Aneh

3.5K 383 12
                                    

Lagu Jimin selesai lebih cepat dari perkiraan. Setelah tumbang saat melakukan rekaman tempo hari, Jimin langsung bersikeras untuk melanjutkan pada esok harinya, dan tentu Jimin tidak menerima bantahan. Namjoon bahkan harus bersyukur bahwa Jimin mampu menyelesaikan rekaman dengan sangat baik.

Sejak lagunya selesai dibuat, Jimin tidak henti memutar dan menyanyikannya di dorm sampai membuat orang-orang sedikit bosan. Memang bosan, karena lagu Jimin akan masuk ke pendengaran mereka setidaknya tiga kali sehari selama satu minggu ini.

Pagi ini Jimin kembali melakukan hal yang sama, padahal matahari belum lama terlihat. Masih pukul tujuh pagi. Ia melangkahkan kakinya ke arah dapur sambil bersenandung, dan membuat segelas cokelat panas sebelum duduk di kursi tinggi di mini bar.

"Hyung, ini masih pagi." Suara Jungkook membuat Jimin terhenti. Ia menoleh, mendapati si bungsu sedang mengucek matanya, terlihat masih mengantuk.

"Oh, pagi, Jungkookie. Tidurmu nyenyak? Aku membuat cokelat panas, kau mau?" Tawar Jimin. Jungkook segera mengangguk, kemudian menunggu cokelat panasnya sambil duduk di mini bar.

"Terima kasih, Hyungie." Jungkook menggenggam gelasnya. Hangat. Pagi ini ia bangun di tengah udara yang super dingin. Padahal pemanas ruangan sudah dinyalakan semua.

"Kenapa sudah bangun? Biasanya kau bangun siang?"

"Udaranya dingin sekali. Aku terbangun dan mendengarmu sudah bernyanyi pagi-pagi seperti burung," balas Jungkook setengah bercanda. Ia mendesah lega ketika menyeruput cokelat panasnya dan sensasi hangat mengalir di kerongkongannya.

Jimin terkekeh sambil mengusak rambut Jungkook yang memang sudah berantakan semakin berantakan. Tetapi kemudian Jimin merapikan kembali rambut Jungkook dengan jari mungilnya.

"Rasanya seperti mimpi, akhirnya aku bisa menyanyikan laguku secara langsung di depan Army. Lagu yang kutulis sendiri." Jimin tersenyum membayangkan betapa menyenangkan acaranya nanti. "Jungkook, persiapannya sudah selesai, kan? Acaranya tinggal lima hari lagi. Ya ampun, aku gugup! Aku bisa melakukannya dengan baik, kan?"

Mata Jungkook langsung segar seketika saat mendengar semangat Jimin. Ia justru berharap acaranya dibatalkan, sehingga Jimin tidak perlu memaksakan diri untuk tampil dan membahayakan kondisinya.

"Ya... Persiapannya sudah selesai," jawab Jungkook tak rela. Ia menatap Jimin dengan tatapan nanar. Ia sungguh ingin menahan hyungnya tampil di acara itu.

"Hey, jangan sedih begitu. Aku sudah berjanji melakukan operasi setelah acara selesai. Aku bahkan hanya menyanyikan laguku."

"Bahkan satu lagu juga membuatku cemas." Jungkook menggumam pelan.

Jimin tidak menanggapi meskipun ia mendengar ucapan Jungkook. Waktu paginya terlalu sia-sia jika digunakan untuk membicarakan topik tentang kondisinya. Ia lebih suka melewati waktu paginya dengan melihat Jungkook dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Pemuda itu benar-benar terlihat seperti remaja polos yang menggemaskan jika habis bangun tidur. Rambutnya berantakan, matanya terbuka setengah, apalagi dengan bibir mengerucut gemas. Tetapi jika sudah melihat tubuhnya, Jimin sering minder sendiri. Ia begitu mungil dan kurus, terlalu kurus untuk dibilang sehat, sementara tubuh Jungkook yang tinggi dan berisi terlihat seperti seorang kakak untuknya.

"Jungkook-ah, jika ada waktu, ayo liburan berdua lagi seperti waktu itu. Aku ingin membuat kenangan yang banyak. Eropa akan menyenangkan. Bagaimana?"

Mata Jungkook memicing curiga. "Ada apa? Kenapa tiba-tiba mengatakan hal aneh begitu? Hentikan. Aku takut."

"Aigoo kenapa galak sekali? Nanti aku pergi malah rindu."

Last Show For Jimin [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now