ILWD | 32. Pacar bohongan

14.9K 976 96
                                    

Happy Reading!

○○○

Kanaya merasa tak tenang saat dokter meminta dirinya untuk menunggu, Cecil masih diperiksa oleh dokter Aryon, dokter pribadi keluarga Raihan. Kanaya sama sekali tak memperdulikan apapun lagi, pandangan Adrian tak sedikitpun terlepas dari Kanaya dengan wajah penuh kekhawatirannya. Kanaya cukup terkejut saat pandangannya bertemu dengan mata tajam Adrian, Kanaya sampai melupakan kehadiran Adrian saking khawatirnya dengan keadaan Cecil saat ini.

Tatapan penuh cinta yang selalu diberikan pada Kanaya, sekarang berubah menjadi tatapan yang sama sekali tak dimengerti oleh Kanaya. Jantung Kanaya berdegub semakin kencang saat Adrian sama sekali tak memiliki niat untuk mengalihkan pandangan, dengan sedikit berat hati Kanaya memilih untuk membuang muka daripada terus melakukan kontak mata dengan calon suami orang.

Cklek.

Pintu kamar tamu terbuka sehingga menampakan seorang pria muda dengan wajah tampannya, bibir manisnya menyunggingkan senyum yang membuat semua orang merasa sedikit tenang.

"Dok, gimana keadaan anak saya?" Tanya Kanaya cepat. Adrian tak mampu menyembunyikan senyumannya saat mendengar ucapan Kanaya barusan, berbeda dengan Raihan yang menujukkan wajah kesal, terlihat dengan jelas rahang kokohnya itu mulai mengeras.

"Tidak ada masalah yang serius dengan keadaan anak ibu, hanya saja maghnya kambuh dan anak ibu ini sedikit merasa tertekan yang menyebabkan stress. Saya sarankan untuk ibu bisa membimbing anak ibu untuk sedikit demi sedikit mengurangi stressnya. Tolong pola makan anak ibu untuk bisa lebih teratur dan jangan biarkan anak ibu melewatkan jam makannya," Kanaya menghela nafas berat saat mendengar penjelasan dokter tampan didepannya ini.

Magh lagi, baru ditinggal seminggu saja, penyakit Cecil kambuh yang membuat gadis manis itu terbaring lemah. Bagaimana jika Kanaya meninggalkan mereka selamanya bersama wanita ular itu, hiii... Kanaya tak bisa membayangkan betapa tersiksanya Cecil nantinya.

"Ini, resep obatnya. Silangkan tebus diapotek. Saya permisi," Kanaya mengambil selembaran yang berisi nama nama obat yang tentu tak asing bagi Kanaya, walaupun dirinya tidak aktif bekerja menjadi seorang dokter namun, pembelajaran pada saat perguruan tinggi sama sekali tak dilupakan oleh Kanaya.

"Mari saya antar keluar, dokter Aryon," dengan senang hati dokter Aryon mengiyakan ajakan Kanaya, tidak baik jika menolak rejeki, diantar sama wanita cantik seperti Kanaya.

"Sudah besar ya anaknya, berarti waktu ngelahirin ibunya masih muda banget?" Tanya dokter Aryon.

"Bukan anak kandung saya. Masa saya ngelahirin pas umur enam belas tahun, umur saya masih dua puluh satu," jawab Kanaya singkat, tak ingin terlalu dekat dengan dokter tampan yang sedang berjalan beriringan dengan dirinya.

"Oh, pantesan saya lihat masih muda banget. Bisa dong saya daftar," ucap dokter Aryon sedikit kurag jelas, dahi Kanaya mengerut,"Maksudnya apa ya, dok?"

"Daftar jadi calon bapak dari anak anak kamu kelak," ucap dokter Aryon sambil terkekeh dengan kata kata yang meluncur dari mulutnya sendiri.

Mata Kanaya melotot tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh pria dihadapannya itu, Kanaya menujukkan wajah dinginnya tanda jika dirinya tak menyukai ucapan dokter Aryon barusan.

Jika wanita wanita lain akan tersipu dengan ucapan pria tampan sejenis dokter Aryon ini berbeda dengan Kanaya yang lebih merasa risih. Senyum diwajah dokter Aryon berubah terganti dengan wajah kikuk setelah melihat wajah dingin Kanaya, wanita itu terlihat menyeramkan dengan wajah tak berekspresi itu.

"Maaf," ucap dokter Aryon yang tau jika Kanaya merasa tidak nyaman dengan ucapannya barusan. Kanaya menyunggingkan senyum manisnya kemudian, berkata,"Tidak masalah. Terimakasih atas waktunya, dokter Aryon,"

In Love With Duda ( END )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora