|•Part 7•|

11.8K 425 1
                                    

Happy reading ☺☺☺


Flo menyadari jalan yang ia lewati tidak mengarah ke rumahnya, tapi justru ke arah rumah sakit. Saat ini Flo sedang tidak ingin pergi ke rumah sakit, ia rasa percuma saja berobat, penyakit dalam tubuhnya tidak akan pernah sembuh.

"Berhenti!." Flo menyuruh Andri menghentikan mobilnya. Ia tidak mau lagi melakukan kemoterapi. Setiap kali ia selesai kemoterapi rasa mual selalu saja menyerangnya, rambutnya pun pasti akan rontok nantinya.

Andri tak menghiraukan perintah Flo. Ia tetap menjalankan mobilnya menuju rumah sakit. Ia sudah sering mendapat tolakan dari Flo saat akan membawanya ke rumah sakit. Andri hanya khawatir dengan adiknya, wajahnya sudah pucat terutama di bagian matanya. Obat yang di sarankan dokter untuk Flo minum setiap hari sudah habis, jadi ia memutuskan untuk ke rumah sakit.

"GW BILANG BERHENTI!." Flo sudah membentak Andri dengan tatapan marahnya, Andri yang mendengar bentakan dari adiknya, sama sekali tidak menghentikan mobilnya, ia menulikan telinga dan tangannya bergerak mengaktifkan radio di mobil dengan volume keras.

"Lo berhenti sekarang, atau gw loncat dari mobil!." Ancaman Flo hanya di anggap angin lalu oleh Andri, ia tidak yakin adiknya akan nekad melakukan hal konyol seperti itu.

"Okeh kalau itu mau lo." Tangan Flo memegang knop pintu mobil, ia akan membuktikan kepada Andri kalau ia tidak main-main. Belum sempat Flo membuka pintu, mobil yang Andri kendarai lamgsung mengerem mendadak sampai sampai-sampai terdegar bunyi decitan ban mobil yang beradu dengan aspal. Hampir saja kepala Hal membentur dashboard mobil kalau saja ia tidak memakai seatbeltnya tadi.

Ciittt

Andri menghentikan mobilnya mendadak, ia tidak menyangka Flo akan melakukan hal bodoh seperti itu. ia mengeraskan rahangnya, matanya menatap tajam ke arah Flo, hampir saja ia di buat jantungan oleh kelakuannya. Dengan keadaan yang masih marah, Andri melepas seatbeltnya kasar, membuka pintu mobil dan membantingnya. Flo memejamkan mata kaget dengan perlakuan Andri, matanya melihat Andri yang memutari mobil menuju kursi penumpang

"Keluar!." Perintah Andri, dengan tatapan tajamnya. Flo yang melihat wajah menyeramkan Andri hanya menundukan kepalanya, ia sangat takut sekarang.

"GW BILANG KELUAR SEKARANG RENSA!." bentak Andri tidak sabaran. Ia mencengkram kuat tangan Flo dan menariknya keluar mobil. Flo tercengan mendengar Andri menyebut nama kecilnya. Lelaki itu akan memanggilnya Rensa kalau sedang marah padanya.

"Akh." Flo meringis kesakitan akibat cengkraman Andri di tangannya, pasti sekarang tanganya sudah memerah akibat ulah Andri.

Andri menghempas kasar tangan Flo, nafasnya memburu, tangannya mencengkram kuat bahu Flo tanpa mempedulikan teriakan Flo yang menahan nyeri dibahunya.

"LO MAU MATI, IYA ? LO MAU BUAT GW GILA KARENA KEMATIAN LO, HAH?!" Emosi Andri meledak saat ini, ia sudah tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Andri menhentakan bahu Flo ke pohon besar yang ada di pinggir jalan, ia tidak peduli semua orang melihat ke arahnya, saat ini kemarahan sudah menguasai dirinya.

"Lo pikir kalau lo mati semua bakal selesai? nggak Flo! selama ini lo cuma mikirin diri lo sendiri, nggak pernah peduli sama orang lain yang selama ini care sama lo! kalau lo nggak punya alasan hidup, seenggaknya lo pikirin gw di sini." Melihat Flo yang hanya menangis sesenggukan membuat Andri frustasi

"Argh." Tangannya Andri meninju kuat batang pohon sampai buku-buku jarinya mengeluarkan darah. Flo yang melihat tangan Andri berdarah semakin menyalahkan dirinya.

"Hiks, Flo minta maaf, hiks." Andri melihat tubuh adiknya bergetar ketakutan, apa ia sudah keterlaluan?.

Setelah menenangkan dirinya sendiri. Andri mulai berbicara dengan Flo.

"Hey, liat muka abang, Flo." Ucap Andri lembut, ia mengangkat dagu Flo untuk melihat wajahnya. Andri meringis melihat wajah Flo yang memerah karena menangis

"Maaf."

"Shhtt! Maafin abang udah bentak kamu tadi." Andri langsung memeluk tubuh kecil Flo.

Flo malah semakin menangis mendapatkan pelukan dari Andri. benar kata Andri ia harus berjuang untuk hidup demi orang-orang yang menyayanginya.

Selama ini Flo hanya takut ia tidak bisa sembuh, ia takut nantinya tuhan akan memanggilnya. Flo takut sendiri di sana.

"Lho, kok tambah nangis sih? Maafin abang yah, pasti tangan lo sakit yah?" Andri melihat pergelangan tangan Flo yang memerah. Tangannya terulur untuk mengusap pergelangan tangan Flo dan menghapus air matanya.

"Seharusnya gw yang nanya gitu ke Lo, hiks. Tangan lo luka." Ucap Flo sesenggukan, ia sudah tidak mempedulikan ingus yang menyebar ke mana-mana, sesekali ia mengambil baju Andri dan membersihkan ingusnya menggunakan baju Andri.

"Udah nggak papa, gw kan strong! Nggak kaya Lo yang apa-apa nangis, dasar cengeng!." Andri mengangkat kedua tangannya seperti ingin menunjukan otot lengannya. Ia memberikan tatapan mengejek pada Flo yang masih berusaha menghentikan tangisnya.

Flo tidak percaya kepada Andri, darah yang keluar itu tidak sedikit, bagaimana bisa Andri bilang tidak apa apa. Untuk membuktikannya Flo pun menekan luka di tangan Andri.

"Akh, sakit bego!." Andri meringis kesakitan karena lukanya di tekan Flo.

"Katanya tadi nggak papa, di tekan dikit udah teriak tuh." Sindir Flo tangisnya sudah mereda.

"Ya nggak di tekan juga kali." Balas Andri mendengus. Luka kalau ditelan ya pasti sakit, pikir Andri.

"Yaudah sini Flo obatin, kalau nggak nanti bisa infeksi." Flo menarik tangan Andri yang tidak terluka menuju kap mobil, ia menyuruh Andri untuk duduk di atas kap mobil.

"Udah nggak usah! sekalian obatinny di rumah saki." Cegah Andri akan turun dari kap mobil.

"Biarin gw aja yang obatin yah? Flo janji, setelah ini kita ke rumah sakit." Ucap Flo meyakinkan Andri. Andri pun mengangguk setuju.

"Yadeh." Ucap Andri seraya tangannya mengusap gemas rambut Flo. Flo yang mendapat perlakuan seperti itu dari Andri hanya tersenyum senang.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Andri, Flo bergegas masuk ke mobil dan mengambil kotak P3K, ia kembali keluar dengan membawa kotak P3K di tangannya dan langsung mengobati tangan Andri.

"Tahan ya bang!." Ucap Flo selanjutnya mulai serius mengobati luka Andri.

"Iya, abang bakal tahan kok, mau berapa ronde?" Goda Andri menaik turunkan alisnya.

"Ihh, dasar mesum!." Ucap Flo seraya menekan luka Andri.

"Awh, gw bercanda elah."

"Makanya nggak usah mesum! Atau jangan jangan-jangan Kak Mila juga sering lo mesu–."

Pletak

"Aduh, sakit tau!." Adu Flo yang kesakitan mendapat jitakan dari Andri.

"Makanya nggak usah mikir yang aneh-aneh. Buruan obatin!."

"Iya."

Setelah selesai mengobati tangan Andri, Flo dan Andri pun bergegas menuju rumah sakit untuk checkup.

Flo sudah berjanji kepada Andri kalau ia akan berjuang untuk sembuh dari penyakit ini, ia juga berjanj,i akan terus berjuang mendapatkan cinta Devan. Mulai besok Flo akan memulai misinya untuk menaklukan monster kutub es itu.

---

Bersambung ...

Jangan lupa vote, komen and follow yah ...


See you next part ✋✋✋
~~Fitria Handayani

Floris (•TAMAT•)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang