31. Mulai

4.9K 352 148
                                    

"Yes, it's a falling in love. But it's more like afraid of losing you."
-Daver Negarald

***

"Hari ini selesai." Anara meletakkan kembali beberapa buku dan alat tulis ke dalam tasnya tanpa melihat mata Gema.

Gema mengembuskan napas panjang tanpa suara. Ia dongkol melihat Anara yang terus menerus bertindak cuek padanya.

"Capek?" Gema mencoba bertanya pelan.

Anara mengangguk, lalu memandang Gema.

Yang Gema tidak sangka, Anara tersenyum padanya. Meskipun senyum itu terlihat memaksa.

Ya, memang Anara memaksa diri untuk tersenyum di saat ia sangat letih.

"Kenapa senyum?"

"Lo sabar banget gue judes-in."

"Baru sadar kalo lo judes banget?" ujar Gema menyelipkan nada bercanda.

Anara tertawa kecil. Ketika semua tugasnya selesai—termasuk tugas mengajar Gema—, mood-nya kembali seperti semula.

"Ra." Gema membuat posisi duduknya menjadi sepenuhnya mengarah ke Anara. "Kenapa lo marah banget, sih, kalau Daver temuin Rezo?"

Mendengar pembahasan itu lagi, Anara memutar bola matanya. Ia menatap Gema sebentar, lalu mendengus pelan tanpa menjawab.

"Lo khawatir, ya? Takut dia mati?" tebak Gema enteng.

Anara diam, enggan menjawab.

"Anara, gue lagi tanya."

"Iyaaa!" jawab Anara. "Gue liat sendiri kejamnya Rezo, kasarnya dia. Dia juga pinter dan licik. Dia udah pernah mau bunuh Daver di rooftop. Jantung gue mau copot waktu liat Daver kejar dia naik tangga."

"Iya, gue kenal Rezo, kok. Gue juga ngerasain kekejaman dia."

Anara melihat Gema, lalu kembali menunduk, memainkan kukunya. "Makanya itu. Gue gak mau Daver mati. Letta, sih, ada-ada aja!"

Gema menyeringai. Ia ketawa tanpa suara menyaksikan kerewelan Anara yang bagaikan anak kecil.

"Rezo punya banyak cara. Kalaupun waktu Daver temuin dia dan Daver selamat lagi, Rezo bakal tetep cari Daver sampai ketemu. Dia gak akan berhenti sebelum targetnya selesai hidup."

Anara memperhatikan wajah Gema saat berbicara. Setelah mendengarnya, Anara menunduk. Melipat masuk bibir dalamnya. Ia khawatir sesuatu buruk terjadi pada Daver.

Setelah Gema bercerita, keduanya diam. Saking sunyinya, suara detak jam terdengar. Begitu juga suara AC yang menderu.

Gema menatap Anara saat cewek itu dari tadi menunduk, entah apa yang dipikirkannya. Lalu, tangan Gema bergerak pelan memegang tangan Anara dan menggenggamnya erat.

Anara yang merasakan sentuhan tersebut langsung menoleh.

"Siapa pun cowok yang dapetin hati lo nanti, dia cowok yang paling beruntung."

Anara melihat kedua bola mata Gema secara bergantian saat cowok itu berbicara padanya. Bagaimana kalimat dari cowok selengehan dan galak bisa terdengar setulus ini?

Merasa awkward, Anara menggerakkan tangannya yang digenggam sehingga Gema otomatis melepaskannya.

"Kenapa beruntung?"

"Lo bisa segitu khawatirnya. Lo bisa segitu sayangnya. Walaupun lo gak pernah bilang seberapa lo suka Daver, gue aja udah tau kalau lo bener-bener sayang sama itu cowok."

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang