(25)

6.3K 656 147
                                    

Tunggu hari itu tiba
dan semesta akan tau
siapa yang mencintai siapa.

-Ur

3 tahun berlalu

Perasaan akan hilang seiring berjalannya waktu. Seorang sahabat dari jauh pernah berkata demikian, tapi sepertinya teori itu tidak berlaku bagi seorang gadis yang saat ini sibuk berkelana ke dalam lukisannya. Goresan demi goresan pena yang ia torehkan ke dalam kertas sketchbook nya lama kelamaan menjelma menjadi sketsa seorang cowok bermata biru gelap.

Ia tersenyum, melihat sekilas jam tangannya sebelum membuka botol minuman yang sedari tadi dia biarkan. Hari ini kelasnya selesai lebih cepat, tahun keduanya di kampus masih dijalaninya dengan perasaan yang sama. Gadis itu, dengan kerja keras tentunya, berhasil masuk ke tempat dengan jurusan yang memang ia inginkan. Jurusan Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia di Yogyakarta. Setelah lulus dengan nilai yang bisa dibilang bagus, Venus berusaha meyakinkan kedua orang tuanya. Bahwa hanya seni dan gambar lah yang menjadi dunianya, ia tidak bisa memaksakan diri untuk bergelut pada hal yang tidak ia sukai.

"Venus!"

Gadis itu menoleh dan menutup botolnya, "Sini!"

"Sorry masih ngumpulin tugas tadi."

"iya, makan dimana nih?" tanya gadis itu membuat Elena mengerutkan alisnya.

"Warung depan aja gimana?" usul Elena membuat Venus mengangguk.

Elena yang memang sejak awal ingin bergelut pada dunia fotografi memutuskan untuk ikut Venus mengambil kampus ini. Berbeda dengan Manda yang akhirnya tetap berada di Jakarta untuk melanjutkan kuliah bisnisnya. Banyak yang Venus pertimbangkan juga awalnya, harus meninggalkan Bunda, Ayah, dan rumah kesayangan. Tapi juga ingin mengejar cita-cita dan hobi, sekaligus sedikit lari dari perasaan yang mirisnya tetap saja mengikuti gadis itu sampai ke kota orang.

"Berapa Bu?" tanya Elena sebelum menyodorkan uang.

"Mau kemana habis ini?"

Venus memasukkan dompet dan ponselnya ke dalam tas, "Jadi gue anter ke Malioboro nggak nih?"

"Oiya lupa, ya udah yuk."

Kedua gadis itu masuk ke mobil Elena dan segera pergi ke tempat tujuan. Besok siang, kakaknya akan mampir kesini sebelum berangkat ke Solo untuk urusan pekerjaan. Gadis itu berniat membelikan beberapa oleh-oleh yang memang dipesan oleh kakaknya untuk dibawa pulang ke Jakarta. Tidak ada waktu katanya jika harus berbelanja sendiri.

"Rame banget astaga."

"Gini nih gue bencinya, parkir jauh, jalan capek, beli antri." keluh Elena membuat Venus terkekeh.

"Masalahnya kesininya sama gue, kalau sama Arya beda lagi ya, Na."

"Kebiasaan deh."

Elena berjalan mendahului Venus untuk sampai ke toko yang ia maksud, gadis itu berkutat dengan barang yang akan ia beli sambil sesekali meminta saran dari Venus yang masih melihat-lihat gantungan kunci. Mata gadis itu spontan menoleh ketika seseorang di luar toko membungkuk membenahi tali sepatunya.

Postur tubuh tinggi dengan rambut coklat gelap yang sedikit terlihat karena memang cowok itu menggunakan tudung hoddienya membuat Venus tanpa sadar tersenyum. Ia rindu Biru, saking rindunya setiap orang yang berpostur mirip dengan Biru selalu ia bayangkan sebagai sosok cowok itu. Padahal Venus sendiri tau, Biru mungkin sudah lupa pernah menyukainya.

"Ven, udah nih, mau langsung pulang?" tanya Elena membuat Venus tersadar dari lamunan dan segera mengangguk.

"Na, Biru dimana ya sekarang?"

BIRUWhere stories live. Discover now