Marsha- 13

749 35 1
                                    

Malam ini, Dewi keberuntungan sepertinya sedang memihak diriku. Berkali-kali keberuntungan datang silih berganti.

Dari ketidak sengajaan, bisa jadi sesuatu yang besar. Padahal, sebelumnya Jimmy belum pernah mengajakku ke tempat romantis ini hanya berdua.

Benar! Kami sedang berada di restoran bintang lima. Biasanya restoran ini dipakai orang-orang untuk kencan atau dengan orang-orang terkasih. Hal ini membuat aku seperti terbang ke awan, ke langit ke tujuh.

Rencananya aku akan mengunjungi Jimmy di siang hari. Tapi, karena ada seseorang yang mengangguku terpaksa aku harus pergi sore hari, dan sekarang aku terjebak dalam cahaya lilin. Hanya berdua. Berdua! Tegaskan itu.

Flashback on

Siang itu, setelah aku merapihkan rambutku di depan cermin hias yang ada di ruang kerjaku, aku dengan siap 100% keluar dari balik pintu.

"Tunggu, Bos!" teriak Farel terburu-buru menghampiriku.

"Ada apa?" tanyaku ketus.

Aku paling tidak suka ada seseorang mengangguku. Karena itu, aku menjawab Farel dengan nada ketus.

"Jangan sensi seperti itu, Bos. Aku di sini bawa berita penting," katanya.

Aku pun terpaksa tersenyum. "Ada apa, Farel?"

"Tuan Ega, dari perusahaan Ellena mau mendatangi Bos. Katanya, Dia mau bicara tentang kontrak kerja sama."

"Serius?" teriakku kaget. "Ok ... ok ... bilang sama Dia, tunggu sebentar di ruang pertemuan. Nanti, aku ke sana."

"Siap Bos!"

Setelah aku menjadi CEO di perusahaan buah-buahan milik ayah-- tidak sekarang milikku ini, untuk pertama kalinya aku menjalin kerja sama dengan salah satu Supermarket swasta di Kota. Supermarket Ellena adalah Supermarket yang memiliki cukup banyak cabang.

Awalnya perusahaan kecil ayahku ini hanya mengirim buah-buahan ke Supermarket Kota milik pemerintah saja. Tapi, ini adalah hasil kerja kerasku.

Aku pun merapihkan jas bajuku, lalu masuk ke dalam ruangan pertemuan. Di sana sudah ada Bos pemilik Supermarket Ellena.Umurnya mungkin setara dengan ayahku, 45 tahunan 'mungkin'.

Dia tersenyum ramah ketika aku masuk dan duduk di sofa berseberangan dengannya. Hanya meja kaca yang membatasi kami. Pelayan di Kantor tentu saja sudah menyiapkan satu gelas kopi dan satu gelas teh untukku. Aku menawarkan dengan lembut ketika aku hendak meminum teh tawar hangat, Dia hanya tersenyum dan mengambil kopinya.

"Nona Marsha nampak cantik hari ini."

Uhuk!

Perkataannya itu mampu membuatku tersedak. Aku dipuji cantik oleh orang lain, dan itu Pria Tua. Aku hanya bergidik ngeri ketika membayangkan sesuatu yang negatif.

"Bapak bisa saja," kataku tersenyum kecil.

"Baiklah, saya tidak akan lama di sini. Jadi, untuk kontrak yang kamu ajukan saya menyetujuinya. Di depan Nona saya akan menandatangani kontrak itu."

"Baik, Pak. Akan saya ambilkan surat kontraknya."

"Farel, beri aku surat kontraknya," kataku memanggil Farel yang sedari tadi duduk di sebelahku. Langsung saja Farel memberikan map cokelat yang berisi surat menandatangani kontrak.

Setelah kontrak ditandatangani, akhirnya pertemuan itu selesai. Aku pun langsung mengadakan meeting dengan para karyawan penting di perusahaan ini.

Kami membahas tentang pemasaran, target pemasaran, situasi pasar, dan lainnya. Supaya tidak terjadi kerugian yang besar untuk perusahaan ini.

Akhirnya tugasku selesai. Aku berhasil pulang dari tempat kerja awal waktu. Langsung saja, aku tancap gas dan menyetir mobil ke apartemen Jimmy.

Terlalu Cantik vs Terlalu Jelek [END]Where stories live. Discover now