JIaB.29✔️

60 21 2
                                    

Chapter 29 : Evolusi Zombie

"Aku tidak keberatan selama kalian tidak merepotkan."

".." Kiel dan Asham kehilangan kata-kata mendengar balasan acuh tidak acuh Kaiser. Sementara itu, Darryl dan Meena yang sudah terbiasa dengan sikap Kaiser hanya dapat tertawa kaku merasakan tatapan aneh kedua pendatang baru dalam kelompok mereka.

"Meena, cari topik pembicaraan! Cepat!" Darryl tiba-tiba menyenggol ujung kaki Meena dan berbicara tanpa suara.

'Hah?!' Meena yang tiba-tiba kakinya ditarik oleh Darryl langsung menatapnya tidak percaya.

"Cepatlah! Apapun itu! Aku tidak tahan!" Meena kembali membaca gerakan bibir Darryl dan alis matanya mulai berkedut. Pada dasarnya Meena sudah mulai terbiasa dengan suasana canggung akibat sikap Kaiser, oleh karena itu dia tidak merasa ada yang salah dengan suasana sekarang. Namun Darryl sepertinya belum terbiasa dan sebagai sosok yang tidak bisa diam, tentu Darryl sangat tidak menyukai suasana canggung ini.

Meena menghela napas dan diam-diam bertanya pada sistem untuk meminta saran, 'Sistem, apakah ada topik pembicaraan yang tidak terlalu jauh dari pembahasan tapi bisa menarik perhatian mereka?'

【Bagaimana kalau Owner menanyakan tentang Zombie dengan kemampuan tumbuhan yang muncul kemarin?】

'Itu ide yang bagus! Terima kasih sistem! Aku tahu kamu memang bisa diandalkan!'

【Fungsi sistem ini adalah untuk membantu Owner, tentunya sistem dapat diandalkan.】

'Ah, benar.' Entah kenapa Meena dapat merasakan perasaan bangga dari balasan sistem barusan. Namun mengingat sistem hanyalah sistem yang tentunya tidak memiliki perasaan, Meena menggeleng pelan dan menghapus pikiran aneh itu. Meena mulai membuka mulutnya, "Aku teringat sekarang."

"Teringat apa?" Darryl yang sedang memperhatikan Meena lah yang pertama kali membalasnya.

"Aku tidak bisa membayangkan apa jadinya nanti kalau seandainya.." Meena berhenti berbicara begitu matanya bertemu dengan mata Kaiser. Meena perlahan mengalihkan pandangannya dan lanjut berbicara, "Kalau seandainya zombie yang kita lawan ke depannya adalah zombie yang memiliki kemampuan seperti kalian?"

"Apa?"

"Itu gila!" Seru Darryl begitu selesai memahami ucapan Meena sambil menatap Meena tidak percaya.

"Maksudku, kemarin kita juga bertemu zombie seperti itu kan di hutan luar desa?" Meena mulai merasa kalau kalimat pembukaannya salah setelah melihat reaksi keempat orang di depannya.

"Kapan?! Aku tidak melihatnya!" Darryl masih menatap Meena tidak percaya.

"Haa." Meena menghela napas dan memijat pelipisnya, "Aku pikir kalian hanya lupa."

"Apakah benar-benar ada zombie seperti itu di hutan luar desa?" Kaiser menatap Meena tidak yakin.

"Ada. Aku pikir kalian menyadarinya jadi kalian membunuhnya lebih dulu."

"Benarkah? Aku tidak memiliki ingatan sudah bertemu dengan zombie seperti itu." Darryl terlihat mengingat kembali dengan raut wajah yang rumit.

Kaiser mengerutkan dahinya dan mulai berusaha mengingat.

"Seperti apa zombie yang kamu lihat itu? Apakah ada perbedaan khusus dengan zombie lainnya?"

"Secara fisik sepertinya tidak banyak yang berbeda, tapi kalau diperhatikan baik-baik, mungkin hanya warna bola mata dan warna kuku mereka yang agak berbeda." Meena mengusap dagu sambil memikirkan informasi seperti apa yang harus dia berikan pada mereka.

"Warna bola mata aku mengerti, tapi.. warna kuku?" Mereka terdiam mendengar penjelasan Meena yang tidak disangka.

Kiel, Asham, dan Darryl menatap satu sama lain dengan raut wajah yang rumit. Mereka tidak meragukan ucapan Meena, hanya saja, warna bola mata adalah hal yang wajar untuk diperhatikan, tapi.. apakah pada dasarnya akan ada yang memperhatikan warna kuku orang lain? Biasanya tidak kan?

Tidak menyadari tatapan aneh yang ditunjukkan keempat orang lainnya, Meena terus berbicara sambil menatap api unggun di depannya. "Kuku zombie pada umumnya berwarna hitam, tapi warna kuku dari zombie yang sudah berevolusi biasanya lebih cerah dan semakin kuat mereka warna kuku mereka akan mulai terlihat sama dengan warna kuku manusia pada umumnya. Jadi, hal dasar seperti ini penting untuk kalian ingat."

"Semakin kuat mereka, warna kuku mereka akan semakin menyerupai warna kuku milik orang pada umumnya?" Mereka yang mendengar penjelasan itu menelan ludah dengan susah, kenyataan itu membuat mereka merinding.

"Apakah itu benar? Apa lagi yang kamu ketahui tentang para zombie?" Kaiser menatap Meena serius, terlihat berusaha menilai.

"Tunggu dulu, tolong jangan salah paham, itu hanya dugaanku." Entah kenapa punggung Meena mulai berkeringat dingin merasakan tatapan menilai Kaiser yang terarah padanya.

"Lalu apa maksudmu dengan zombie yang sudah berevolusi?"

"Ah, itu.." Meena terdiam dan langsung menggigit bibirnya, sepertinya tanpa sadar dia sudah mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak diucapkan. Melihat tingkah laku Meena yang jelas-jelas panik membuat mereka menyadari sebuah keanehan, ya, akhirnya mereka menyadari bahwa Meena sepertinya mengetahui zombie-zombie tersebut lebih dari yang mereka ketahui. Namun dari tingkah lakunya yang panik seolah sudah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya, mereka yakin bahwa Meena memang menyembunyikan sesuatu dari mereka.

"Tolong jangan salah paham, aku menganggap mereka begitu setelah melihat perbedaan kekuatan antara para zombie. Tentunya tidak hanya satu atau dua zombie yang sudah kita lihat kan? Mereka selalu muncul dalam kelompok, bukankah aneh melihat mereka tidak berkeliaran walau tidak dapat berpikir? Jadi aku pikir dari setiap kelompok itu pasti setidaknya ada satu pemimpin dan jika diperhatikan benar-benar kalian pasti juga akan tahu alasanku menyebut adanya zombie yang sudah berevolusi. Jadi..." Meena berhenti berbicara dan menatap kosong ke arah wajah Kaiser yang tengah tersenyum seolah puas karena berhasil mendapatkan sesuatu.

Keringat dingin mengalir dari pelipis Meena, 'Ini gawat, apakah aku lagi-lagi mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak aku ucapkan? Ya ampun, seperti yang diharapkan dari Kaiser, sulit sekali menyembunyikan sesuatu darinya!'

"Jadi begitu, tidak apa-apa. Aku tidak akan salah paham." Kaiser tersenyum kecil dan mengangguk pelan.

Entah kenapa Meena tidak dapat percaya dengan ucapan Kaiser, apa lagi setelah melihat wajahnya yang jarang tersenyum itu. Tanpa sadar ucapan Meena mulai terbata-bata karena kesulitan bicara, "Itu.. bagus kalau.. kamu tidak salah paham."

Kiel dan Asham yang jarang melihat Kaiser mengubah raut wajahnya tertegun, tanpa disadari keduanya mulai memikirkan satu hal yang sama, 'Jadi selain wajah serius itu dia juga bisa tersenyum.'

"Haha! Seperti yang diharapkan dari Meena! Kamu memang pandai menemukan sesuatu yang baru!" Darryl bersiul dan bertepuk tangan setelah menyerap semua ucapan Meena.

Kiel terbangun dari lamunannya dan menyetujui ucapan Darryl, "Jadi begitu, itu benar-benar analisis yang bagus."

"Ya, aku tidak menyangka seseorang bisa menganalisis sesuatu dengan begitu cepat walau hanya melihat dari jauh. Sepertinya aku bisa belajar banyak darimu." Asham mengangguk dan tersenyum.

"Tapi, zombie dengan kemampuan ya. Kalau jumlah mereka terus bertambah, ini tentu bukan kabar yang bagus."

"Ya." Suasana berubah hening dan mereka mulai tenggelam dalam pikiran masing-masing...

Jumlah Kata : 1027

Journey Inside a BookDonde viven las historias. Descúbrelo ahora