Bagian 7

113 19 7
                                    

Happy reading💙

Bagian 7
Berhasil Move On

Delia merentangkan tangannya lalu menghirup dalam-dalam udara pagi yang masih segar. Welcome bulan juni, gumamnya sembari tersenyum kecil.

Dia berjalan kearah jendela kamarnya, menatap matahari pagi yang terbit dari balik gunung. Sudut bibirnya kembali melengkung. Hatinya kini terasa ringan. Benar-benar ringan. Tak ada lagi gundah, galau dan merana terkurung disana. Kini, dia membebaskannya.

Sejak melihat kemesraan Adrian dan Lucy saat itu, Delia sudah berniat untuk merelakan semuanya. Delia sadar, semakin dia memaksakan untuk melupakan Adrian, hatinya hanya akan bertambah hancur. Jadi, yang dia lakukan hanya ikhlas, merelakan Adrian bersama Lucy. Itu adalah cara move on yang terbaik.

Tok tok tok ...

Delia berbalik ketika pintu kamarnya di ketuk beberapa kali. Setelah dia menggumamkan kata 'masuk', pintu kamarnya langsung terbuka dan memuntahkan dua sahabatnya yang masih bermuka bantal.

"Selamat pagi, kalian," sapa Delia.

Kedua sahabatnya berkedip. Delia ... telah kembali seperti dulu. Selalu mengucapkan selamat pagi saat mereka masuk ke dalam kamarnya. Dua kata yang hilang dari mulut Delia selama enam bulan ini telah kembali. Itu cukup membahagiakan buat mereka.

Delia berjalan menuju dispenser yang ada di sudut kamarnya. Dia menuang air ke dalam gelas dan meminumnya. Hampir saja dia tersedak ketika merasakan pinggangnya kini di peluk oleh dua sahabatnya.

"Eh ... ka-kalian kenapa?" tanya Delia panik. Waspada, jangan-jangan dua sahabatnya ini sudah belok.

"Nggak usah mikir yang macam-macam, Del," Alana berkata seolah tahu apa yang dipikir oleh Delia. "Kita cuma seneng kamu kembali seperti dulu."

"Bahagia gue selama enam bulan ini cuma satu, lihat lo berhasil move on dari cowok matre itu dan kembali seperti Delia yang dulu. Delia yang ceria dan suka berkhayal demi mendapat ide untuk ceritanya," ucap Kintan tulus.

Tanpa sadar, air sudah menumpuk di pelupuk matanya. Delia menaruh gelas itu diatas meja kecil lalu berbalik dan memeluk kedua sahabatnya itu.

"Kalian itu pinter banget buat gue jadi emosional kayak ini. But, thank's, kalian bersedia menemani gue melewati masa-masa sulit, yang mungkin menurut kalian itu lebay banget. You are my best friend," ucap Delia lirih.

"Fungsi sahabat emang gitu, kan?" balas Alana lembut.

"Of course."

"Jangan pakai bahasa Inggris, ahh. Gue kan jadi malu sendiri, nggak tahu kamu ngomong apa," kata Kintan cemberut.

Mereka melepas pelukan lalu tertawa ringan. Dasar Kintan, jaringan bisnis orang tuanya sudah melebar hingga ke negara luar tapi bahasa Inggris saja tololnya minta ampun. Padahal, dia adalah harapan Alma's Group. Satu-satunya pewaris Alma's Group, berhubung karena dia anak tunggal. Delia dan Alana sempat berpikiran jauh, bagaimana nanti saat waktunya sudah tiba Kintan menggantikan ayahnya? Semoga saja yang terbaik itu yang terjadi. Amin kan.

Padahal, Delia juga termasuk pewaris dari Ayana's Group. Walaupun, bukan anak tunggal tetap saja Delia sebagai anak pertama yang berhak melanjutkan usaha yang telah di bangun oleh Ayahnya dengan susah payah. Dan, Willo—adik lelaki Delia—pastinya tetap mendapatkan apa yang seharusnya menjadi haknya.

I Luv U!✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora