Ayana- 7

1K 52 1
                                    

Aku menghirup udara pagi hari depan sebuah gedung menjulang tinggi. Orang-orang berlalu-lalang keluar masuk melalui pintu gedung yang terbuat dari kaca.

"Hei!" teriak seseorang mengagetkan diriku. Aku pun menoleh ke belakang.

"Aish ... Aldi rupanya. Tumben datang pagi sekali?" tanyaku sembari mengikuti langkah Aldi yang sudah duluan di depanku.

"Kamu tidak baca grup chat? Kan aku bilang,  bakal ada CEO baru," ucapnya dengan santai, sembari memutar-mutar id card miliknya.

"Aduh, rasanya kaya aku yang kudet di sini. Aku semalem ga on di grup, dan malah fangirl-an."

"Dasar wanita!"

👑👑👑

Pekerjaan hari ini begitu padat. Aku, sebagai pekerja baru di sini yang dianggap sebagai pemula, terkadang masih bingung dengan pekerjaan yang harus aku lakukan.

"Ayana, laporan kemarin sudah dibuat?" tanya seorang wanita seniorku, namanya Vita.

"Sudah, Kak. Kemarin sudah Ayana kirim ke Kak Eri."

Sungguh senang, masa depanku terkendali seperti diaryku. Buku kecil berwarna ungu itu tergeletak di atas meja, sebelah keyboard. Setelah aku mengganti buku dari yang tahun sebelum-sebelumnya, rencana sempurnaku berjalan dengan lancar.

Kini, setelah menyelesaikan studiku yang melelahkan, aku berhasil masuk dan diterima dengan baik di perusahaan koran ternama. Beritahari.id itulah nama perusahaan koranku.

Aku bekerja di bidang percetakan dan pemasaran. Bulan ini, rumor yang aku dengar, penjualan stabil. Jadi, tidak ada tekanan yang harus aku lalui karena bekerja saat keadaan perusahaan sedang terpuruk.

"Hei ... hei, aku punya kabar terbaru nih," kata salah satu seniorku yang lainnya. Namanya Kak Tami.

Semua orang yang bekerja di depan komputernya pun langsung berkumpul di meja kak Tami.

"Ada apa?" tanya kak Zena.

"Menurut rumor yang aku dengar, CEO baru kita itu adalah Keponakan Pamannya. Lebih tepatnya, CEO kita saat ini tidak punya anak dari istrinya, nah si keponakannya itu kedua orang tuanya sudah meninggal, jadi dia menggantikan posisi Pamannya."

Semua manggut-manggut mengerti. "Dia tampan ga ya?" Kak Ara tiba-tiba menyahut.

"Aku belum tahu pasti, Ara. Nanti kita akan tahu bagaimana tampangnya."

"Ehem! Semuanya dengarkan aku!"

Semua orang diam dan memperhatikan Aldi, yang baru saja datang. Aldi adalah direktur di bagian percetakan ini. Awalnya aku tidak pernah menyangka, akan bertemu dengannya lagi. Tapi, itu semua nyata. Dan semua orang tahu, bahwa aku dan Aldi berteman dengan baik.

"Ada apa Direktur?" tanya kak Vita.

"Ada kejutan buat kalian."

Semuanya nampak bertanya-tanya. Aku juga bingung, kejutan apa yang dimaksud Aldi. Makannya kak Vita bertanya padaku.

"Kamu tahu, kejutan apa yang Kak Aldi mau kasih?"

Aku menggeleng cepat. "Tidak. Kak Aldi tidak memberitahuku apa pun."

Tiba-tiba saja, laki-laki berawakan jangkung, wajahnya khas luar sana, namun matanya cokelat benderang seperti orang lokal, lengkap menggunakan jas rapihnya, berjalan perlahan memasuki ruangan.

Terlalu Cantik vs Terlalu Jelek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang