JIaB.32✔️

51 19 1
                                    

Chapter 32 : Hal yang Sia-Sia

"Uh itu, dia bilang ingin mencoba strategi baru..nya?"

"Hah?"

"Kenapa kau malah bertanya balik?"

"Ya, itu, tadi ketika melawan Zombie di dalam gua, Kaiser menemukan jika kemampuan bayangannya ternyata dapat mengendalikan lebih dari satu bayangan, jadi dia ingin mencoba strategi pembunuhan massal."

"Strategi apa?"

"Pembunuhan massal."

"Strategi macam apa itu?"

"Itu tidak berbeda dengan pembantaian." Meena terus menjawab pertanyaan ketiganya dengan sabar.

".." Ketiga pria itu mulai pucat, "Jangan bilang dia ingin melakukan itu karena sekarang masih malam?"

"Sepertinya begitu." Meena mengangguk pelan.

"Kenapa kamu tidak mencegahnya?!" Mereka menatap Meena tidak percaya.

"Eh? Ya.." Meena memiringkan kepala dan menatap ketiga pria di depannya dengan wajah tanpa ekspresi, "Haruskah aku mencegahnya?"

"Tentu saja!" Seru mereka kompak.

"Haa." Mereka menatap tidak berdaya pada gadis di depan mereka, 'Bagaimana bisa dia bersikap begitu santai tentang kehidupan seseorang?!'

'Seperti yang Darryl katakan sebelumnya, kepribadiannya memang sulit dipahami!'

'Aku bahkan tidak tahu apakah dia sangat percaya pada kemampuan Mikhael atau memang tidak peduli pada keselamatan Mikhael!'

Bagaimana pun, Kaiser adalah tokoh utama di dunia ini. Selain dirinya, prioritas utama dunia ini adalah Kaiser. Jadi Meena tidak terlalu khawatir dengan keselamatan Kaiser, bagaimana pun dia dengan jelas telah menulis bahwa Zombie yang belum berevolusi adalah Zombie yang lemah dan tentunya mudah dikalahkan.

"Kau bilang jumlahnya banyak kan?" Kiel melirik Darryl.

"Ya! Aku yakin seharusnya mereka lebih dari 20 Zombie." Balas Darryl.

"Kalau begitu kita harus cepat!"

Baru saja ketiganya akan pergi ketika mereka melihat sosok Mikhael berjalan santai ke arah mereka. Tubuh dan pakaiannya terlihat bersih dan tidak ada tanda-tanda bekas pertarungan, mereka pun berpikir jika Mikhael kembali setelah berpikir ulang dan berniat menyerang bersama.

【Tanda-tanda Zombie di sekitar telah menghilang.】

Meena yang melihat notifikasi dari sistem langsung menganggukkan kepalanya, "Apakah itu berjalan lancar?"

"Ya, itu semudah mengepalkan tangan." Kaiser duduk di samping Meena, mengabaikan ekspresi rumit yang ditunjukkan ketiga pria di belakang mereka.

"Mikhael, kenapa kau duduk? bukankah seharusnya kita mengalahkan para Zombie?"

Kaiser berkedip pelan dan menatap mereka seolah tidak ada hal khusus yang terjadi sambil berkata, "Aku sudah mengalahkan mereka."

"Tidak.. mungkin. Aku benar-benar tidak merasakan langkah mereka lagi." Kata Darryl sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Mikhael, apakah kau benar-benar membantai mereka semua?"

"Meena tidak memberitahu kalian?"

"Ah, jadi strategi itu berhasil?"

"Ya."

"Oh.. ok."

"Baiklah.."

"Terima kasih?"

Ketiga pria itu menganggukkan kepala seperti orang bodoh, bibir terasa kelu tidak tahu apakah harus tersenyum, tertawa, atau menangis karena terlambat.

Masalahnya, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu dengan pria yang dapat mengendalikan dua jenis kemampuan di mana kedua kemampuan itu sangat berlawanan. Lalu pria itu mengalahkan lebih dari dua lusin Zombie sendirian untuk mereka, apa yang harus mereka lakukan selain mengangguk dan berkata 'Terima kasih'?

Asham yang masih meragukan penjelasan Meena berusaha untuk mencari informasi yang lebih akurat dan bertanya, "Mikhael, bagaimana caramu mengalahkan mereka tanpa meninggalkan bekas pertarungan?"

"Karena ini malam, maka aku bisa melakukan apapun dengan kemampuan bayangan."

"Jadi?" Darryl menelan ludah dengan perasaan tidak enak, "Bagaimana caramu melakukan pembantaian dengan jumlah mereka yang banyak apa lagi dalam posisi yang tidak berdekatan?"

"Aku menyatukan mereka."

"Bagaimana caranya?"

"Menarik semua bayangan mereka menjadi satu bayangan besar."

"Menarik.. bayangan?"

"Ya."

"Lalu?"

"Lalu mengepalkan tanganku sampai tubuh mereka hancur."

Ketiga pria itu menelan ludah, tanpa sadar membayangkan proses yang Kaiser katakan di pikiran mereka, 'Itu.. benar-benar tidak berperasaan!'

Meena yang mendengar pembicaraan mereka langsung mengalihkan pandangannya, tidak ingin mendengar lebih jauh, agak khawatir bila dia tiba-tiba akan memuntahkan isi perutnya. Meena tanpa sadar menguap, dia menutup mulutnya dan mengusap ujung matanya yang agak berair.

"Cepat tidur, ini sudah tengah malam." Kaiser tanpa sadar mengusap rambut Meena. Kaiser terdiam sesaat dan menatap tangannya, perasaan aneh muncul setelah dia mengusap rambut Meena.

"Mm.." Meena tidak memberi perhatian khusus pada perlakuan Kaiser, dia langsung merebahkan tubuhnya, menarik selimut, dan tertidur.

'Dia tidak menolakku.' Kaiser menatap tangannya, Kaiser tanpa sadar menaikkan ujung bibirnya dan tersenyum puas.

Sementara ketiga pria yang melihat sikap pasangan itu hanya mengalihkan pandangan mereka, tidak ingin menjadi pihak ketiga yang mengganggu atau menjadi pengamat mereka.

Malam itu Asham, Darryl, dan Kiel kembali menyusun kain dan membuat api unggun. Mereka membereskan semua peralatan hanya untuk berbicara dan memutar tubuh, bukannya membunuh para Zombie yang mengganggu mereka. Karena itu, setelah para Zombie terbunuh tanpa campur tangan mereka, mereka harus menyusun peralatan itu kembali.

'Untuk apa kami berkemas kalau akhirnya harus menyusun semuanya kembali? Sangat sia-sia!'...

Jumlah Kata : 733

Journey Inside a BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang