Author- 20 (B)

486 22 0
                                    

Jimmy dan Ayana seketika menoleh secara bersamaan pada Marsha yang tiba-tiba datang dengan map cokelat di tangannya.
Marsha dengan sinisnya mengelilingi Jimmy sembari meletakan tangannya di dada.

"Jadi kau, Marsha?"

"Ya benar. Itu aku. Aku yang menyelamatkan saudariku dari tipu dayamu, Jimmy."

Cuaca yang sangat panas ditambah dengan hawa yang juga sama-sama panas belum membuat Jimmy naik pitam. Dia terus bergelut dengan pikirannya berusaha mengembalikan keadaan dan yang terpenting adalah membuat Ayana percaya bahwasannya Marsha berbohong.

"Dari tampangmu aku yakin kamu tidak percaya dengan bukti yang ada di tanganku bukan? Kalau begitu coba kita buktikan."

Perlahan Marsha mulai membuka map cokelat itu. Sudah ada selembar kertas lengkap dengan tandatangan Jimmy dan Arthur di atas meterai.

Jimmy langsung mengerutkan dahinya tatkala melihat tanda tangan dirinya di atas meterai. Ia langsung saja merebut kertas tersebut dari tangan Marsha dan membacanya.

Dengan adanya surat ini, aku resmi memberikan Ayana padamu. Namun kesepakatan ini tidak berlaku jikalau aku, Jimmy Dirgantara mampu membayar kembali kepada Arthur Flasea.

"Tidak! Ini tidak benar! Ini semua bohong!"

Tangan Jimmy mulai bergetar ketika membaca tulisan tersebut. Namun berapakali ia lihat pun, tanda tangan di atasnya memanglah tanda tangan miliknya.

Kini Jimmy sudah diselubungi emosi yang menggebu-gebu. Dengan kasar ia menghampiri Ayana dan mencengkram bahunya dengan kasar.

"Ayana percayalah padaku, Ayana. Ini semua bohong. Aku tidak pernah melakukan hal itu padamu Ayana aku mohon percayalah padaku!" katanya seraya memohon.

Ayana hanya bisa menatap Jimmy prihatin yang sedari tadi menggoyang-goyang bahunya. Melihat Jimmy memohon seperti orang yang akan kehilangan kesadarannya sangatlah membuat hati Ayana bak disayat ribuan pisau yang baru saja diasah.

Namun karena bukti di depan matanyalah yang membuat Ayana harus percaya. Meski begitu, entah mengapa seperti ada suatu hal yang mengganjal di hatinya seolah ingin menolak bukti kuat yang telah ia dengar dan lihat sendiri.

"Cukup Jimmy cukup! Kau mau membuat bahuku luka?!" teriakan Ayana membuat Jimmy terdiam merasa bersalah. Perlahan ia melepaskan cengkramannya itu dan melihat ada bekas cengkramannya di bahunya.

"Ma-maaf Ayana aku tidak bermaksud seperti itu aku hanya—" belum hendak Jimmy mengusap pipi Ayana dan melanjutkan perkataannya, Ayana sudah terlebih dahulu menepis tangan Jimmy.

"Hentikan! Mulai saat ini jangan pernah anggap aku Ayana yang dulu lagi. Mungkin aku memang pernah mencintaimu tapi—" Ayana menelan ludahnya sebelum melanjutkan kata-katanya. Ia mencoba tegar untuk mengatakan ini. "—anggaplah yang dulu itu hanya mimpi indah dibenakmu, dan kalung ini akan aku kembalikan pada pemiliknya."

Ayana perlahan melepas kalung berisi cincin itu. Kemudian ia memberikannya pada Jimmy dengan berat hati.

"Terima kasih." Itulah kata-kata yang hanya bisa Ayana ungkapkan untuk saat ini. Kemudian ia berlari perlahan menuju mobil Marsha.

Setelah Ayana pergi, barulah Jimmy sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia pun mengenggam kalung Ayana kuat-kuat.

"Brengsek! Kalian berdua, inikah yang ingin kalian lihat? Tch ... kita lihat saja nanti siapa yang akan menang!" ancamnya kemudian juga pergi dari hadapan Aldi dan Marsha.

👑👑👑

Sementara dari sisi jalan, nampak Meli tengah meneguk anggur merah pada gelas bening di tangannya.

Terlalu Cantik vs Terlalu Jelek [END]Where stories live. Discover now