28. Dinner

5.3K 355 54
                                    

"You can't resist when God said, "This is your destiny." But you can pray that something great will come after."
-Giselle Natasya

(Nyalakan multimedia nanti sesuai instruksi)

***

Malam ini, Anara berada di rumah Giselle. Baru pertama kali Anara melihat wajah perempuan itu secara langsung. Anara saja sebagai cewek bisa kagum sendiri saat berhadapan dengannya.

Benar-benar cantik. Alis tebal dan bulu matanya yang lentik membuat wajah cewek itu tegas. Namun, saat sudah mendengar suaranya, Anara percaya Giselle adalah perempuan yang lemah lembut.

"Haiiiii!" sapa Giselle riang. Ia berjalan mendekati Daver dan Anara yang juga berjalan masuk ke ruang tengah.

Giselle memeluk Daver sebentar, lalu matanya langsung mengarah ke Anara. Wajah Giselle tampak gembira saat melihat Anara.

"Hai!" Giselle memeluk Anara tanpa sungkan. Kemudian, Anara balas memeluknya. "Nama kamu siapa?"

"Anara, kak," jawab Anara sopan. Jujur, Anara merasa buruk rupa saat bertatap muka dengan Giselle.

"Hai, Anara." Giselle tersenyum. "Ayo, sini!"
Ia menarik tangan Anara ke dapur dan menyuruhnya untuk duduk, sedangkan Daver ditinggal begitu saja.

"Uncle!" seru bocah kecil, si Grace. Anak itu berlari dan memeluk kaki Daver.

"Hai, princess!" Daver langsung menggendongnya, membawanya ke dapur. Ia menatap Grace dengan jarak yang dekat. Sesekali juga ia mencium pipi mulus Grace.

Dari jauh, Anara melihat interaksi antara Daver dan Grace. Demi Tuhan, bagi Anara, ini pemandangan yang terlucu. Bahkan Anara tidak sadar bahwa sekarang bibirnya tersenyum.

"Anara," panggil Giselle seraya berjalan mendekat. Tangannya membawa dua piring besar berisi lauk.

"Iya, kak? Ada yang bisa aku bantu?" Anara hendak berdiri, namun Giselle menahannya.

"Enggak, enggak. Aku mau ngobrol, hehe." Giselle duduk di sebelah Anara. Tubuhnya menghadap ke gadis itu. "Kamu udah berapa lama kenal Daver?"

Anara yang mendapat pertanyaan itu sedikit terkejut. Padahal itu pertanyaan biasa. "Aku.. kenal dari.. kapan, ya? Dari sepuluh tahun lalu aku udah kenal dia, kok. Jaman masih super kecil." Ia terkekeh kemudian.

"Oooh. Lama banget." Giselle ikut terkekeh.

"Emangnya kenapa, kak?" tanya Anara sesekali melirik Daver dan Grace yang masih berdiri sedikit jauh dari meja makan.

Giselle tersenyum. "Gak apa-apa, sih. Penasaran aja. Soalnya tumben Daver bawa cewek ke sini. Apa kamu pacarnya, ya?"

Mendengar itu, Anara langsung menggeleng cepat. "Enggak, kok," jawabnya sambil tertawa pelan. "Aku sahabatnya. Kita udah lama sahabatan."

Giselle mengangguk-anggukan kepala mengerti. "Kamu cantik banget tau. Aku kira selera Daver enggak jelas. Taunya kayak kamu begini. Kalo gini mah aku juga seneng liatnya."

Anara spontan memelototkan matanya. "Aduh, kalo aku cantik kakak apaan, dong? Cantikan kakak ke mana-mana, beneran. Sampe kaget tau aku liatnya! Baru kali ini sekaget itu ngeliat cewek cantik."

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang