yang lalu, Delia keluar naik motor sendiri. Pulangnya, bawa lecet di lutut dan tangannya, katanya disambar pengendara motor yang ngebut.

"Lo hati-hati, jangan sampai pulang nanti lo lecet lagi!" seru Alana.

Delia tak menjawab. Hanya mengangkat tangannya sebelah sambil berjalan terus hingga menghilang di tangga.

Alana dan Kintan memandang punggung Delia yang menjauh hingga menghilang di tangga. Sejenak mereka berdua terdiam, lalu kaki mereka membawa mereka kebalkon utama lantai 3 asrama itu. Sembari menikmati semilir angin pagi menampar lembut wajah mereka, cerita pun dimulai.

I Luv U!✔Where stories live. Discover now