Misi

5K 304 13
                                    

Zerra berjalan memasuki bangunan tempatnya tinggal selama ini. Memutar kunci dan melepas sepatu. Tubuhnya terasa begitu lelah dengan drama yang terjadi di kantor.

Tok tok!

Kepalanya menoleh mendapati si wajah tembok berdiri di sampingnya. Wanita itu kehairanan.

"Ada apa?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Saya perlu kamu untuk meeting di Sentul," ujar Attar

Zerra mendengkus, "Jam kerja sudah berakhir, Boss."

Wanita itu tak memperdulikan lelaki berwajah datar itu, lalu menuju dapur dan meneguk segelas air dingin.

"Saya tidak perduli. Kamu PA saya, jadi saya beri kamu waktu 10 menit untuk bersiap." Attar meninggalkan wanita itu dan menuju mobilnya yang terparkir di seberang jalan. Zerra hanya mengangkat kedua bahunya, lalu menuju kamar sambil bersenandung.

Attar merasa geram, 18 menit telah berlalu. Tapi wanita yang ia tunggu tak kunjung menampakkan diri. Giginya bergemeletuk menahan emosi. Kaki melangkah menuju pekarangan Zerra, menggedor pintunya sekuat tenaga.

"Sial! Berani sekali dia. Hei, sekertaris sialan. Cepat keluar, sial!" makinya sambil terus menggedor pintu kayu itu.

Lelaki itu mengerang, "Jika kau tak keluar dala--"

Pintu terbuka, menampilkan sosok wanita dengan dress maroon selutut yang berdecak sebal.

"Boss sialan," desisnya.

"A-apa? Kau bilang apa?!" Zerra hsnya mengangkat bahu sambil mengunci pintu. Ia berjalan meninggalkan Boss-nya yang sudah berwajah merah kehitaman karena menahan geram.

"Kau--"

Attar menutup pintu mobilnya dengan kuat, lalu menunjuk wanita yang duduk manis di sampingnya. Wanita itu menampilkan sederet giginya yang putih sambil menunjukkan dua jari berbentu V.

Lelaki itu luluh, tiba-tiba saja amarahnya menguap entah kemana. Melihat senyum manis wanita itu umpama menyiram air es dihatinya. Ia melajukan mobilnya menuju sebuah kawasan di Sentul, dimana ia mempunyai janji dengan kliennya.
====
Attar menepuk bahu seorang lelaki, sebelum akhirnya mereka berpelukkan. Dengan kurang ajarnya Zerra menarik sebuah kursi di pinggir jendela, dan duduk sambil menopang dagu. Wajahnya tampak lelah, dengan mata terpejam menghadap kepadatan Sentul melalui jendela.

"Zerra,"

Wanita itu membuka mata, menoleh pada bosnya yang menatapnya, risau? Matanya memancarkan kekhawatiran bukan?

"Kau baik-baik saja?" Lelaki itu menyentuh keningnya dengan punggung tangannya. Hangat. Kening lelaki itu berlipat, apakah wanita itu sedang demam?

"Kau demam?" entah sejak kpn suaranya menjadi lembut. Ia merapatkan dirinya pada wanita itu, menelisik wajah dan tubuhnya.

Zerra terpaku, tak menyangka bos dinginnya akan bertingkah begitu 'manis'. Malah saat ini lelaki itu jelas memancarkan raut cemas.

"Berg? Ada apa?"

Ah, Attar lupa. Sammuel juga ada di sini, dan mereka meeting! Sial, Ia lupa tujuannya ada di sini.

"Sepertinya sekertarisku sedang tidak sehat," Attar mendongak, lalu tersenyum tipis ketika Sammuel menunjukkan raut yang sama dengannya, cemas.

"Saya tidak apa-apa, Sir," Zerra tiba-tiba bersuara. Wanita itu mengeluarkan laptop, dan beberapa berkas. Namun wajahnya terlihat sedikit pucat.

"Berg, kita bisa bicara lain kali kalau kau mau. Dia nampak benar-benar tidak baik-baik saja. Tidak jauh dari sini ada klinik temanku, kita bisa ke sana. Bagaimana?" Sammuel mulai mengemasi berkasnya.

"Tidak perl-"

"Kita ke sana!"

Attar menyimpan berkas dan laptop yang telah Zerra keluarkan. Menjinjing tas di tangan kirinya, sementara tangan kanannya merangkul bahu wanita itu. Ia mendudukkan Zerra dengan nyaman, membantu wanita yang nampak lemah itu memassngkan seatbelt.

Ia melirik wajah wanita yang telah ia nodai bertahun lalu. Wanita itu cantik, tidak, dia sangat cantik. Tuhan menciptakannya begitu sempurna, dan sungguh beruntung dirinya menjadi lelaki pertama wanita itu.

Mobil Attar mengikuti mobil Sammuel. Sesekali tangannya memeriksa suhu badan wanita itu. Wanita itu demam, dan sekarang ia mendengar wanita itu mulai meracau.

Sesampainya di klinik, Attar mengangkat tubuh Zerra yang kini sudah tidak sadarkan diri. Seorang lelaki berumur 40-an memeriksa keadaan Zerra. Dokter Arsyad memberitahu bahwa Zerra mengalami demam biasa.

"Mungkin terlalu banyak fikiran, lelah akibat kerjaan juga bisa," ujar Dokter Arsyad.

Seharusnya Zerra tidak di perbolehkan pulang, namun Attar begitu memaksa Dokter itu untuk memberinya izin membawa wanita itu pulang.

"Kalau boleh saya tau, apa hubungan anda dengan pasien?" tanya Dokter Arsyad

"Saya calon suaminya," dengan penuh kesombongan lelaki itu mengangkat tubuh wanita yang dia klaim calon istrinya. Melajukan mobilnya menuju kediamannya.

----

"Emmhhh...."

Dalam keadaan setengah sadar Zerra bergerak melemaskan ototnya. Dahinya mengernyit merasakan sesuatu keras dan hangat sedang melekat di punggungnya.

Mata Zerra sontak terbuka lebar. Merasa bahwa sesuatu itu pastinya manusia dan berjenis kelamin lelaki. Pasti!

Karena ada sesuatu yang keras lainnya, yang sedang menggesek-gesek di bokongnya.

"Aargghh!!"

Zerra menjerit kaget ketika ada yang meremas payudaranya. Dan yang lebih mengejutkan, dirinya bugil. Tanpa busana, wanita itu memberontak. Mencoba melepaskan diri dari tangan itu dan berbalik.

"Morning sweetheart,"

CUP!

"K-kau?!"

*TBC*

Jiaaahh, ampuni hamba...
Semoga syuka yaaaa
😘😘

Hello Mr. Iceberg, I Love You!जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें