BIRU

SURAT UNTUK BUMI

Pada hari ini,
tepat tengah malam,
di Bumi.

Kubalas pesan dari Surat Uranus-mu menggunakan Bahasa Indonesia juga, semoga kamu paham.

Terimakasih Bumi, terimakasih telah menjaga ciptaan Tuhan yang satu ini. Seseorang yang membuatku merasa lengkap dan mempercayai bahwa manusia memang diciptakan berpasang-pasangan. Terimakasih telah menjadi latar bertemunya perasaan. Tanpa bantuanmu, Uranus akan memaksaku pulang dan membiarkanku berakhir sendirian.

Em, Hai.
Selamat malam.
Maaf bila terlalu banyak mengecewakan. Sebelumnya aku memang selalu memilih undur diri, bukan karena membencimu, bukan, aku tidak akan sanggup melakukan tindakan itu. Hanya saja, aku merasa burung yang sayapnya telah patah tidak akan terlalu kuat melindungi yang dimilikinya dari terpaan angin dan pancaran sinar matahari. Maka kulepaskan, walaupun akhirnya aku yang berujung mengenaskan.

Tapi harusnya kamu sadar, atau aku sendiri yang sengaja membuatmu tidak sadar?
Bahwa aku mencintaimu sesederhana aku mencintai hidupku. Cinta yang hanya mengajariku untuk melindungimu, bahkan dari diriku sendiri. Menolak membuatmu terluka, meski harus melihatmu bahagia bersama yang lainnya.

Tapi sayang,
Nyatanya semesta mengirimku dari Uranus memang untuk tersesat disini. Mengabaikan arah jalan pulang meski aku tahu persis kemana harus pergi. Hanya karena alasan sekecil itu, ada kamu disini. Di Bumi yang sedang kupijaki.

Maka,
Kuputuskan egois juga untuk mendeklarasikan bahwa hatimu adalah pasanganku. Mengabarkan pada dunia, bahwa aku telah menemukan akhir bahagiaku sendiri. Sengaja agar sayembara mendapatkanmu dihentikan. Dan aku mutlak menjadi pemenangnya. Pemenang yang berhak mengubah kita menjadi teman hidup, bukan hanya sebatas teman cerita.

Terimakasih, maaf, dan biar selanjutnya aku yang membahagiakanmu. Soal bagaimana aku tidak usah dipikirkan terlalu keras, kamu disini saja sudah membuatku senang luar biasa.

Dari aku,
yang semakin hari menyayangimu.