Bagian 28

78 8 0
                                    

Happy reading!💙

Bagian 28
Kisah Tantan dan A3

Alana membuka pintu kamarnya. Penampakan handuk yang berada di kepalanya menandakan dia baru saja selesai mandi.

"Kenapa, Del?"

Delia menjilat bibir bawahnya, dia memegang kedua bahu Alana dan mengguncang-guncangnya, "A3, lo harus tahu! Ini pasti bakal bikin lo terkejut! Kintan udah jadian sama Nathan, gimana, kaget nggak lo? Ya Tuhan, gue nggak nyangka cewek tomboy kayak dia ada yang naksir, loh! Gu—––,"

"Gue udah tahu, Del." Alana berkedip dua kali.

"Hah?! Jadi lo udah tau! Kenapa nggak bilangin gue, sih?!" omel Delia lalu mendengkus keras dan menarik Alana ke kamarnya. "Nggak gue ijinin lo berdua keluar dari kamar gue, sebelum kalian cerita semuanya. Sedetail dan selengkap mungkin."

"Ck, iya, Del. Ini juga baru mau cerita ke lo, tapi tadi mandi dulu," Alana berdecak lalu duduk di tempat tidur Delia. Kintan sedang tengkurap sembari memainkan ponselnya.

"Lo mandi dulu, gih! Lihat tuh muka lo, kucel banget! Mandi sana!" suruh Alana lalu memungut handuk Delia dan melemparkannya kearah pemiliknya.

Delia mencibir gemas. Dia beralih ke pintu kamarnya, menutup lalu menguncinya. Mata Alana melotot kaget saat melihat Delia mencabut kuncinya dan membawanya ke kamar mandi."

"Woi, ngapain pintunya lo kunci?!"

"Biar lo nggak kabur. Bwek!" Delia menjulurkan lidahnya keluar dan segera menutup pintu kamar mandinya.

Sementara itu, Kintan tak peduli. Dia kini tenggelam dalam obrolan bersama sang kekasih.

***

"Jadi, kenapa gue yang paling terakhir tahu kalau lo udah jadian dengan Nathan?" Delia mulai menginterogasi Kintan.

Mereka duduk melingkar di atas tempat tidur Delia. Ditengah-tengah mereka sudah tersedia berbagai macam camilan dan minuman yang sudah Alana dapat dari hasil menggeledah kulkas kecil didalam kamar Delia.

"Bukan lo kok yang terakhir, anak-anak disekolah belum pada tahu," bela Kintan.

"Halah, satu asrama udah tahu, Tan. Lo nggak denger tadi gimana kerasnya suara Delia teriak didepan kamar gue!" tanya Alana geli.

"Sumpah, mulut lo emang perlu di setel ulang, Del," dengus Kintan.

Delia malah cengengesan.

"Jadi, lo jawab apa tadi, pas Nathan nembak lo?" tanya Delia menggebu-gebu.

"Ya, gue jawab iya, lah!"

"Yang lebih detail, Tantan! Siaran ulang coba!"

"Gak mau! Malu, ih!"

"Pasti tadi lo bilang, 'Iya, Nathan sayang, aku mau jadi pacar kamu', pasti lo ngomong gitu, kan?" ucap Delia menoel-noel lengan Kintan.

Kintan tertawa kecil, "Geli, ih! Nggak gitu juga kali!"

Alana dan Delia ikut tertawa.

"Kenapa lo nggak tanya sama Alana," ucap Kintan tiba-tiba.

"Maksudnya?" Delia mengerutkan keningnya.

"Coba tanya, gimana Gery nembak dia tadi pas di UKS dan bagaimana mukanya Alana semerah tomat pas terima Gery jadi pacarnya, hahahaha!" Kintan tertawa puas melihat wajah melongo Delia.

"A3, lo jahat banget, sih, sama gue!" Delia memajukan bibirnya yang langsung ditarik Alana.

"Abis, tadi lo cepat pulang terus muka lo kelihatan kusut. Pulang tadi, rencananya kita mau ngasih tahu lo, tapi ingat muka lo yang kusut, kita mandi dulu aja. Eh, tahu-tahu, Kintan udah nyelonong duluan ke kamar lo." Alana memperjelas lalu segera melepas cubitannya dari bibir Delia.

"Terus, terus, lo tahu nggak gimana caranya Gery nembak Alana?" Delia menggeleng. "Jadi gini, 'Alana, gue tahu lo pasti benci banget sama gue karena sering ngusilin lo, tapi percaya, deh, itu gue lakuin karena gue suka sama lo. Gue suka lo sejak lama, tapi baru berani katakan sekarang. Will you be my lover? I promise, will not disappoint you and will always make you happy.'"

"Yaiii! Gery kok sosweet banget, sih?" Delia menggigit bibirnya gemas.

Sementara kini Alana hanya bisa menahan senyum dan rona merah di pipinya mengingat kejadian tadi sore di UKS itu.

"Terus, lo mau tahu apa jawabannya Alana?" tanya Kintan semangat.

"Apa?" tanya balik Delia tak kalah semangat.

"Gini, 'Yes, I would'. Tapi, mukanya itu loh, yang pengen gue ketawain, merah banget kek tomat busuk! Hahaha!"

Alana langsung memukul lengan Kintan. "Kurang ajar! Nggak gitu juga, woi!" ucapnya kesal.

Kintan memeluk Alana dari samping, "Canda, Sayang."

"Tapi, kok lo bisa tahu, sih? Memangnya lo ada disana pas Gery nembak A3?" tanya Delia heran.

"Iya, gue disana. Pas lo keluar dari UKS, Gery tiba-tiba aja datang diiringi Rey sama Nathan. Gery langsung aja pegang tangan Alana yang masih baring di tempat tidur UKS dan nembak Alana dengan PD-nya, untung aja diterima." Kintan kembali ngakak.

"Ya jelaslah gue terima, gue ini tipe orang yang menghargai perasaan orang lain!" bela Alana pada dirimu sendiri.

"Iya, tapi pasti sebelumnya lo udah ada rasa, kan, sama Gery?" Kintan menaik-turunkan alisnya, menggoda Alana.

"Bacot!" ucap Alana sembari menggerakkan tangannya membentuk pelangi.

Delia tertawa mendengar debat singkat dua sahabatnya yang kini tak jomblo lagi.

"Ehh, tapi Del, lo harus dengar satu berita penting lagi!" ucap Kintan serius.

Alana menyimak sambil membuka bungkus keripik dan menusuk sedotan di kotak susu cokelatnya.

"Apa?" tanya Delia.

"Tadi kan, pas kita lagi godain Gery dan Alana, Nathan iseng tanyain ke Rey kapan dia mau nembak lo. Eh, tahu-tahunya Rey jawab serius!"

"Iya, Rey bilang secepatnya bakal nembak lo. Wah, seru gak, nih!" tambah Alana semangat.

Delia menjilat bibir bawahnya yang tiba-tiba saja terasa kering. "Serius?"

"Kalau masalah perasaan, kita serius, Del," ucap Kintan.

Delia menelan ludah.

"Jadi, kalau Rey nembak lo, lo terima gak?"

"Terima," ucap Delia keceplosan.

"Cieeee!" goda Kintan dan Alana berbarengan.

"Lo tunggu aja kapan Rey gerak, sabar yaa." tawa Alana memecah diikuti dengan tawa Kintan yang menggelegar.

Delia memutar bola mata melihat tingkah gila dua sahabatnya itu. Namun, dia tak dapat mengelak perasaan bahagia yang muncul tiba-tiba.



I Luv U!✔Where stories live. Discover now